Jerman: Penggerebekan Terhadap Sindikat Perdagangan Manusia
18 April 2024
Polisi Jerman melakukan penggeledahan besar-besaran terhadap sindikat perdagangan orang di lebih 100 rumah dan perkantoran hari Rabu (17/04). Sejauh ini 10 orang ditahan atas tuduhan penyelundupan dan perdagangan orang.
Iklan
Lebih dari 1.000 petugas dari kepolisian federal dan kantor kejaksaan terlibat dalam penggeledahan terhadap sindikat perdagangan dan penyelundupan orang, kata jaksa penuntut umum di Düsseldorf Julius Sterzel kepada kantor berita Jerman, dpa.
Aparat menggeledah total 101 tempat tinggal dan kantor bisnis di negara bagian Nordrhein-Westfalen (NRW), Schleswig-Holstein, Hamburg, Berlin, Hessen, Rheinland-Pfalz, Baden-Württemberg dan Bayern.
Polisi menargetkan 38 orang yang diduga anggota sindikat dan 147 orang yang disebut-sebut diperdagangkan. Polisi sejauh ini sudah melakukan sepuluh penangkapan. Investigasi yang mengarah pada penggerebekan tersebut telah berlangsung sejak tahun 2020.
Otak jaringan perdagangan orang disebutkan dua pengacara dari wilayah kota Köln. Mereka dituduh secara ilegal memberikan izin tinggal bagi orang-orang kaya, terutama dari Cina dan juga dari negara-negara Arab.
Total sekitar 350 orang disebut mendapat manfaat dari praktik ilegal itu. Kedua tertuduh pria berusia 42 dan 46 tahun tersebut dikatakan juga mendapat bantuan dari pegawai pemerintahan dengan memberikan bayaran tertentu.
Menyasar "pelanggan" kaya
Selain dakwaan penyelundupan dan perdagangan orang, kejaksaan juga tengah mendalami dugaan suap dan pencucian uang terhadap tersangka utama. "Dengan prospek mendapatkan izin tinggal permanen, orang-orang yang diperdagangkan dikatakan telah membayar sejumlah uang antara 30.000 dan 350.000 euro kepada firma hukum," kata polisi.
Iklan
"Dibandingkan dengan kebanyakan orang yang diangkut oleh para penyelundup orang, mereka adalah 'pelanggan' kaya, kata Julius Sterzel.
Dua tersangka utama diduga menggunakan dana tersebut untuk mendirikan perusahaan cangkang, membiayai tempat tinggal, pembayaran gaji palsu, dan lain-lain. Selain itu, tersangka menggunakan sejumlah besar uang untuk memperkaya diri.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Menurut penyidik, izin tinggal resmi diperoleh dari kantor imigrasi NRW di kota Kerpen dan Solingen serta distrik Rhein-Erft dan Düren. Sepuluh orang yang ditangkap juga termasuk seorang pegawai distrik Düren, yang dikatakan memainkan peran penting dalam penyelundupan orang tersebut dan telah menerima suap untuk penyelundupan itu.
Menteri Dalam Negeri Federal Jerman, Nancy Faeser berterima kasih kepada para penyelidik atas "pukulan besar-besaran terhadap penyelundupan yang terorganisir secara internasional” dan menekankan bahwa sekarang penting untuk memeriksa semua latar belakang dan menghentikan struktur kejahatan terorganisir ini.
Meraup Keuntungan Ekonomi dari Arus Pengungsi
Para pedagang atau sektor informal di Serbia raih keuntungan dadakan dari arus pengungsi yang mengalir ribuan orang setiap hari. Kesengsaraan bagi pengungsi adalah keuntungan bagi pedagang atau penjual jasa di Balkan.
Foto: DW/D. Cupolo
Calo Tiket Bus
Sektor transportasi jadi bisnis yang tumbuh amat cepat di Balkan. Liridon Bizazli, warga Albania menawarkan jasa angkutan bus pada pengungsi di kamp Presevo. Sekali jalan ke Kroasia tarifnya 35 Euro. Bizazli mengatakan, profesinya dulu sebagai pelayan bar hanya digaji 8 Euro per hari. Kini dengan jadi calo penjual tiket bus ia meraup pendapatan 50-70 Euro per hari.
Foto: DW/D. Cupolo
Boleh Naik Bus Gratis
Tapi Bizazli juga bisa fleksibel dan murah hati. Keluarga yang membawa anak, kadang ia gratiskan menumpang bus. Alasannya, Bizazli sejatinya juga pengungsi dari Kosovo. Perjalanan dengan bus seharusnya gratis, ujar dia. Uni Eropa membayar Serbia untuk membantu pengungsi, tapi pemerintah tidak bertindak dan diduga uangnya mengalir ke jalur gelap.
Foto: DW/D. Cupolo
Main Getok Harga
Setiap hari antara 8.000 hingga 10.000 pengungsi datang ke Presevo. Permintaan tinggi membuat toko-toko buka nonstop melayani pengungsi. Terutama toko bahan makanan dan warung makan selalu penuh. Dampaknya sejumlah toko menaikkan harga dua hingga tiga kali lipat, untuk meraup lebih banyak untung dari rezeki dadakan itu.
Foto: DW/D. Cupolo
Jualan SIM Card Hingga Gerobak
Yang mula-mula dicari pengungsi setibanya di Eropa bukan makanan, melainkan SIM Card untuk ponsel agar bisa mengontak keluarga di Suriah. Akibatnya toko penjual prepaid card tumbuh bagai jamur di musim hujan. Bukan hanya itu, gerobak dorong inipun diburu pengungsi. Antara lain untuk mengangkut anak-anak atau kaum wanita yang sakit, seperti perempuan etnis Kurdi dari Suriah ini.
Foto: DW/D. Cupolo
Penjaja Sepatu Laris
Dengan tibanya musim dingin, banyak pengungsi yang semula berjalan kaki telanjang , terpaksa harus membeli sepatu. Jika terus "nyeker" saat musim hujan pada suhu dingin efeknya adalah penyakit infeksi pada kaki dan juga penyakit lebih berat lain. Warga yang jeli berubah profesi jadi penjaja sepatu dan kaus kaki, yang terbukti amat laris.
Foto: DW/D. Cupolo
Jual Beli Dokumen
Semua pengungsi harus meregistrasi diri di negara jalur transit Balkan. Jumlah petugas terbatas menyebabkan antrian panjang ribuan pengungsi yang memerlukan dokumen resmi. Kesengsaraan ini jadi peluang bisnis bagi supir bus yang nakal. Ia mengumpulkan dokumen milik penumpang yang berangkat ke Kroasia. Kembali ke Presevo ia bisa menjual dokumen "aspal" itu kepada pengungsi yang malas antri.
Foto: DW/D. Cupolo
Informasi Penting
Makin banyak sopir bus atau taksi yang berniat buruk, dengan menarik ongkos bagi perjalanan ke Kroasia tapi menurunkan pengungsi di kota terpencil di Serbia. Untuk melindungi para pengungsi dari kejahatan semacam ini, di kamp penampungan ditempel berbagai informasi berharga yang diterjemahkan dalam dalam beberapa bahasa.
Foto: DW/D. Cupolo
Perampokan di Jalan Tol
Bahkan ada sopir bus atau taksi yang terang-terangan mengancam petugas yang mendampingi pengungsi agar terhindar dari kejahatan semacam itu. Alexander Travelle, seorang relawan dari Presevo, melaporkan sebuah keluarga terdiri dari enam orang dirampok oleh sopir taksinya dengan todongan pistol di jalan tol, setelah diperintahkan membayar 80 Euro per kepala untuk perjalanan ke Kroasia.
Foto: DW/D. Cupolo
Semua Harus Bayar Suap
Agar diizinkan menjual tiket bus di kamp pengungsi Presevo, polisi penjaga kamp harus disogok 100 Euro per minggu. Juga sopir bus dan sopir taksi harus membayar "uang keamanan" kepada petugas polisi di kawasan ini. Namun para relawan mengatakan, tidak semua polisi terima sogokan, walaupun sulit membuktikan masih ada aparat yang bersih.
Foto: DW/D. Cupolo
Tarif Hotel Naik Drastis
Suhu makin dingin dan makin banyak pengungsi terpaksa menginap di hotel. Dengan seenaknya pemilik menaikkan tarif dan mengusir pengungsi yang tak mampu membayar sewa kamar. Jalan keluarnya: beberapa orang pengungsi urunan untuk menyewa satu kamar hotel secara berdesak-desakan.
Foto: DW/D. Cupolo
10 foto1 | 10
Penjara hingga 15 tahun bagi penyelundup orang
Menurut informasi, sejauh ini "banyak bukti dan aset" telah diamankan, termasuk uang tunai sekitar 210.000 euro. Selain itu, 269 rekening bank diblokir dan 31 properti disita sementara.
Menurut Polisi Federal, surat perintah penggeledahan dikeluarkan untuk 15 kota NRW saja selama operasi skala besar itu. Penggeledahan juga dilakukan di Berlin, Frankfurt am Main, Freiburg, Hamburg, München dan beberapa kota lainnya di total delapan negara bagian.
Penyelundupan dan perdagangan orang untuk memasuki Jerman secara ilegal dengan imbalan uang biasanya melibatkan layanan transportasi, pembuatan dokumen palsu, koordinasi perjalanan dan akomodasi.
Menurut UU Jerman, praktik penyelundupan orang bisa diganjar sanksi penjara antara satu sampai 15 tahun. Pada tahun 2022, Kantor Polisi Kriminal Jerman mencatat adanya 4.936 kasus penyelundupan orang di seluruh Jerman – meningkat hampir 30 persen dibandingkan tahun sebelumnya.