1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penghargaan Demokrasi untuk Suu Kyi

11 April 2014

Dalam kunjungannnya ke Berlin, pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi memperoleh penghargaan dari Partai Sosial Demokrat (SPD), atas jasanya melawan penindasan.

Foto: Getty Images

Penghargaan Willy Brandt yang dihibahkan Partai Sosial Demokrat (SPD) kepada Suu Kyi, diambil dari nama mantan kanselir Jerman Barat terakhir, yang dikenal sebagai pejuang demokrasi.

"Sama seperti Willy Brant, Anda juga telah menolak tekanan penganiayaan. Sama seperti dia, Anda juga berjuang untuk kebebasan dan demokrasi,“ papar Sigmar Grabriel, pemimpin SPD dan Wakil Kanselir Jerman kepada Aung San Suu Kyi.

"Sebuah panutan dan inspirasi besar untuk semua orang yang berjuang bagi demokrasi dan hak asasi manusia,“ demikian ditambahkan ketua SPD Sigmar Gabriel dalam pidatonya.

Aung San Suu Kyi telah menghabiskan puluhan tahun di bawah kediktatoran militer di negara mereka. Perempuan yang kini berusia 68 tahun itu mendekam dalam tahanan rumah selama 15 tahun lamanya. Ia tak kenal lelah memperjuangkan demokrasi di Myanmar yang dulu bernama Birma. Ketua oposisi "Liga Nasional untuk Demokrasi" tersebut menjadi simbol perlawanan damai di Birma.

Foto: picture-alliance/dpa

"Konstitusi Tidak Demokratis "

Suu Kyi, yang merupakan penerima penghargaan Nobel Perdamaian pada tahun 1991, sempat mengunjungi Kanselir Angela Merkel pada hari Kamis (10/04) dan pada hari Jumat (11/04), mengunjungi parlemen Jerman. Dalam pertemuannya dengan parlemen Jeman, wakil ketua parlemen, Claudia Roth, mengungkapkan kekagumannya atas keberanian, integritas dan stamina Suu Kyi. Ia pun berharap agar Suu Kyi mencapai keberhasilannya dalam apa yang disebut „aksi di parlemen“

Pertempuran terbaru Suu Kyi dengan para penguasa Myanmar kali ini adalah dalam mendorong amandemen Konstitusi 2008, dimana di dalamnya termaktub kontrol militer atas legislatif. Konstitusi itu didesakkan oleh junta militer yang memerintah Myanmar dari tahun 1988-2010. Di dalamnya terdapat aturan alokasi 25 persen dari seluruh kursi parlemen untuk anggota militer yang ditunjuk.

Fraksi Suu kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), kini memegang 43 dari 664 kursi di majelis. Mereka mendorong adanya amandemen atas aturan tersebut sebelum pemilihan umum berikutnya, yang dijadwalkan berlangsung pada tahun 2015.

Kritik terhadap Suu Kyi

Salah satu tantangan Myanmar adalah bagaimana mengubah konstitusi ini, ujar Suu Kyi: "Myanmar melewati tahap yang paling berbahaya dalam perkembangannya. Kami sekarang memiliki kesempatan untuk mengubah bangsa kita menjadi bangsa, yang kita impikan begitu lama. Kesempatan seperti itu sangat jarang."

Di samping itu, tantatangan lainnya adalah mengatasi ketegangan etnis. Organisasi hak asasi manusia menuduh Suu Kyi tak cukup berbuat banyak dalam ketika terjadi kerusuhan antara Muslim dan Buddha di negara itu.

Foto: Getty Images

Orang-orang harus belajar untuk mengatasi saling curiga dan ketakutan, jawab Suu Kyi: "Kita harus belajar untuk hidup bersama meskipun ada perbedaan-perbedaan di antara kita." Ditambahkannya, semua tantangan ini membutuhkan bantuan dan rasa saling memahami dari seluruh dunia, terutama dari negara-negara yang sudah melalui proses rekonsiliasi nasional dan demokratisasi.

Sebuah panggilan yang dijawab Sigmar Gabriel: "Kami memiliki pekerjaan besar untuk mendukung Anda dalam perjuangan Anda untuk kebebasan dan demokrasi."

ap/ab(ap/dpa)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait