Pengamat: Kivlan Zen Punya Banyak Anak Buah yang Hormat
Rizki Akbar Putra
11 Juni 2019
Polisi menetapkan tersangka baru kasus rencana pembunuhan empat petinggi negara dan pemimpin lembaga survei. Mantan Pangkostrad Kivlan Zein diketahui memberikan perintah terhadap para eksekutor tersebut. Apa motifnya?
Iklan
Polisi menetapkan dua tersangka baru kasus rencana pembunuhan empat petinggi negara dan satu pimpinan lembaga survei. Mantan Pangkostrad Kivlan Zein diketahui memberikan perintah terhadap para eksekutor tersebut. Lantas apa motif di balik rencana pembunuhan ini? Simak wawancara DW Indonesia dengan Peneliti Pertahanan LIPI, Muhamad Haripin, terkait polisi menetapkan Kivlan Zein sebagai tersangka rencana pembunuhan terhadap empat petinggi negara.
Polri baru saja menggelar konpers perkembangan kasus kerusuhan 22 Mei sekaligus rencana pembunuhan empat petinggi negara, Kivlan Zein ditetapkan sebagai tersangka atas kepemilikan senjata untuk pemufakatan jahat rencana pembunuhan. Tanggapan Anda?
Kalau saya melihatnya perkembangan terakhit itu bahwa rencana pembunuhan itu ada kaitanyya dengan pilpres tapi di majalah Tempo dibilang ternyata ini bukan berhubungan dengan Pilpres melainkan dendam pribadi Kivlan Zein. Karena tahun 2016 bertepatan November demo Ahok itu, bahwa Pak Kivlan Zein, Ratna Sarumpaet bahkan dikenakan pasal makar. Menarik, kalau saya melihat lebih kepada peristiwa ini, pertama rencana pembunuhannya sendiri adalah sebuah aktivitas politik. Bahwa orang yang ditargetkan empat orang, mantan Wakapolri atau Kepala BIN, Gorrys Mere, Wiranto, Luhut Binsar Pandjaitan, sudah pasti motifnya politik bukan ekonomi, bukan karena sosial tapi memang karena politik. Upaya pengungkapannya, untuk penyelidikannya dari polisi menurut saya bermuatan politk juga. Saya tidakbilang terjadi politisasi, tapi kita tahu tokoh Kivlan Zein tidak bisa dipandang sebelah mata. Ketika mantan petinggi kepala staf Pangkostrad terkait kasus yang dikenakan adalah kepemilikan senjata api untuk rencana pembunuhan, pemufakatan jahat, dia bukan orang sembarangannya. Sebelumnya Pak Wiranto bilang akan ada konferensi pers pada hari ini, itu bermuatan politik, sebuah upaya untuk meredam politik diluar atau mencegah dampak-dampak lanjutan untuk pemerintah sendiri. Jika kita bercermin ke kasus-kasus lain, meskipun Pak Kivlan seorang Purnawirawan atau seorang sipil, dia bukan lagi seorang tentara aktif, tapi kan tentu jabatan yang pernah melekat di dia tidak terlepas dan dia juga punya anak buah orang-orang yang tentu hormat sama dia. Mungkin polisi merasa perlu untuk melakukan tindakan preventif, katakana aksi-aksi atas penangkapan ini.
Kisruh Berdarah Protes Hasil Pilpres
Eskalasi kekerasan memuncak 21 Mei malam dan menyisakan sejumlah korban tewas. Presiden Joko Widodo mengatakan tidak akan menolerir para perusuh dan memerintahkan penangkapan atas mereka yang terlibat pelanggaran hukum.
Foto: AFP/B. Ismoyo
Eskalasi Berawal Dari Lemparan Batu
Sedikitnya enam orang meninggal dunia dan ratusan luka-luka saat massa pendukung Prabowo Subianto bentrok dengan aparat keamanan saat memrotes hasil penghitungan suara di depan gedung Bawaslu, Jakarta. Kisruh diklaim berawal ketika pendemo melempar batu ke arah barisan kepolisian.
Foto: AFP/B. Ismoyo
Api di Jalan Raya
Para pendemo mengamuk saat hendak dibubarkan polisi. Sebagian lalu merusak asrama Brigade Mobil Kepolisian dan membakar sejumlah kendaraan. Polisi menangkap sejumlah orang yang diduga sebagai provokator kerusuhan. Kabarnya sebuah mobil ambulans milik partai Gerindra juga ikut diamankan setelah kedapatan membawa batu untuk demonstran.
Foto: AFP/D. Krisnadhi
Arus Balik di Media Sosial
Sebelum aksi protes, Prabowo Subianto sempat meminta massa pendukungnya agar tetap berlaku damai dan tenang. Namun himbauan itu tidak digubris sebagian pendemo. Akibatnya tagar #TangkapPrabowo menggema di Twitter dengan lebih dari 220 ribu cuitan. Netizen juga menyoroti pidato Amien Rais yang menyamakan aksi polisi layaknya PKI dengan menyerukan penangkapan tokoh Partai Amanat Nasiona (PAN) itu.
Foto: AFP/B. Ismoyo
Mempermasalahkan Angka, Menggoyang Negara
Massa yang tergabung dalam Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat (GNKR) menuntut agar penghitungan suara diulang lantaran mencurigai kecurangan sistematis. Prabowo Subianto sendiri berniat mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi. Namun gugatan sebelumnya ke Bawaslu ditolak lantaran BPN hanya mengirimkan tautan berita online sebagai barang bukti.
Foto: Reuters/W. Kurniawan
Manuver SBY dari Singapura
Koalisi Prabowo-Sandiaga Uno mulai mengalami keretakan. Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono yang sebelumnya mendukung capres 02 berbalik badan mengakui hasil penghitungan suara dan memberikan ucapan selamat atas kemenangan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin. Ucapan serupa sebelumnya sudah dilayangkan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan kepada Joko Widodo.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Tudingan Miring Kepolisian
Polisi mengklaim demonstrasi di Jakarta bukan aksi spontan, melainkan telah direncanakan. Sejumlah demonstran diklaim mengaku mendapat bayaran untuk ikut bergabung dalam aksi protes. Pemerintah sebelumnya berusaha meredam demonstrasi dengan menebar isu makar kepada kubu oposisi.
Foto: DW/R.A. Putra
Pukulan Balik Pemerintah
Menteri Koordinasi Politik, Hukum dan Keamanan, Wiranto, mengaku pemerintah memblokir akses media sosial demi menghadang penyebaran kabar palsu. Hal ini dipicu oleh maraknya fitnah kepada kepolisian yang diposisikan berhadapan dengan "umat Islam." Wiranto juga mengklaim telah mengantongi daftar berisikan nama-nama terduga provokator kerusuhan.
Foto: DW/R.A. Putra
Manuver Hukum Jelang Pelantikan
BPN Prabowo-Sandiaga memiliki waktu hingga 11 Juni untuk mengajukan gugatan terkait hasil penghitungan suara kepada Mahkamah Konstitusi. Seusai jadwal yang telah ditetapkan KPU, proses hukum tersebut akan berakhir pada 24 Juni saat pembacaan keputusan. Sementara presiden dan wakil presiden terpilih akan dilantik pada bulan Oktober 2019. (rzn/rap/hp: dari berbagai sumber)
Foto: DW/R.A. Putra
8 foto1 | 8
Eksekutor –eksekutor rencana pembunuhan tersebut diketahui adalah anak buah Kivlan Zein. Bisa dibilang mereka melawan TNI kah?
Dari sisi psikologis, yang saya lihat memang teman-teman TNI punya loyalitas tinggi terhadap atasannya. Apalagi tokoh-tokoh yang berada dalam satu matra atau satu kesatuan. Loyalitas disitu ada, secara di atas kertas panglima tertingi ada di presiden tapi kita kan kita tidak bisa menafikkan secara perorangan dimana mereka memiliki preferensi tersendiri.
Konpers tadi sendiri dibagi tiga sesi, membahas kerusuhan 21-22 Mei, kepemilikan senjata api oleh mantan Danjen Kopassus Soenarko, dan rencana empat pembunuhan empat petinggi negara tersebut. Apakah Anda melihat adanya benang merah di antara tiga kasus tersebut, karena kita ketahui berada dalam satu timeline?
Kalau intuisi saya bilang ada kaitannya. Menurut saya ini semua terkait dinamika politik elektoral 17 April dan 22 Mei. Apakah ada yang menunggangi atau seperti apa kita tunggu polisi. Kenyataan politik sekarang itu kita melihat tidak bisa dipinggirkan begitu saja, katakanlah pembunuhan empat petinggi dan satu direktur eksekutif itu rencana yang terpisah. Nanti tentu akan terbukti ketika momen itu dilakukan berdekatan dengan 22 Mei ini. Karena waktunya berdekatan dan juga momentumnya ada, tapi itu kan adalah keterkaitan satu sama lain, misalnya pak mantan Danjen Kopassus Soenarko jelas muatannya yaitu untuk membuat kerusuhan kemudian juga jelas mobilisasi massa juga digerakkan oleh salah satu relawan BPN. Yang agak menyimpangmemang kasus Pak Kivlan ini, ini dilaporkan kan eksekutor ini bilang urusan ini lebih urusan pribadi. Saya pikir Pak Kivlan mungkin tentu jika petahana yang menang dia akan merasa terganggu karena orang-orang yang dibenci masih akan berkuasa . Jadi rencana pembunuhan itu juga bisa dibilang bagian upaya sebagai menangkal petahana. Saya pikir masih berhubungan walaupun tidak secara langsung, kita harus lihat secara komprehensif.
Yang menarik adalah keputusan polisi untuk membiarkan hal ini terjadi. Kalau kita lihat foto tadi ada foto-foto pertemuan Kivlan Zein (sudah diikuti), itu bukan atraksi OTT, dibiarkan dulu sampai bukti cukup kemudian baru ditangkap, ini menarik. Ini ditunggu dulu sampai ada momentum baru ditangkap, terus diungkap ke public setelah lebaran setelah masuk kantor. Ini menarik.
Lini Masa Drama Pilpres 2019
Pesta demokrasi di tahun 2019 ini menyisakan banyak sekali kisah tak terlupakan. DW sajikan kronologi momen penting Pemilu 2019 kepada Anda.
Foto: Reuters/W. Kurniawan
Dua kandidat di Pilpres 2019
Pada 20 September 2018, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan nama pasangan calon presiden dan wakil presiden untuk Pemilu 2019. "Hasil rapat menetapkan bahwa 2 calon yang mendaftarkan ke KPU, Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, dinyatakan memenuhi syarat," ujar Ketua KPU Arief Budiman dalam jumpa pers di kantor KPU, seperti dikutip dari Detik.
Foto: picture-alliance/AP Photo/T. Syuflana
Kampanye akbar Prabowo-Sandi
Masa kampanye untuk Pemilu 2019 berlangsung dari 23 September 2018 hingga 13 April 2019. Pasangan 02 melaksanakan kampanye terakhirnya di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) pada Minggu, 7 April 2019. Prabowo menyebutkan bahwa satu juta pendukungnya hadir dalam kampanye itu. Badan Pemenangan Nasional (BPN) mengklaim kampanye akbar pasangan 02 adalah kampanye terbesar di Pilpres 2019.
Foto: Getty Images/E. Wray
Kampanye akbar Jokowi-Ma'ruf
Kampanye terbesar pasangan 01, yang diselenggarakan di GBK pada 13 April 2019, diberi tajuk "Konser Putih Bersatu". Acara tersebut didukung oleh ratusan artis kondang tanah air, seperti Slank, Glenn Fredly dan Ruth Sahanaya. Ketua TKN Jokowi-Ma'ruf, Erick Thohir meyakini jumlah peserta yang hadir lima kali lipat lebih banyak dari massa kampanye akbar Prabowo-Sandi.
Foto: DW/R. Akbar Putra
TPS unik meriahkan pemilu
Setelah masa tenang pada 14-16 April 2019, masyarakat pun merayakan pesta demokrasi terbesar di Indonesia pada 17 April. Banyak panitia pemilu memanfaatkan momentum ini untuk menyalurkan kreatifitas mereka. Di foto tampak tempat pemungutan suara (TPS) dihiasi dengan gambar pahlawan super dari Marvel. TPS ini berlokasi di Kelurahan Sempidi, Kabupaten Badung, Bali.
Foto: DW/K. Surya Sanjaya
Pemilu yang kompleks
Pemilihan presiden yang dibarengi dengan pemilihan anggota legislatif menyisakan duka untuk para pejuang demokrasi. Lebih dari 500 petugas pemilu meninggal dunia dan ribuan dirawat di rumah sakit. Dalam keterangan resminya, Kementerian Kesehatan menyatakan beragam penyakit dalam, seperti gagal jantung, hipertensi dan stroke, menjadi penyebab utama meninggalnya para petugas.
Foto: Reuters/W. Kurniawan
Jokowi menang
KPU mengumumkan hasil pemilu pada Selasa (21/05) dini hari. KPU menyatakan pemenang Pilpres 2019 adalah pasangan 01, Jokowi-Ma'ruf dengan perolehan suara sekitar 55,5 persen (85.607.362 suara). Sementara Prabowo-Sandi berhasil mendulang sekitar 44,5 persen suara (68.650.239 suara). Jokowi menyampaikan pidato kemenangannya di depan warga Kampung Deret, Johar Baru, Jakarta Pusat.
Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden
Massa rusuh
Prabowo-Sandi menyatakan menolak hasil Pilpres 2019 dan berniat mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi. Para pendukung pasangan 02 menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung Bawaslu, Jakarta Pusat. Bentrok antara massa dengan aparat keamanan pecah pada Selasa (21/05) malam hingga Rabu (22/05) dini hari. Delapan orang meninggal dan ratusan luka dalam kerusuhan ini.
Foto: AFP/B. Ismoyo
Jokowi tanggapi kericuhan
Pada konferensi pers 22 Mei di Istana Merdeka, Presiden Jokowi menegaskan bahwa ia tidak akan memberikan toleransi pada siapa pun yang mengganggu keamanan dan persatuan negara. Dalam keterangannya, Presiden Joko Widodo menjamin bahwa situasi dapat dikendalikan dan masyarakat tidak perlu merasa khawatir. Jokowi juga mengajak semua pihak untuk kembali menjaga kerukunan bersama.
Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden/Kris
Ratusan perusuh ditangkap
Saat terjadi bentrok 21-22 Mei, aparat gabungan TNI-Polri berhasil menangkap ratusan pendemo yang menjadi provokator aksi. Ditemukan bahwa kebanyakan perusuh yang ditangkap berasal dari luar Jakarta dan adalah massa bayaran karena polisi juga menemukan puluhan amplop berisi uang sejumlah 200 ribu hingga 500 ribu rupiah. Bersama mereka juga didapati senjata tajam, bom molotov dan busur panah.
Foto: Reuters/W. Kurniawan
Demo selesai, pasukan oranye beraksi
Kamis (23/05) kondisi di sekitar Gedung Bawaslu, Jakarta, telah steril dari massa unjuk rasa. Tidak ada kerumunan orang yang berkumpul di sana seperti hari-hari sebelumnya. Pasukan oranye dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta pun turun ke jalan membersihkan sampah dan sisa-sisa benda yang dibakar dalam demonstrasi dua hari itu.(Teks: Zakia Ahmad/hp)
Foto: Reuters/W. Kurniawan
10 foto1 | 10
Dalam kasus ini bisa dilihat banyak sekali babak dan orang penting yang terlibat. Dari mantan Kapolda Metro Jaya Sofyan Jacob hingga Tim Mawar 98, bagaimana Anda melihat situasi ini?
Saya pikir kasus Tim Mawar ini justru betul-betul mesti jadi pelajaran untuk kita, mereka bisa terjadi begitu kan karena adanya impunitas. Dalam arti Tim Mawar ini melakukan pelanggaran, orang-orangnya tadi pagi ke Dewan Pers Pak Chairawan, terus Fauka, harusnya orang-orang yang terlibat dalam diputus bersalah oleh pengadilan militer. Tapi sanksi diberikan pendek dan juga terus bisa melanjutkan karirnya tidak ada efek jera begitu. Khusus tim mawar ini menjadi pelajaran bahwa harga dari sebuah impunitas sangat mahal. Orang itu ketika tidak menerima hukuman yang membuat dia jera, dia kemungkinan besar akan mengulanginya lagi. Misal Tim Mawar ini terlibat ya.
Kopassus Dalam Pusaran Sejarah
Dalam sejarahnya Komando Pasukan Khsusus banyak terlibat menjaga keutuhan NKRI. Tapi di balik segudang prestasi, tersimpan aib yang menyeret Kopassus dalam jerat pelanggaran HAM.
Foto: Getty Images/AFP/R.Gacad
Heroisme Baret Merah
Tidak ada kekuatan tempur lain milik TNI yang memancing imajinasi heroik sekental Kopassus. Sejak didirikan pada 16 April 1952 buat menumpas pemberontakan Republik Maluku Selatan, satuan elit Angkatan Darat ini sudah berulangkali terlibat dalam operasi mengamankan NKRI.
Foto: Getty Images/AFP/R.Gacad
Kecil dan Mematikan
Dalam strukturnya yang unik, Kopassus selalu beroperasi dalam satuan kecil dengan mengandalkan serangan cepat dan mematikan. Pasukan elit ini biasanya melakukan tugas penyusupan, pengintaian, penyerbuan, anti terorisme dan berbagai jenis perang non konvensional lain. Untuk itu setiap prajurit Kopassus dibekali kemampuan tempur yang tinggi.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Mendunia Lewat Woyla
Nama Kopassus pertamakali dikenal oleh dunia internasional setelah sukses membebaskan 57 sandera dalam drama pembajakan pesawat Garuda 206 oleh kelompok ekstremis Islam, Komando Jihad, tahun 1981. Sejak saat itu Kopassus sering dilibatkan dalam operasi anti terorisme di Indonesia dan dianggap sebagai salah satu pasukan elit paling mumpuni di dunia.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Terjun Saat Bencana
Segudang prestasi Kopassus membuat prajurit elit Indonesia itu banyak dilirik negeri jiran untuk mengikuti latihan bersama, di antaranya Myanmar, Brunei dan Filipina. Tapi tidak selamanya Kopassus cuma diterjunkan dalam misi rahasia. Tidak jarang Kopassus ikut membantu penanggulangan bencana alam di Indonesia, seperti banjir, gempa bumi atau bahkan kebakaran hutan.
Foto: picture-alliance/dpa
Nila di Tanah Seroja
Namun begitu Kopassus bukan tanpa dosa. Selama gejolak di Timor Leste misalnya, pasukan elit TNI ini sering dikaitkan dengan pelanggaran HAM berat. Tahun 1975 lima wartawan Australia diduga tewas ditembak prajurit Kopassus di kota Balibo, Timor Leste. Kasus yang kemudian dikenal dengan sebutan Balibo Five itu kemudian diseret ke ranah hukum dan masih belum menemukan kejelasan hingga kini.
Foto: picture-alliance/dpa
Pengawal Tahta Penguasa
Jelang runtuhnya ejim Orde Baru, Kopassus mulai terseret arus politik dan perlahan berubah dari alat negara menjadi abdi penguasa. Pasukan elit yang saat itu dipimpin oleh Prabowo Subianto ini antara lain dituding menculik belasan mahasiswa dan menyulut kerusuhan massal pada bulan Mei 1998.
Foto: picture-alliance/dpa
Serambi Berdarah
Diperkirakan lebih dari 300 wanita dan anak di bawah umur mengalami perkosaan dan hingga 12.000 orang tewas selama operasi militer TNI di Aceh antara 1990-1998. Sebagaimana lazimnya, prajurit Kopassus berada di garda terdepan dalam perang melawan Gerakan Aceh Merdeka itu. Sayangnya hingga kini belum ada kelanjutan hukum mengenai kasus pelanggaran HAM di Aceh.
Foto: Getty Images/AFP/Stringer
Neraka di Papua
Papua adalah kasus lain yang menyeret Kopasus dalam jerat HAM. Berbagai kasus pembunuhan aktivis lokal dialamatkan pada prajurit baret merah, termasuk diantaranya pembunuhan terhadap Theys Eluay, mantan ketua Presidium Dewan Papua. Tahun 2009 silam organisasi HAM, Human Rights Watch, menerbitkan laporan yang berisikan dugaan pelanggaran HAM terhadap warga sipil oleh Kopassus.
Foto: Getty Images/AFP/A.Berry
8 foto1 | 8
Ada pesan yang ingin Anda sampaikan kepada publik, sepertinya masih akan ada kelanjutan dari ketiga kasus tersebut?
Pelajaran kedua yang kita harus pikirkan yaitu purnawirawan itu meskipun sudah tidak menjabat dia masih powerful, masih punya pengaruh. Dan pemerintah dari dulu sangat memahami itu. Katakan orang-orang yang menjadi tentara adalah orang-orang yang memiliki kemampuan yang lebih. Katakanlah untuk tempur dan mereka tumbuh dalam lingkungan tingkat disiplin tinggi dalam korsa yang juga jalan. Tentu tidak seperti aparat kebanyakan. Dan keputusan purnawirawan pasti punya pengaruh tidak hanya untuk politk nasional tapi antara purnawirawan. Jangan sampi kita juga karena peristiwa ini, mempunyai penilaian terhadap purnawirawan buruk. Banyak juga purnawirawan dengan jabatan tinggi seperti bintang satu, brigjen kolonel, letkol sudah pensiun tetap hidup biasa tetap menjadi warga yang biasa-biasa saja. Yang sekarang bermanuver yang raksasa-raksasa yang punya koneksi punya modal punya ambisi.
Muhamad Haripin adalah peneliti di Pusat Penelitian Politik–Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P-LIPI), Jakarta. Ia menyelesaikan pendidikan strata satu di Departemen Ilmu Politik, Universitas Indonesia (2007), Magister Studi Pertahanan di Institut Teknologi Bandung-Cranfield University, UK (2010), dan Ph.D di Graduate School of International Relations, Ritsumeikan University, Kyoto (2017).
Akrobat Panglima Menuju Istana
Berulangkali manuver Panglima TNI Gatot Nurmantyo menyudutkan Presiden Joko Widodo. Sang jendral ditengarai memiliki ambisi politik. Inilah sepak terjang Nurmantyo membangun basis dukungan jelang Pemilu 2019.
Foto: Reuters/Beawiharta
Wacana Tentara Berpolitik
Ambisi politik Gatot Nurmantyo sudah tercium sejak akhir 2016 ketika dia mewancanakan hak politik bagi anggota TNI. Menurutnya prajurit saat ini seperti "warga asing" yang tidak bisa berpolitik. Ia mengaku gagasan tersebut cepat atau lambat akan terwujud. "Ide ini bukan untuk sekarang, mungkin 10 tahun ke depan, ketika semua sudah siap."
Foto: Reuters/Beawiharta
Petualangan di Ranah Publik
Bersama Nurmantyo, TNI berusaha kembali ke ranah sipil. Lembaga HAM Imparsial mencatat Mabes TNI menandatangani "ratusan" kerjasama dengan berbagai lembaga, termasuk universitas dan pemerintah daerah. TNI tidak hanya dilibatkan dalam urusan pemadaman kebakaran hutan, tetapi juga pertanian dan pembangunan infrastruktur seperti pada proyek pembangunan jalan Transpapua.
Foto: Imago/Zumapress
Menggoyang Otoritas Sipil
Februari silam Nurmantyo mengeluhkan pembatasan kewenangan panglima TNI dalam hal pengadaan senjata. Pasalnya Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengeluarkan peraturan yang mengembalikan kewenangan pembelian sistem alutsista pada kementerian. Dengan ucapannya itu Nurmantyo dinilai ingin mengusik salah satu pilar Reformasi, yakni UU 03/2002 yang menjamin otoritas sipil atas militer.
Foto: Reuters/Beawiharta
Polemik Dengan Australia
Akhir Februari Nurmantyo secara mendadak membekukan kerjasaman pelatihan militer dengan Australia. Keputusan Mabes TNI dikabarkan mengejutkan Istana Negara. Presiden Joko Widodo akhirnya mengambil sikap mendukung keputusan Nurmantyo dan ikut memperingatkan Australia. Namun sejumlah pejabat tinggi di Canberra menilai kasus tersebut selayaknya diselesaikan tanpa keterlibatan publik.
Foto: Imago/Zumapress
Genderang Xenofobia dari Cilangkap
Bukan kali pertama Nurmantyo membidik Australia. Oktober 2016 dia menyebut negeri jiran itu terlibat dalam "perang proxy" melawan Indonesia di Timor Leste dengan tujuan "memecah belah bangsa." Ia juga mengklaim ancaman terbesar terhadap Indonesia akan berasal dari kekuatan asing yang "berebut energi dari negara equator yang kaya sumber daya alam."
Sejak berakhirnya Pilkada DKI Nurmantyo juga aktif mendekat ke kelompok konservatif muslim. Ketika Kapolri Tito Karnavian mengklaim kepolisian menemukan indikasi makar pada aksi demonstrasi 212 di Jakarta, Nurmantyo mengatakan dirinya "tersinggung, karena saya umat muslim juga." Panglima juga berulangkali memuji pentolan FPI Rizieq Shihab sebagai sosok yang "cinta Indonesia."
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Teladan di Astana Giribangun
Isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia yang disebarkan kelompok Islam konservatif dan sejumlah tokoh seperti Kivlan Zein dan Amien Rais disambut Nurmantyo dengan mewajibkan prajurit TNI untuk menonton film propaganda orde baru Pengkhianatan G30-S PKI. Setelah melontarkan wacana tersebut, Nurmantyo mengunjungi makam bekas Presiden Soeharto yang menurutnya patut menjadi "tauladan" prajurit TNI
Foto: picture-alliance/dpa
Peluru Panas ke Arah Istana
Polemik terakhir yang dipicu Panglima TNI adalah isu penyelundupan senjata api sebanyak 5500 pucuk. Ia mengklaim laporan tersebut berasal dari data akurat dinas intelijen. Pemerintah mengklarifikasi pembelian itu untuk Kepolisian dan Badan Intelijen Negara. Namun Nurmantyo enggan meluruskan pernyataannya tersebut. (rzn/yf-sumber: antara, detik, cnnindonesia, kompas, tempo, aspi, ipac)