1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pengaruh Sanksi AS dan UETerhadap Myanmar Mulai Tampak

2 November 2007

Sesaat menjelang kunjungan utusan khusus PBB Ibrahim Gambari ke Myanmar, pengaruh pertama dari sanksi ekonomi yang dikenakan oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa terhadap junta militer negara itu mulai kelihatan.

Foto: AP

Akhir pekan ini (03/11), maskapai penerbangan Myanmar Air Bagan, milik pengusaha Tay za harus menghentikan jalur penerbangan antara Yangon dan Singapura. Bank-bank di Singapura menghentikan sirkulasi uang maskapai penerbagang Air Bagan setelah Amerika Serikat menempatkan maskapai penerbangan Birma itu dalam daftar hitam. Lebih dari 10 perusahaan dan pihak individu, antara lain sejumlah pengusaha dan anggota junta militer Myanmar terkena langsung dampak sanksi ekonomi tersebut. Rekening mereka dibekukan dan hubungan bisnis dihentikan. Juga pemilik maskapai penerbangan Air Bagan, Tay za yang berusia 40 tahun termasuk dalam daftar hitam tersebut. Di depan villa-nya di Yangon terparkir mobil Ferrari merah dan Lamborgini bewarna kuning. Menurut laporan surat kabar, tahun lalu perusahaannya Htoo Trading Company meraup keuntungan lebih dari 65 juta dollar Amerika Serikat. Yang meupakan hasil dari ekspor kayu tropis, bisnis property, minyak sawit dan perdagangan senjata. Kelancaran bisnisnya terjamin karena ia juga menempatkan anak-anak para jenderal junta militer pada sejumlah jabatan penting di perusahaannya.

Sementara Maung-maung Sekjen oposisi partai yang berada di pengasingan, Uni Dewan Nasional Birma di televisi mengemukakan

„Kami memerlukan langkah kongkrit selanjutnya. Rejim masih mendapat dukungan terlalu banyak dari berbagai pihak. Tapi jika kami memotong sumber pendapatan para jenderal, akan terjadi sesuatu. Kita harus menghentikan perdagangan batu berharga, minyak dan energi perusahaan yang bekerja sama dengan Birma bersedia melakukan pembicaraan. Jika kita berhasil menghentikan jalur keuangan rejim militer, mereka akan terpaksa untuk melakukan pembicaraan dengan pihak oposisi.

Mitra dagang terpenting junta militer Myanmar adalah China, yang menolak penjatuhan sanksi dan tekanan lebih besar terhadap junta militer. Juru bicara kementerian luar negeri Cina, Liu Jianchao

„Pemerintah Cina tidak akan melakukan tekanan terhadap Myanmar. Kami berharap agar semua partai di Myanmar menahan diri dan menyelesaikan masalah lewat dialog dan perundingan. Kami berharap dapat tercapai perdamaian nasional serta kemajuan dan perkembangan yang demokratis.“