Penenggelaman kapal asing membuat gairah nelayan nasional untuk membuat kapal dan melaut meningkat. Hal ini berbanding lurus dengan jumlah ikan di Indonesia sehingga produktivitas meningkat.
Iklan
Penenggalaman kapal asing yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan didukung beberapa pihak. Salah satunya adalah Koordinator Nasional Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia Mohammad Abdi Suhufan. DW berkesempatan mewawancarainya mengenai polemik penenggelaman kapal asing pelaku penangkapan ikan ilegal.
DW: Apa pendapat Anda soal penenggelaman kapal yang dilakukan pemerintah yang dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)?
Mohammad Abdi Suhufan: Kami melihat itu suatu langkah yang positif. Artinya ibu Susi, dalam hal ini Pemerintah Indonesia berupaya untuk menegakkan kedaulatan di perairan kita yaitu melalui penenggelaman kapal asing yang melakukan tindak pidana kejahatan yaitu illegal fishing. Itu hal yang sangat positif karena Indonesia bisa menunjukkan posisi yang tegas terhadap pelaku kejahatan illegal fishing.
Kemudian yang kedua yang menjadi catatan kami adalah ini butuh konsistensi. Artinya selama pemerintahan Jokowi, selama empat tahun ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) konsisten dalam melakukan penegakkan hukum terhadap kapal-kapal itu, kapal-kapal yang terindikasi melakukan penangkapan ikan ilegal. Dan itu juga sudah berkekuatan hukum, artinya sudah melalui proses peradilan dan putusan pengadilan adalah penenggelaman kapal dan saya rasa ini adalah proses yang wajar.
Makanan Lezat Beracun
Banyak nelayan Indonesia yang menangkap ikan dengan zat beracun Sianida. Hasil tangkapan diberi obat dan dijual dengan label ikan segar ke negara lain di Asia. Sebuah bisnis yang berbahaya dengan ikan tercemar racun.
Foto: Irendra Radjawali
Ilusi Kesegaran
Pengusaha Cina yang sukses kerap menjamu tamu mereka di restoran seafood eksklusif. Mereka memesan ikan napoleon atau kerapu. Harga satu kilogram ikan kerapu antara 300 hingga 400 Euro. Apa yang tidak diketahui para rekan bisnis mereka adalah: banyak jenis ikan yang dikirim ke Hong Kong, sebelumnya harus melalui proses yang menggunakan banyak bahan kimia dan obat-obatan.
Foto: Fotolia/HLPhoto
Surga dengan Rahasia Gelap
Perjalanan ikan-ikan dimulai dari tempat yang dikenal sebagai Segitiga Terumbu Karang. Wilayah ini membentang dari Filipina, Indonesia sampai Papua Nugini. Wilayah ini merupakan habitat ikan-ikan yang sangat diminati banyak orang.
Foto: Irendra Radjawali
Sumber Penghasilan
Sebagian besar warga yang tinggal di wilayah pesisir dan pulau-pulau di kawasan Segitiga Terumbu Karang, bermata pencaharian sebagai nelayan. 10 hingga 200 ribu ton ikan diekspor setiap tahunnya. Ikan di antara terumbu karang tidak bisa ditangkap dengan jaring. Para nelayan harus memancing ikan tersebut satu persatu. Karena penangkapan berlebihan, nelayan kerap tidak mendapatkan hasil.
Foto: Irendra Radjawali
Sianida Gantikan Pancing
Memancing memakan waktu dan rumit. Oleh karena itu, sejumlah nelayan menggunakan metode radikal. Mereka menebarkan sianida ke laut, meracuni sekitar 100 meter kubik air laut. Ikan-ikan yang terkena racun tidak mati, hanya pingsan mengapung di permukaan air dan nelayan tinggal memungut ikan-ikan ini.
Foto: Irendra Radjawali
Berharga Jika Masih Hidup
Para nelayan harus mengupayakan agar ikan yang terkena racun tersebut bertahan hidup dan secepatnya dikirim ke Cina. Ikan yang mati tidak berharga lagi. Dan semakin merah dan segar ikan terlihat, semakin mahal ikan tersebut bisa dijual di Cina.
Foto: Irendra Radjawali
Cukong Ikan
Para nelayan membawa hasil tangkapan mereka kepada para cukong ikan, yang menguasai bisnis ini. Mereka menguasai para nelayan yang berutang pada mereka. Para cukong inilah yang mengatur pengapalan ikan ke Hong Kong atau Beijing.
Foto: Irendra Radjawali
Obat untuk Bertahan
Agar tetap segar, ikan-ikan dikirim ke Cina dengan pesawat terbang. Ikan-ikan ini bisa bertahan dari „siksaan“ ini hanya berkat doping. Mereka disuntik antibiotika, yang karena efek sampingnya hampir tidak lagi digunakan untuk pengobatan. Setelah itu, obat bius dituangkan ke dalam kotak styrofoam tempat penyimpanan ikan.
Foto: Irendra Radjawali
Masih Hidup atau Sudah Mati?
Ikan-ikan ini dibius agar tidak terluka ketika dikirim dengan pesawat terbang ke lokasi tempat pembeli.
Foto: Irendra Radjawali
Stasiun Akhir
Setibanya di Hong Kong, pasar ikan hidup terbesar di dunia, para pedagang ikan kembali “menghidupkan“ ikan kiriman. Ikan-ikan ini akan mendarat di meja makan kalangan atas Hong Kong sebagai makanan lezat hasil tangkapan segar.
Foto: Irendra Radjawali
9 foto1 | 9
Seberapa parah kegiatan penangkapan ikan secara ilegal yang dilakukan negara asing di Indonesia?
Tidak ada data yang pasti sampai saat ini berapa kapal asing yang menangkap ikan secara ilegal tapi perhitungan dari Satgas 115 itu ada 5.000 sampai 7.000 kapal di tahun 2015 yang melakukan illegal fishing. Bayangkan 5.000 sampai 7.000 kapal itu kalau setiap kapal memiliki ABK 20 atau 30 orang berarti ada ratusan ribu nelayan asing selama ini masuk dan menangkap ikan di perairan Indonesia. Ini mengeruk sumber daya ikan Indonesia, tidak membayar pajak, tidak tercatat dan itu akhirnya merugikan Indonesia secara ekonomi, ekologi dan sosial. Belum lagi ada indikasi mereka menggunakan BBM ilegal. Jadi sudah sedemikian parah.
Kemudian yang kedua dalam kurun waktu 10 tahun, 2003 sampai 2013 itu juga terjadi penurunan jumlah nelayan kita. Dari 1,6 juta orang di tahun 2003 menjadi hanya 800 ribu pada 2013 lalu. Artinya ikan kita terkuras oleh kapal-kapal asing sehingga nelayan-nelayan kita tidak kebagian.
Galeri Foto: Kapal-kapal Ilegal yang Diledakkan Ibu Susi
Ratusan kapal asing ilegal telah diledakkan Indonesia. Presiden Joko Widodo mengatakan aktivitas kapal-kapal nelayan asing ilegal di perairan Indonesia menyebabkan kerugian hingga milyaran dollar per tahun.
Foto: Reuters/I. Mulyawan
Langsung menggebrak
Sejak pertama kali diangkat sebagai menteri lkelautan dan perikanan, Susi Pudjiastusti langsung membuat gebrakan yang tidak tanggung-tanggung. kapal nelayan asing yang masuk peraiaran Indonesia tanpa ampun diperintahkan untuk diledakkan, seperti misalnya kapal Vietnam yang berlayar di kepulauan Anambas tak jauh dari Batam, tanggal 5 Desember 2014.
Foto: Getty Images/AFP/S. Ratifa
Nelayan Anambas jadi jarang temui nelayan asing
Penenggelaman kapal tangkap ikan yang diawaki oleh nelayan asing asal Vietnam dilakukan di sekitar perairan Kabupaten Kepulauan Anambas, 5 Desember 2014. Laporan yang masuk dari nelayan: sejak pemerintah tegas menindak pencuri ikan, aktivitas kapal ikan asing jadi jauh berkurang.
Foto: Getty Images/AFP/S. Ratifa
Belasan kapal dibom
Belasan kapal asing yang ditangkap karena melakukan penangkapan ikan secara ilegal di wilayah Indonesia dibom di Perairan Kema, Minahasa Utara 20 Mei 2015. Termasuk kapal berbendera Vietnam, Thailand, Cina, dan Filipina.
Foto: Getty Images/LightRocket/I. A. Atifah
Saat peringatan kemerdekaan RI ke-70
Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) menenggelamkan puluhan kapal nelayan asing pelaku pencurian ikan dalam rangka memperingati HUT ke-70 RI secara serentak, 18 Agustus 2015. Penenggelaman 38 kapal asing tersebut akan dilakukan di enam lokasi berbeda, yaitu di perairan Pontianak, Bitung, Belawan, Ranai, Tarempa, dan Tarakan. Dalam foto: peledakan di belawan, Sumatera Utara
Foto: Getty Images/G. Ginting
Juga di Pontianak
Angkatan Laut Indonesia juga meledakkan kapal penangkap ikan asing yang menangkap ikan secara ilegal di pulau Lemukutan pada tanggal 18 Agustus 2015 di Pontianak, Kalimantan Barat. Proses penenggelaman kapal asing tersebut merupakan sinergi kerja sama antara Kementrian Kelautan dan Perikanan KKP dengan TNI angkatan laut, kepolisian, kejaksaan agung dan beberapa instansi terkait lainnya.
Foto: Getty Images/Y. K. Irawan
Ratusan kapal telah ditenggelamkan
Angkatan Laut Indonesia menembaki 6 kapal penangkap ikan asing yang tertangkap secara ilegal pada 31 Oktober 2015 di Batam. Menurut laporan media, dari Oktober 2014 sampai Oktober 2015 Indonesia telah menenggelamkan lebih dari 100 kapal asing sebagai bagian dari dorongan terus-menerus untuk menghentikan penangkapan ikan secara ilegal.
Foto: Getty Images/Sijori Images/Barcroft India
Bantuan TNI AL
Tentara Angkatan Laut Indonesia menyaksikan kapal nelayan ilegal yang terbakar pada tanggal 31 Desember 2015 di pulau Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara. Enam kapal ikan asing yang diluluhlantakkan oleh pemerintah Indonesia ini berbendera Thailand, Vietnam, Malaysia dan Myanmar.
Foto: Getty Images/Sijori Images/Barcroft India
Kapal Malaysia dan Belize di Belawan
Angkatan Laut Indonesia meledakkan kapal nelayan Malaysia dan Belize yang terlibat dalam aktivitas ilegal, pada tanggal 22 Februari 2016 di sekitar 12 mil dari Lantan 1 Belawan. Penenggelaman dipimpin langsung Dan Lantamal I Belawan Laksamana Pertama TNI Yudo Margono. Kapal berbendera Malaysia dan Belize itu dihancurkan dengan peledak.
Foto: Getty Images/Jefta Images/Barcroft India
Dengan dinamit daya ledak rendah
Peledakan kapal asing berbendera Malaysia dan Belize tanggal 22 Februari 2016 di sekitar 12 mil dari Lantan 1 Belawan. Indonesia telah menenggelamkan ratusan kapal asing pencari ikan sejak Presiden Joko Widodo mulai berkuasa pada tahun 2014.
Foto: Getty Images/Jefta Images/Barcroft India
Peledakan kapal Viking
Kapal penangkap ikan berbendera Nigeria FV Viking Logas berukuran panjang 70 meter dan lebar 8 meter dimusnahkan di pantai barat Pangandaran, perairan laut blok Batu Mandi, 14 Maret 2016. Kapal FV Viking berbendera Nigeria itu juga merupakan buronan Interpol Norwegia. Kapal tersebut berhasil ditangkap kapal perang KRI Sultan Taha saat mencuri ikan di perairan Indonesia.
Foto: Getty Images/Jefta Images/Barcroft India
Instruksi lewat live streaming
Kepala kepolisian Aceh Irjen Pol. M Husein Hamidi memimpin langsung peledakan 3 unit kapal asing asal Malaysia yang mencuri ikan di perairan Langsa, 5 April 2016. Peledakan dilakukan 5 mil dari Gampong Telaga Tujuh, Langsa Barat. Setelah instruksi diberikan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti melalui live streaming, 3 unit kapal tersebut diledakan oleh Tim Gegana Satbrimob Polda Aceh.
Foto: Getty Images/AFP
Awan hitam pasca peledakan
Awan gelap membumbung tinggi, setelah Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia, polisi dan Angkatan Laut Indonesia meledakkan lima kapal penangkap ikan asing dari empat kapal nelayan Malaysia dan kapal penangkap ikan Vietnam pada tanggal 05 April 2016 di Batam,
Foto: Getty Images/Sijori Images/Barcroft India
Jadi tontonan warga
Orang-orang mengambil gambar saat pemerintah menghancurkan kapal asing milik Cina yang tertangkap basah mencari ikan secara ilegal di perairan Negeri Mamala-Morela, Kecamatan Leihitu, Pulau Ambon, Kabupaten Maluku Tengah pada tanggal 1 April 2017.
Foto: Reuters/I. Mulyawan
Rugikan miliaran dollar AS setiap tahunnya
Pihak berwenang di Indonesia menghancurkan tujuh kapal penangkap ikan ilegal asing di perairan Belawan, Sumatera Utara, pada tanggal 1 April 2017, Indonesia telah berusaha menghentikan aktivitas kapal-kapal asing tanpa izin di wilayahnya. Presiden Joko Widodo mengklaim bahwa kerugian ekonomi akibat ulah pencurian ikan illegal ini mencapai miliaran dolar AS setiap tahunnya.
(Ed: ap/rzn)
Foto: Getty Images/AFP/G. Ginting
14 foto1 | 14
Hukuman penenggelaman ini sudah yang paling pantas bagi pelaku illegal fishing?
Saya kira ini sudah hukuman yang maksimal karena karena di Undang-undang Perikanan itu kan ada beberapa opsi keputusan. Pertama ditenggelamkan, kedua disita untuk keperluan pemanfaatan yang lain dan yang ketiga itu dilelang. Penenggelaman kapal ini sudah hukuman yang paling keras untuk pelaku illegal fishing dari sudut pandang undang-undang yang berlaku saat ini.
Ada efek negatif dari penenggelaman kapal ini pada lingkungan?
Saya kira ada evaluasi, selama ini dalam beberapa kali kejadian kan ada peledakan. Nah itu kemudian mendapat protes dari beberapa pihak karena merusak lingkungan, kemudian pecahan kapal bisa menjadi sampah. Kemarin yang saya lihat metodenya ditenggelamkan jadi dibocorkan atau dimasukkan air sehingga kapalnya itu utuh tenggelam di dasar laut. Itu bisa menjadi rumah ikan dan juga bisa jadi ekosistem baru di perairan yang bisa mendukung kelestarian ikan.
Jepang Mulai Musim Perburuan Paus
Musim panas di belahan selatan dunia, musim perburuan paus oleh armada kapal nelayan Jepang di kawasan Antartika juga dimulai. Perburuan paus komersial dilarang, tapi Jepang berkilah, itu untuk penelitian ilmiah.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Kedatangan dirahasiakan
Tanggal kedatangan armada kapal penangkap paus selalu dirahasiakan. Kantor berita Kyodo melaporkan, tindakan itu terkait kecemasan dinas perikanan Jepang atas aksi protes sebagian secara radikal dari kelompok anti penangkapan paus seperti Sea Shepherd.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Robichon
Armada Pemburu Angkat Sauh
Armada tiga kapal penangkap ikan diberangkatkan dari pelabuhan Shimonoseki awal bulan Desember. Tujuannya: perairan sekitar kutub selatan, kawasan perburuan paus tahunan. Jepang berencana membunuh 1.000 paus pada musim panas ini di belahan selatan bumi. Alasannya, penelitian ilmiah, tapi realitanya, semua daging paus akan mendarat di pasar ikan dan restoran.
Foto: picture-alliance/dpa
Kapal Pabrik
Armada dua kapal pemburu dan satu kapal pengintai itu, akan bergabung dengan kapal pabrik pengolah daging paus Nisshin Maru. Target perburuan : 935 paus kerdil dan 50 paus raksasa di kawasan Antartika. Musim perburuan paus berakhir bulan Maret.
Foto: picture-alliance/dpa
Bentrokan di Laut Lepas
Musim perburuan Paus tahun lalu, armada Jepang mencatat rekor terendah 103 paus kerdil. Penyebabnya, sebagian karena cuaca buruk dan badai, dan sebagian lagi karena gangguan para aktivis anti perburuan paus Sea Shepherd. Para aktivis melemparkan bom berbau busuk ke kapal penangkap paus, yang membalas dengan semprotan meriam air.
Foto: cc-by-nc-sa3.0/guano
Pemburu dan Buruan
Kelompok pelestari lingkungan Greenpeace dan Sea Shepherd, dalam beberapa tahun terakhir terus aktif membuntuti armada kapal penangkap paus Jepang di kawasan perairan kutub selatan. Aksi protes kelompok ini menarik perhatian internasional terhadap praktek perburuan paus komersial dan sekaligus memicu kecaman dari pemburu paus, yang menuduh aktivis membahayakan jiwa manusia.
Foto: GREG WOOD/AFP/Getty Images
Celah Aturan
Perburuan mamalia laut raksasa ini telah dilarang sejak 1986. Tapi aturan mengizinkan perburuan untuk tujuan ilmiah dan riset. Celah hukum inilah yang dimanfaatkan Jepang, untuk terus melakukan perburuan paus. Walaupun populasi paus kini kembali stabil, beberapa jenis tetap terancam musnah.
Foto: picture-alliance/dpa
Konsumsi Daging Paus Turun
Konsumsi daging paus jadi bagian tradisi Jepang selama beberapa abad. Sesaat setelah berakhirnya Perang Dunia II, daging lain langka, daging paus jadi salah satu makanan utama di Jepang. Sekarang, konsumsi daging paus turun drastis, dan hanya memainkan peranan kecil dalam menu makanan sehari-hari. Tambahan lagi, ada gerakan kuat di kalangan warga Jepang sendiri, menentang perburuan paus.
Foto: Toshifumi Kitamura/AFP/Getty Images
Perang di Laut dan di Pengadilan
Beberapa aktivis Sea Shepherd Conservation Society, seperti Paul Watson diajukan ke pengadilan terkait aksinya memprotes perburan paus. Tapi di sisi lain, negara seperti Australia juga menggugat Jepang ke mahkamah internasional PBB, dengan dakwaan menyalahgunakan celah hukum untuk perburuan paus secara komersial. Australia berharap mahkamah internasional melarang perburuan paus di musim ini.
Foto: picture-alliance/AP Photo
8 foto1 | 8
Bagaimana bila kapal-kapal tersebut dihibahkan kepada nelayan Indonesia? Bukankah itu solusi yang lebih baik?
Jumlah kapal kita dengan tidak adanya kapal asing justru meningkat. Bila melihat online data KKP, kapal di atas 30 GT (gros ton) yang izin operasinya dikeluarkan oleh pemerintah pusat hampir berjumlah 5.000 kapal, kapal ikan dan kapal pengangkut. Memang dari struktur armada, kapal-kapal kita itu masih tradisional. Dari sekitar 500 ribuan kapal ikan sekarang, 4 % nya adalah kapal di atas 30 GT dan 94% itu kapal di bawah 30 GT. Karena mayoritas nelayan kita adalah nelayan-nelayan kecil, dengan kapal di bawah 3 GT yang paling banyak.
Yang kedua mengenai opsi kapal itu dihibahkan ke nelayan kita, itu pernah dicoba dulu bukan konsep yang baru, sudah pernah dicoba, dihibahkan ke pihak kampus, ke pemerintah daerah, dan juga kelompok-kelompok nelayan tapi kendalanya di operasional dan teknologi. Jadi operasionalnya sangat tinggi dan teknologinya relative belum dikuasai oleh nelayan-nelayan kita sehingga butuh waktu untuk transfer teknologi.
Sekarang tren kapal-kapal besar ini bertambah. Ada kegairahan untuk membuat kapal-kapal baru. Karena daerah perairan kita sekarang kan relatif sepi dan itu musti diisi. Dan armada nasional baik itu perorangan maupun swasta sekarang berlomba-lomba membuat kapal.
Ke depan untuk bisa beri efek jera, proses pengadilan perikanan perlu dipercepat pada kapal-kapal pelaku kejahatan, dan keputusannya sebaiknya ditenggelamkan bukan disita atau lelang. Kalau lelang bisa saja kapal tersebut dibeli kembali oleh pelaku dan mereka beroperasi lagi seperti yang terjadi dalam beberapa kasus kapal Vietnam.
Tidak Ada Ikan Tanpa Seks
Penjualan ikan adalah metode pencarian nafkah bagi perempuan di sekitar danau Viktoria. Tapi untuk mendapat ikan, perempuan harus membayar terlebih dahulu, dan seringkali dengan seks.
Foto: picture-alliance/dpa/G. Forster
Seks sebagai ganti ikan
Perempuan Kenya menjual ikan yang ditangkap di danau Viktoria di pasar di kawasan itu. Ini adalah metode yang paling tersebar luas, untuk memperoleh sumber pendapatan. Tapi mereka harus membeli ikan terlebih dahulu dari nelayan, dan mereka sering dituntut untuk memberikan layanan seks.
Foto: picture-alliance/dpa/G. Forster
Bisnis Jaboya
Perez Anjango dulu juga menjual ikan. Ia ikut bisnis "Jaboya" selama 15 tahun. Itulah nama yang diberikan penduduk untuk fenomena prostitusi di antara pedagang ikan. Sekarang organisasi seperti World Vision berusaha membantu mencari jalan keluar bagi para perempuan dari praktek Jaboya.
Foto: picture-alliance/dpa/G. Forster
Pemisahan jender di danau
Di pagi hari, nelayan menarik jangkar dan menangkap ikan di danau. Itu hanya dilakukan para pria. Bisnis ikan di danau Viktoria mengikuti asas pemisahan jender.
Foto: picture-alliance/dpa/G. Forster
Satu dari banyak orang
Jika nelayan kembali ke pesisir. di tepi danau sudah menunggu banyak orang, terutama perempuan. Mereka menunggu ikan yang akan merka jual. Terutama ikan Omena, sejenis ikan sardin, yang banyak dibeli orang.
Foto: picture-alliance/dpa/G. Forster
Nelayan yang "tepat"
Segera setelah kapal merapat, perempuan bergegas naik. Sepertinya setiap perempuan sudah tahu, mereka harus naik ke kapal yang mana, untuk bisa mengisi ember mereka dengan ikan. Setiap ember bisa menampung Omena sebanyak 5 kg, dan perempuan harus membayar sekitar 1.000 shilling Kenya. Sementara untuk seks para perempuan tidak dibayar, tapi harus diikutsertakan.
Foto: picture-alliance/dpa/G. Forster
Terlalu banyak orang, terlalu sedikit ikan
Tapi mengapa para nelayan bisa memaksa para perempuan untuk melakukan prostitusi? Jawabannya mudah: para perempuan rela memberikan apapun, supaya mendapat ikan. Penduduk di sekitar danau terus bertambah, tapi jumlah ikan omana terus berkurang. Penyebab situasi ini adalah pencemaran lingkungan, penyebaran satu spesies ikan saja, dan pembudidayaan jenis ikan Viktoriabarsch di tahun 1950-an.
Foto: picture-alliance/dpa/G. Forster
Persahabatan "spesial"
Agar bisa mendapat ikan untuk dijual, para perempuan harus punya hubungan spesial dengan nelayan. Artinya, mereka berhubungan seks dengan nelayan sebelum atau sesudah nelayan menangkap ikan. Teman perempuan yang "spesial“ mungkin bisa mendapat ikan yang lebih banyak atau lebih segar.
Foto: picture-alliance/dpa/G. Forster
Masalah terus bertambah
“Jaboya” tidak hanya ada di Kenya, melainkan juga di Tanzania dan Uganda. Ini menyebabkan penyakit menyebar di sekitar danau. Tingkat penularan penyakit HIV di kawasan itu sangat tinggi. Banyak perempuan dan nelayan tertular HIV dan meninggal. Yang tertinggal adalah para istri nelayan yang tidak punya mata pencaharian.
Foto: picture-alliance/dpa/G. Forster
Sumber pemasukan baru
Untuk bisa keluar dari "Jaboya” sangat sulit. Pertama, para perempuan perlu pekerjaan tambahan. Organisasi seperti World Vision ingin memberikan alternatif baru. Misalnya membuat oven dari tanah seperti perempuan di Sindo ini (foto). Sindo adalah kota kecil di dekat danau Victoria.
Foto: picture-alliance/dpa/G. Forster
Jalan keluar: berdiri sendiri
Perez Anjango dan keluarganya kini memiliki pembiakan ikan sendiri. Ini berupa kolam kecil sebesar separuh lapangan tenis, tidak jauh dari danau Viktoria. Salah satu anaknya pedagang ikan. Tapi ia tidak perlu pergi ke tepi danau Viktoria. Penulis: Tabea Goppelt (ml/ap)