1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiJerman

Penggunaan Bahasa Inggris Makin Umum di Jerman

William Noah Glucroft
29 Agustus 2023

Dari pengadilan, ruang kelas, hingga politik, Jerman mulai sering menggunakan bahasa Inggris. Ini juga merupakan upaya untuk menjadikan negara ini lebih menarik secara global, tapi bagi banyak orang ini bukan soal mudah.

Foto ilustrasi pelajaran bahasa Inggris untuk orang Jerman
Foto ilustrasi pelajaran bahasa Inggris untuk orang JermanFoto: Khosrow Rajab Kordi/Zoonar/picture alliance

Lewatlah sudah hari-hari ketika politisi Jerman menolak berbicara bahasa Inggris. Misalnya tahun 2009, menteri luar negeri saat itu, Guido Westerwelle, menjadi berita utama karena menolak permintaan reporter BBC untuk menjawab pertanyaan dalam bahasa Inggris. "Di Jerman, tentu saja, kami berbicara bahasa Jerman,” kata Westerwelle ketika itu, dalam bahasa Jerman.

Namun, kini situasinya sudah berubah. Banyak pejabat tinggi yang siap berbahasa Inggris. Menteri Pertahanan Boris Pistorius (SPD) misalnya dan terutama Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock (Partai Hijau), yang memang pernah belajar di luar negeri. Juga Menteri Keuangan Christian Lindner (FDP) muncul berbahasa Inggris di Bloomberg TV untuk membahas keadaan perekonomian Jerman.

Mantan Kanselir Angela Merkel dulu hampir tidak pernah berbicara bahasa Inggris, bahkan ketika pidato wisuda tahun 2019 di Harvard atau dalam wawancara CNN dengan jurnalis top Christiane Amanpour. Namun penggantinya, Olaf Scholz, sekarang sering muncul di stasiun televisi AS dengan berbahasa Inggris.

German chancellor: Building good relations key

04:11

This browser does not support the video element.

Bahasa Inggris di bidang ekonomi dan peradilan

Mengingat besarnya peran perekonomian Jerman, yang bergantung pada pasar ekspor, bahasa Inggris memang menjadi pilihan dalam konteks bisnis global. Soal penggunaan bahasa Inggris, tidak dapat dihindari, perselisihan komersial lintas batas "sering muncul” dan memerlukan "penyelesaian yang cepat dan profesional,” kata Christiane Hoffmann, wakil juru bicara pemerintah, kepada wartawan pada konferensi pers pekan lalu.

Bahkan sekarang ada pengadilan niaga yang didirikan di Kota Frankfurt, pusat keuangan Jerman, yang dapat menangani kasus dalam bahasa Inggris. Pengadilan ini merupakan bagian dari semakin banyaknya pengadilan niaga di Uni Eropa, yang didirikan oleh negara-negara anggota setelah Brexit. Dengan keluarnya Inggris dari blok tersebut, Jerman, Prancis, dan Belanda termasuk di antara negara-negara yang berupaya menjadi alternatif.

Namun, transisi ini mungkin memakan waktu bertahun-tahun karena "kesenjangan generasi”, kata Michael Weigel, pengacara komersial dan anggota Asosiasi Pengacara Federal Jerman, kepada DW. "Sama seperti spesialisasi apa pun, orang memerlukan waktu untuk menguasai keterampilan ini. Itu memerlukan biaya,” katanya.

Namun, undang-undang Jerman masih menyatakan bahasa Jerman sebagai satu-satunya bahasa resmi. Jadi, permohonan dan dokumen yang diserahkan kepada otoritas dalam bahasa asing harus disertai terjemahan. Partai Demokrat Liberal FDP kini menganjurkan agar bahasa Inggris dimasukkan sebagai bahasa resmi kedua, tetapi hal itu masih harus disetujui oleh pemerintahan federal dan negara bagian.

Perusahaan Jerman diharapkan bisa "terbuka terhadap pelamar berbahasa Inggris”, kata Sekretaris Jenderal FDP Bijan Djir-Sarai awal tahun ini. "Kemudian Anda juga dapat mengharapkan otoritas dan administrasi kami untuk dapat menawarkan layanan penuh dalam bahasa Inggris kepada orang-orang ini,” tambahnya.

Baru pada tahun 2005, bahasa Inggris menjadi mata pelajaran di tingkat sekolah dasar di JermanFoto: Achim Scheidemann/dpa/picture-alliance

Bahasa Inggris dalam sistem pendidikan dan kehidupan sehari-hari

Sejak tahun 2005, bahasa Inggris telah diajarkan di semua sekolah dasar di Jerman, dengan satu-satunya pengecualian di wilayah perbatasan Perancis. Sekitar 10% program gelar pendidikan tinggi di Jerman kini ditawarkan dalam bahasa Inggris, menurut data Layanan Pertukaran Akademik Jerman, DAAD. Kebanyakan dari program-program tersebut adalah program pascasarjana, yang terutama ditawarkan lembaga-lembaga pendidikan swasta.

Meskipun menampung populasi ekspatriat dalam jumlah besar, Jerman sering kali memiliki kinerja buruk dalam survei ekspatriat. Bahasa adalah faktor kunci yang mempengaruhi rendahnya peringkat Jerman, menurut survei Expat Insider tahun 2023, yang dilaksanakan oleh lembaga InterNations, jaringan ekspatriat yang berbasis di München.

Tahun 2017, menteri kesehatan saat itu, Jens Spahn, sempat mengeluhkan bahwa bahasa asing terlalu sering digunakan di ibu kota Berlin. "Saya merasa terganggu karena di beberapa restoran di Berlin, para pelayannya hanya berbicara bahasa Inggris. Saya yakin hal itu tidak akan terjadi di Paris,” ujarnya.

Saat ini, sudah banyak ekspatriat muda yang bekerja sektor bisnis di Berlin tanpa perlu pengetahuan bahasa Jerman. Ini berbeda dengan kalangan ekspatriat generasi sebelumnya, yang hanya bisa mengakses pasar kerja Jerman jika menguasai bahasa Jerman dengan cukup baik. Namun, dengan reformasi undang-undang imigrasi, yang saat ini diupayakan pemerintah Jerman, hal ini kemungkinan besar akan berubah.

(hp/yf)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait