Nasib ribuan warga Rohingya terkatung-katung di perbatasan Bangladesh. Mereka tak dapat melangkah maju sebab tentara Bangladesh menghalau langkah mereka. Namun, kembali mundur ke Myanmar juga bukan pilihan.
Nasib Pengungsi Rohingya di Perbatasan Bangladesh
Nasib ribuan warga Rohingya terkatung-katung di perbatasan Bangladesh. Mereka tak dapat melangkah maju sebab tentara Bangladesh menghalau langkah mereka. Namun, kembali mundur ke Myanmar juga bukan pilihan.
Ribuan orang mengungsi
Satu keluarga Rohingya menangis di perbatasan Bangladesh, Ghumdhum. Mereka terpaksa meninggalkan seluruh harta milik mereka untuk menyelamatkan diri dari bentrokan yang terjadi di Rakhine. Selama sepekan terakhir, pasca bentrokan di Rakhine, Lembaga Migrasi Internasional (IOM) mencatat sekitar 18.000 warga Rohingya mengungsi ke negara tetangga mereka, Bangladesh.
Kawasan tanpa tuan
Lembaga Migrasi Internasional (IOM) juga menyebutkan ribuan warga sipil dari kelompok minoritas Muslim asal Myanmar terkatung-katung di "daerah tanpa tuan", kawasan di antara perbatasan Myanmar dan Bangladesh. Pemerintah Bangladesh menginstruksikan agar pengungsi tidak diizinkan memasuki Bangladesh.
Anak-anak turut menggungsi
Tiga anak kecil ini berusaha meninggalkan "kawasan tanpa tuan" dan melewati air agar semakin mendekat ke perbatasan Bangladesh, pasca tembakan senjata terdengar kembali di udara. Sekjen PBB, Antonio Guterres mendesak pemerintah Bangladesh untuk menolong warga sipil yang melarikan diri. Ia menegaskan "sebagian besar pengungsi adalah perempuan dan anak-anak, sebagian dari mereka bahkan terluka".
Nekat melompati bahaya
Seorang remaja Rohingya melompati pagar kawat yang menjadi pembatas wilayah Myanmar dan Bangladesh. Sekitar 1,1 juta Rohingya tinggal di negara bagian Rakhine di Myanmar, namun ditolak kewarganegaraannya dan menghadapi pembatasan perjalanan yang berat. Banyak umat Buddha di Myanmar menganggap mereka sebagai imigran ilegal dari negara tetangga Bangladesh.
Bersiaga menghalau penggungsi
Petugas penjaga perbatasan bersiaga untuk mencegah penggungsi Rohingya memasuki wilayah Bangladesh. Pemerintah Bangladesh menolak gelombang pengungsi Rohingya yang baru dengan alasan telah menampung lebih dari 400.000 warga Rohingya sejak konflik terjadi pada tahun 1990-an.
Menghalau dengan segala cara
Pemerintah Bangladesh menginstruksikan tentara perbatasan untuk mencegah ribuan warga sipil kelompok minoritas Muslim Rohingya memasuki Bangladesh dengan segala cara. Kepada AFP, seorang anak perempuan bernama Marium bercerita bahwa ia terpisah dari orangtuanya saat petugas mengusir mereka.
Bersembunyi di hutan
Akibat dihalau di perbatasan Bangladesh, ribuan warga Rohignya pun terdampar dan bersembunyi di perbukitan maupun di dalam hutan. Mereka tak mungkin kembali ke desa, sebab kantor pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, mengatakan militer akan meluncurkan 'operasi pembersihan' sebagai tanggapan atas serangan militan Rohingya pada Jumat (25/08).
Menyelamatkan masa depan
Ibu ini menangis putus asa sambil menggendong bayinya, ketika tentara perbatasan menghalaunya memasuki Bangladesh di Cox Bazar. Beredar informasi bahwa tentara Myanmar melakukan serangan balasan akibat aksi militan Rohingya di Rakhine. Salah satu saksi mata kepada Al Jazeera mengaku tentara membunuh "siapapun yang bergerak", baik perempuan, anak-anak, bahkan bayi. Ed: ts/yp (afp, reuters)
Badan PBB urusan pengungsi, UNHCR melaporkan sekarang di dunia ada 51 juta orang yang terpaksa meninggalkan daerah asal mereka dan jadi pengungsi. Mereka kerap lari dari penganiayaan di negara sendiri.
10 Hal Yang Harus Anda Ketahui Tentang Pengungsi
Badan PBB urusan pengungsi, UNHCR melaporkan sekarang di dunia ada 51 juta orang yang terpaksa meninggalkan daerah asal mereka dan jadi pengungsi. Mereka kerap lari dari penganiayaan di negara sendiri.
Definisi Pengungsi
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, pengungsi adalah: seseorang yang meninggalkan rumah atau negaranya akibat “perasaan takut karena termasuk ras, kelompok agama, nasionalitas, kelompok sosial tertentu, atau punya opini tertentu”. Definisi juga mencakup orang-orang yang lari akibat bencana alam dan bencana yang disebabkan manusia. Foto: seorang anak pengungsi Suriah di Turki.
Akibat Kekerasan dan Konflik
Menurut badan urusan pengungsi PBB, UNHCR lebih dari 51 juta orang terpaksa lari dari tempat tinggal mereka akibat kekerasan dan konflik. Jumlah ini mencakup orang yang jadi pengungsi di negara sendiri, yang terpaksa tinggalkan negaranya, juga pencari suaka. Foto: warga Republik Demokrasi Kongo yang lari akibat pertempuran antara militer dan pemberontak (2013) tiba di kota Rutshuru.
Pencari Suaka
Pencari suaka adalah orang yang lari ke negara lain dan ingin dapat status pengungsi, tetapi permintaannya belum dievaluasi. Sebagian besar orang jadi pengungsi akibat alasan yang jelas, tetapi hanya sedikit dari mereka memenuhi persyaratan ketat yang diperlukan untuk mendapat status pengungsi.
Jumlah Besar Persulit Penanganan
Krisis pengungsi sulit diselesaikan dan perlu waktu lama. Salah satu penyebabnya, karena jumlah pengungsi amat banyak. Sebagai perbandingan: jumlah pengungsi di dunia lebih besar daripada jumlah penduduk Spanyol, atau Canada atau Korea Selatan. Gambar simbol: seorang migran berdiri di pagar yang mengelilingi tempat penampungan pengungsi Temporary Permanence Centre (CPT) di Lampedusa, Italia.
Nasionalitas Pengungsi
Hingga Juni 2014, jumlah pengungsi paling banyak berasal dari Afghanistan, Suriah dan Somalia. Jika disatukan, jumlah pengungsi dari tiga negara itu lebih dari 50% jumlah pengungsi di seluruh dunia. Foto: sebuah keluarga pengungsi Afghanistan di Pakistan.
Yang Mengungsi di Negara Sendiri Lebih Banyak
Kita sering mendengar berita tentang pengungsi yang lari ke negara lain. Sesungguhnya, orang yang mengungsi di negara sendiri jumlahnya jauh lebih besar. Tahun 2013 misalnya, 16,7 juta orang mengungsi ke negara lain, sedangkan 33,3 juta orang mengungsi di negara sendiri. Grafik: jumlah pengungsi intern di beberapa negara.
Tidak Tinggal di Kamp Pengungsi
Secara umum pengungsi sering dianggap tinggal di kamp pengungsi. Sebenarnya, lebih dari dua pertiga pengungsi tinggal di luar kamp pengungsi. Mereka bermukim di kota-kota atau desa-desa, dan kerap di apartemen kecil yang penuh sesak karena digunakan beberapa keluarga. Foto: seorang perempuan dan anak-anaknya yang mengungsi dari Sudan Selatan di kamp pengungsi Kule, Ethiopia.
Separuhnya Anak-Anak
Sekitar 46% dari pengungsi sedunia adalah anak-anak. Mereka terpaksa berhenti sekolah. Oleh sebab itu, UNHCR dan International Rescue Committee prioritaskan pendidikan. Sayangnya, sebagian anak tidak diizinkan orang tuanya bersekolah, karena harus membantu keluarga atau menjaga adik. Foto: Seorang ibu warga Suriah memeluk anak perempuannya setelah tiba di pulau Lesbos, Yunani.
Korban Penyiksaan
Sekitar 35% pengungsi di dunia adalah orang-orang yang selamat dari penyiksaan. Selain harus mengatasi cedera fisik, mereka kerap mengalami cedera mental akibat trauma. Ini menyebabkan penyembuhan sangat sulit, terutama selama masih dalam pengungsian.
Mencari Tempat Pemukiman Jangka Panjang
Jika pengungsi tidak bisa kembali ke negara asal, dan tidak bisa menetap di negara tempat mereka mengajukan permintaan suaka, UNHCR berusaha mengalihkan mereka ke negara ketiga. Tetapi jumlahnya sedikit, hanya sekitar 1%. Amerika Serikat adalah negara yang paling banyak menerima pengungsi, setelah dialihkan dari tempat mereka mengajukan suaka. Foto: pengungsi Rohingya di Aceh.