1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pengungsi Irak Kembali ke Kampung Halaman? - Pernyataan UNHCR

9 April 2008

Sejak beberapa bulan terakhir terdengar kabar kembalinya pengungsi Irak. Jumlahnya tidak jelas. Faktanya, warga Suni yang mengungsi dari daerah kekuasaan Shiah tidak kembali ke daerah itu. Begitupun sebaliknya.

Pengungsi Irak di SuriahFoto: AP

Milisi Shiah menyiksa dan membunuh anggota keluarga mereka. Sehingga Hala Ibrahim Ahmed, yang berusia 35 tahun, juga khawatir akan hidupnya. Ia melarikan diri dari Irak. Itu terjadi bulan Juni 2007. Hala meninggalkan Bagdad bersama suaminya ke Suriah. Tetapi beberapa bulan kemudian mereka kembali lagi ke Irak, karena kehabisan uang. Di Suriah mereka tidak boleh bekerja.

Tidak Kembali ke Rumah

Namun demikian mereka tidak dapat kembali ke rumah mereka yang dulu di bagian kota Bagdad, Hay al-Amal. Sebagai warga Suni mereka khawatir akan hidup mereka, karena bagian kota itu dikuasai milisi Shiah. Hala dan suaminya pindah ke Sadr Yussufiye, yaitu sebuah daerah kecil di selatan Bagdad yang mayoritas penghuninya warga Suni.

Sejak beberapa bulan terakhir terdengar banyak laporan tentang warga Irak yang dulu melarikan diri dan kini kembali ke negara asalnya. Tetapi jumlahnya tidak diketahui dengan jelas. Bahkan Badan Urusan Pengungsi PBB UNHCR juga tidak mengetahuinya. Walpurga Engelbrecht dari UNHCR mengatakan, datanya berbeda-beda. Saat ini Kementrian Urusan Pengungsi memperkirakan, sekitar 30.000 keluarga dari Suriah sudah kembali ke Irak, jadi sekitar 180.000 sampai 200.000 orang. Tetapi jika mereka tidak didaftar, maka hanya ada perkiraan saja. Demikian ujar Engelbrecht.

Tidak Ada Catatan

Kementrian Untuk Migrasi sampai saat ini tidak mencatat warga yang kembali ke Irak. Dulu, jumlah warga yang terpaksa meninggalkan rumah mereka, juga tidak dicatat. UNHCR menduga dua juta warga Irak mengungsi ke Suriah dan Yordania. Sementara hampir tiga juta lainnya berada di pengungsian tetapi tidak meninggalkan Irak. Karena tidak ada statistik yang jelas, organisasi kemanusiaan menganggap kabinet Perdana Menteri Nuri al Maliki memperbagus angka pengungsi yang kembali ke Irak menjadi 180.000 hingga 200.000.

Hal lain juga harus ikut diperhitungkan dalam angka tersebut. Yaitu pengungsi yang kembali dari Suriah misalnya, belum tentu pulang ke rumah mereka sebelumnya. Misalnya Hala dan suaminya. Menyangkut itu Walpurga Engelbrecht dari UNHCR menuturkan, memang benar, sejumlah orang kembali ke Irak. Tetapi tidak ke kampung halamannya. Melainkan ke distrik-distrik yang dikuasai kaumnya sendiri. Jadi kadang tidak tepat jika mereka disebut orang yang pulang. Karena mereka kembali ke Bagdad, tetapi tetap terusir dari rumahnya.

Pulang Karena Keamanan Membaik

Antara 60.000 sampai 70.000 dari kelompok pengungsi tersebut kini sudah kembali lagi ke rumah mereka yang dulu. Setidaknya itulah keterangan Kementrian Imigrasi. Dan situasi keamanan yang semakin membaik dijadikan alasan kepulangan mereka. Walpurga Engelbrecht tidak sependapat. Ia mengatakan, alasan mengapa mereka pulang bisa macam-macam. Mereka bisa kembali karena tidak punya uang lagi, atau juga karena peraturan visa di negara lain diperketat, sehingga mereka jadi berstatus ilegal.

Sementara itu, sejumlah organisasi non pemerintah menunjuk pada kemungkinan adanya bahaya akibat kembalinya pengungsi, yaitu jika pengungsi menemukan rumah mereka diduduki pengungsi lain. Engelbrecht mengatakan, oleh sebab itu penting bagi kami dari UNHCR untuk tidak menyatakan, bahwa para pengungsi kembali ke hidup yang aman dan terhormat.

Gelombang Pengungsi Yang Pulang

Organisasi kemanusiaan mengatakan, tidak ada yang bisa disebut gelombang pengungsi yang kembali ke Irak. Jumlah orang yang melarikan diri masih lebih besar dari yang kembali ke rumahnya.

Hala Ibrahim Ahmed dan suaminya menemukan perlindungan di Suriah. Tetapi mereka kehabisan uang. Sekarang, setelah berada kembali di Irak, mereka merasa lebih aman daripada tahun lalu. Tetapi mereka tidak betah, karena bukan di kampung halamannya. Uang juga tetap tidak ada. Mereka pengangguran dan hanya hidup dari penghasilan sang suami sebagai buruh harian. Harapan terbesar Hala adalah, bisa kembali ke Bagdad dan bekerja secara teratur. (ml)