Survei terbaru mengungkap pengaruh Uni Eropa semakin kuat di Asia Tenggara. Citra UE membaik di Kamboja, tapi tidak demikian di Indonesia dan Malaysia. Ada apakah?
Iklan
Citra Uni Eropa (UE) di Asia Tenggara meningkat dalam setahun terakhir, termasuk reputasinya sebagai pengusung perdagangan bebas dan hukum internasional, menurut laporan survei The State of Southeast Asia 2023 yang diterbitkan akhir pekan ini.
Brussel mengokohkan posisinya sebagai "pihak ketiga" yang dipilih oleh negara-negara Asia Tenggara di tengah persaingan Amerika Serikat (AS) dengan Cina di kawasan ini. Kepercayaan pada UE sebagai aktor ekonomi dan politik juga tumbuh, kata laporan itu.
Hampir 43% responden di kawasan Asia Tenggara lebih memilih UE sebagai mitra alternatif, jauh di atas Jepang, Inggris, dan India.
"Dengan latar belakang persaingan AS-Cina, ASEAN perlu memperluas pilihan strategisnya," kata Melinda Martinus, peneliti utama di Pusat Studi ASEAN, ISEAS-Yusof Ishak Institute, yang juga adalah penulis survei tahunan ini.
"Keterlibatan dengan UE memberi perlindungan dari persaingan yang kian intensif antara dua negara adidaya," tambahnya. "Sikap UE terhadap lingkungan dan iklim, hak asasi manusia, supremasi hukum, dan integritas wilayah menunjukkan bahwa mereka adalah mitra global yang bertanggung jawab dan diperlukan oleh ASEAN untuk menjaga tatanan dunia."
ASEAN ingin tatanan dunia berbasis aturan multilateral
Menurut survei tersebut, sekitar 4,2% responden Asia Tenggara berpendapat bahwa UE adalah pelaku ekonomi paling berpengaruh di kawasan ini. Angka ini naik dari hanya 1,7% pada tahun lalu. Hampir 5% responden mengatakan UE punya pengaruh paling politis dan strategis di kawasan ini, dibandingkan dengan hanya 0,8% tahun lalu.
Survei tersebut juga melihat adanya peningkatan jumlah orang Asia Tenggara yang memiliki kepercayaan kepada UE sebagai pengusung perdagangan bebas, serta kepemimpinan UE dalam mempertahankan tatanan berbasis aturan dan menegakkan hukum internasional. Dalam hal ini UE berada di peringkat kedua setelah AS.
Igor Driesmans, Duta Besar Uni Eropa untuk ASEAN, mengaku senang melihat hasil ini. "Persepsi ASEAN yang kian positif terhadap UE, menurut saya, adalah hasil dari konsistensi dan prediktabilitas kami selama puluhan tahun yang berpihak kepada hukum internasional dan multilateralisme," ujar Driesmans kepada DW.
"Seperti kita, orang-orang Asia Tenggara ingin hidup di dunia berbasis aturan multilateral, di mana hak asasi manusia dan hukum internasional ditegakkan."
Bagaimana Vietnam Bangkit Jadi Macan Ekonomi Baru Asia?
Reformasi "Doi Moi" yang membuka privatisasi ekonomi pada pertengahan 1980-an mencuatkan Vietnam dari negara miskin menjadi salah satu macan ekonomi Asia Tenggara hanya dalam tiga dekade. Apa rahasianya?
Foto: DW/Benjamin Bathke
Denyut Ekonomi Vietnam
Ho Chi Minh City yang dulu dikenal dengan nama Saigon merupakan jantung ekonomi Vietnam. Pada 2050 nanti bekas negeri Komunis ini diyakini akan menembus daftar 20 besar kekuatan ekonomi dunia, jika berhasil mempertahankan tingkat pertumbuhan di angka 5%. Saat ini Vietnam menduduki posisi ke-32 perekonomian paling gemuk sedunia dengan pertumbuhan mencapai 7 persen per tahunnya.
Foto: James T Clark
Perekonomian Dua Roda
Lautan sepeda motor yang menyemuti jalan-jalan kota Ho Chi Minh menjadi salah satu manifestasi pertumbuhan ekonomi yang pesat. Saat ini ibukota Vietnam dilalui oleh lebih dari 7 juta sepeda motor setiap harinya. Sejak reformasi ekonomi pada dekade 1980-an, pemasukan per kapita penduduk Vietnam meningkat enam kali lipat.
Foto: DW/Benjamin Bathke
Ambisi Besar Sektor IT
Terutama sektor teknologi Vietnam menjadi motor penggerak tumbuhnya lapangan kerja bagi profesional muda. Perusahaan startup bernama NFQ Asia misalnya menggaji pengembang software antara $ 1.000 hingga $ 2.000 per bulan atau sekitar 30 juta Rupiah. "Penduduk Vietnam lapar akan kesuksesan dan mau bekerja sangat keras," kata pendiri NFQ Asia, Lars Jangkowfsky.
Foto: DW/Benjamin Bathke
Pembenahan Transportasi
Vietnam saat ini sedang membangun jalur kereta bawah tanah pertama di Hanoi dan Ho Chi Minh untuk mengatasi kemacetan. Fasilitas baru di Hanoi itu misalnya sudah akan bisa digunakan mulai akhir tahun depan. Serupa di Indonesia, untuk proyek raksasa ini Vietnam menjalin kerjasama dengan Jepang dalam menyediakan tenaga dan peralatan teknis.
Foto: DW/Benjamin Bathke
Mendunia Berkat Biji Kopi
Bukan kebetulan Vietnam terkenal lewat komoditas kopi. Pasalnya negeri kecil ini merupakan produsen biji kopi terbesar kedua di dunia, setelah Brazil. Kiprah industri kopi Vietnam mencerminkan pertumbuhan ekonomi negeri itu, dari pangsa pasar sebesar 0,1% pada dekade 1980-an, kini Vietnam menyumbang 20% pada produksi kopi dunia.
Foto: DW/Benjamin Bathke
Musim Semi Abadi di Da Lat
Da Lạt yang terletak di selatan adalah salah satu pusat agrikultur Vietnam. Kota yang dikelilingi hutan, danau dan pegunungan ini memiliki nama lain, yakni "kota musim semi abadi" lantaran iklimnya yang sempurna untuk produksi kopi, sayur-sayuran dan budidaya bunga.
Foto: DW/Benjamin Bathke
Gairah Ekonomi Bayangan
Pemandu wisata, pedagang kaki lima, petani atau pemilik kedai kopi di pinggir jalan - mereka adalah bagian dari sektor informal Vietnam yang tumbuh pesat. Diperkirakan tiga dari empat penduduk Vietnam bekerja di sektor informal. (rzn/ap)
Foto: DW/Benjamin Bathke
7 foto1 | 7
Uni Eropa kian populer di Kamboja
Popularitas UE tampaknya meningkat paling cepat di beberapa negara di Asia Tenggara. Laos contohnya. Pada tahun lalu hanya sepertiga warga Laos yang yakin bahwa UE akan "melakukan hal yang benar" dalam berkontribusi terhadap perdamaian, keamanan, kemakmuran, dan pemerintahan global. Pada survei tahun ini, jumlahnya naik menjadi hampir dua pertiga.
Kepercayaan terhadap UE juga meningkat secara dramatis di antara warga Kamboja. Hampir empat perlima warga Kamboja memilih UE sebagai "pihak ketiga" utama di tengah persaingan AS-Cina.
Seun Sam, analis kebijakan di Royal Academy of Cambodia, menganggap ini terjadi di antaranya karena UE menjadi importir utama barang-barang Kamboja. Selain itu, hubungan yang lebih baik juga tercipta setelah Kamboja memegang kursi kepemimpinan ASEAN pada tahun lalu, di mana Perdana Menteri Kamboja Hun Sen dipuji karena mendukung sikap Barat dalam invasi Rusia ke Ukraina.
Iklan
Popularitas UE di Indonesia dan Malaysia turun
Namun demikian, citra UE tampaknya telah menurun di Malaysia dan Indonesia. Di kedua negara ini, rencana UE untuk menghentikan impor minyak kelapa sawit dan mengubah aturan lingkungan tentang impor dituding akan sangat merugikan industri pertanian lokal di kedua negara.
Hampir setengah dari responden Indonesia pada survei kali ini memilih "tidak percaya" atau "kurang percaya" bahwa UE akan melakukan hal yang benar untuk berkontribusi pada perdamaian, keamanan, kemakmuran, dan pemerintahan global. Jumlah ini naik dari sepertiga responden pada tahun lalu.
Sawit Indonesia yang Gegerkan Dunia
Larangan ekspor turunan minyak sawit membuat banyak negara gerah. Tiba-tiba disadari sawit Indonesia memainkan peranan vital dalam ketahanan pangan dunia. Bahan minyak goreng itu kini jadi gorengan politik global.
Foto: Yuli Seperi/Zumapress/picture alliance
Faktor Pemicu
Minyak goreng di dalam negeri tiba-tiba langka. Antrian panjang warga untuk membeli minyak goreng jadi pemandangan mengenaskan sekaligus ironi di negara penghasil “Crude Palm Oil” tebesar sedunia. Permainan mafia migor terbongkar, beberapa orang kini dijadikan tersangka. Presiden Joko Widodo mengeluarkan kebijakan tegas: Setop sementara ekspor produk turunan sawit.
Foto: Eko Siswono Toyudho/AA/picture alliance
Perkebunan Sawit Terluas Sedunia
Kelangkaan migor, ibarat sebuah tamparan keras untuk pemerintah Indonesia. Betapa tidak, Indonesia adalah produsen CPO global terbesar yang memiliki lahan perkebunan sawit paling luas sedunia sekitar 22,6 juta hektar (data 2021). Total produksi tahunan sawit Indonesia sekitar 36 juta ton. Disusul Malaysia dengan produksi separuh kapasitas Indonesia.
Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
Komoditas Ekspor Unggulan
Dari rata-rata produksi tahunan global 77 juta ton minyak sawit, sekitar 59%-nya diproduksi di Indonesia. Saat dunia alami kelangkaan minyak nabati dan harga melambung naik akibat perang di Ukraina, pengusaha oportunis dibantu pejabat korup, mengekspor sebagian besar produksi minyak sawit ke luar negeri. Inilah yang diduga kuat memicu kekosongan pasokan minyak goreng di dalam negeri.
Isu Kerusakan Lingkungan
Sawit bukan hanya berkah. Pembukaan lahan untuk perkebunan sawit di Indonesia, juga berdampak negatif pada kelestarian alam. Biasanya industri melakukan tebang habis dan pembakaran hutan. Organisasi pelindung lingkungan kerap mengangkat topik ini di forum dunia. Juga sejumlah negara ikut menggoreng isu ini, untuk menekan Indonesia dan Malaysia terkait isu lingkungan dari perkebunan sawit.
Foto: Ulet Ifansasti/Getty Images
Dari Makanan, Biodiesel hingga Sabun
Minyak sawit punya kegunaan luas dan sangat beragam. Memang sebagian besarnya diolah menjadi minyak goreng. Namun minyak nabati yang harganya paling murah ini, oleh sejumlah industri raksasa di Eropa, juga digunakan sebagai campuran biodiesel, makanan, kosmetik hingga keperluan sehari-hari di rumah tangga seperti sabun atau sampo.
Foto: AP
Berkontribusi Pada Ketahanan Pangan Global
Setelah dihantam kelangkaan pasokan gandum, merosotnya suplai minyak nabati di pasar dunia dan melonjaknya harga, membuat banyak negara menjerit kebingungan. Terlepas dari efek negatif industri sawit bagi lingkungan, ternyata manfaatnya bagi ketahanan pangan global juga tidak bisa diremehkan. IMF mencemaskan kelangkaan ini akan memicu krisis pangan di negara-negara miskin di dunia.
Peran minyak sawit yang harganya murah dan kapasitas produksinya tinggi, saat ini sulit tergantikan oleh minyak nabati lainnya. Setiap hektar kebun sawit, bisa memproduksi 3,3 ton minyak per tahun. Sementara bunga matahari dan rapa hanya 0,7 ton minyak per ha/tahun. Harga minyak sawit saat ini terus naik, dan menembus rata-rata 1.300 USD/ton.
Foto: dpa
Kelangkaan Migor Juga Landa Eropa
Kenaikan harga minyak nabati global, tidak hanya dirasakan di Indonesia, juga di Eropa rak minyak goreng di sejumlah supermarket mulai kosong. Di Jerman pemicunya adalah "panic buying" dipicu perang Ukraina dan perilaku tidak logis warga. Namun di beberapa negara memang ada kekurangan pasokan dan menetapkan pembatasan, satu orang hanya boleh membeli satu botol minyak goreng. (as/vlz
Foto: MiS/IMAGO
8 foto1 | 8
"Di Malaysia dan Indonesia, masalah kelapa sawit masih serius dan sepertinya tidak akan membaik dalam waktu dekat," ujar Bridget Welsh, analis di Institut Riset Asia di Universitas Nottingham. Ia juga menambahkan bahwa ada anggapan yang mendalam di mana Barat dipandang menargetkan negara-negara Muslim "dan memaksakan nilai-nilainya dengan cara yang munafik," tambah Welsh.
Menurutnya, UE perlu benar-benar mempertimbangkan betapa merusaknya diskriminasi aturan minyak sawit dalam hubungannya dengan Indonesia dan Malaysia.
Selama KTT UE-ASEAN Desember lalu di Brussel, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan bahwa dia tidak ingin lagi diceramahi oleh UE. "Tidak boleh ada pemaksaan pandangan," ujar Jokowi. "Tidak boleh ada orang yang mendikte orang lain dan berpikir bahwa standar saya lebih baik daripada standar Anda."
Negosiator UE dan Indonesia dijadwalkan akan bertemu minggu ini di Jakarta untuk membicarakan perjanjian perdagangan bebas putaran ke-13, dan pejabat Eropa berharap kesepakatan perdagangan bebas dapat dicapai pada akhir tahun ini. ae/hp