Lama Suleiman Lebih Pintar Bahasa Jerman daripada Arab
Viktoria Kleber
1 September 2020
Tahun 2015 makin banyak pengungsi Suriah datang ke Jerman. Kebijakan Kanselir Angela Merkel membuka perbatasan bagi pengungsi mendapat kecaman. Bagaimana situasi mereka setelah lima tahun di Jerman?
Iklan
Lama Suleiman yang kini berusia hampir sembilan tahun, dan adik lelakinya Joud (7), baru saja kembali dari bermain-main di taman. Lama senang memanjat di dinding panjat di taman. Kalau di rumah, dia juga sering memanjat bingkai pintu atau lemari.
"Di sini, di atap lemari pakaian adalah tempat terbaik untuk bermain petak umpet," kata Lama. "Tidak ada yang bisa menemukanku di sana. Tapi jangan beri tahu ibu," tambahnya. Ibunya sebenarnya melarang Lama memanjat ke atap lemari, karena terlalu tinggi dan berbahaya.
Lama dan saudara-saudaranya fasih berbicara dalam bahasa Jerman. Mereka menyanyikan lagu anak-anak Jerman dan biasanya menonton televisi Jerman. Dengan orang tuanya, Lama berbicara bahasa Arab, tetapi diselingi dengan kata-kata Jerman.
Lama juga sering mengoreksi orang tuanya kalau mereka menggunakan bahasa Jerman. Dia seperti juru bicara di keluarganya.
"Saya orang Jerman," katanya. "Yah, dan sedikit orang Suriah."
Dari penampungan pengungsi di Turki ke Hongaria
Ketika keluarganya melarikan diri dari Suriah tahun 2015, Lama berusia empat tahun, adiknya Joud berusia dua tahun, dan Karam baru berusia 10 bulan. Sam, anak paling bungsu, ketika itu belum lahir. Lama sudah tidak ingat lagi masa-masa pelarian dari Suriah. Reporter Deutsche Welle Viktoria Kleber mengenal keluarga Suleiman sejak mereka berada di penampungan pengungsi di Turki.
Waktu itu, ibu Suleiman menceritakan rencana mereka memulai perjalanan melintasi Laut Mediterania dengan perahu kecil untuk mencapai Uni Eropa. Dia sempat menangis: "Saya harap kita semua akan berhasil, atau mungkin kita semua akan mati," katanya. Ketika itu, Lama memeluk ibunya dan mencoba menghibur.
Keluarga Suleiman akhirnya berhasil mencapai Yunani, lalu dari sana melanjutkan perjalanan ke Makedonia, Serbia, Kroasia, dan Hongaria.
Jalan kaki menyeberang perbatasan ke Austria
Dari Hongaria, mereka harus berjalan kaki sejauh tiga kilometer ke perbatasan dengan Austria. Ayah dan ibu menggendong adik-adiknya, tetapi Lama sebagai anak tertua harus berjalan kaki. Mereka semua menangis mengalami kelelahan. Dari Austria mereka akhirnya dibawa ke Jerman.
Berbeda dengan orang tuanya, Lama Suleiman sekarang sudah melupakan sebagian besar cerita pengungsian itu dan hidup sepenuhnya di masa kini. Suriah, baginya juga hanyalah kisah dari masa lalu, dan sebuah negeri yang jauh, di mana bibi dan pamannya tinggal.
Menempuh Bahaya Demi Hidup Baru di Eropa
40.000 pengungsi via Laut Tengah pada 2014 diselamatkan dari ancaman mati karam oleh kapal dagang swasta. Bandit penyelundup manusia makin agresif, sejak misi pertolongan Italia - Mare Nostrum dihentikan tahun silam.
Foto: picture-alliance/epa/F. Arena
Menyelamatkan Imigran
Sejumlah imigran yang nyaris tenggelam diselamatkan dengan perahu karet milik kapal dagang swasta OOC "Jaguar". Kapal swasta ini tugas utamanya adalah mengangkut logistik untuk anjungan pengeboran minyak di Laut Tengah, bukan menyelamatkan imigran.
Foto: OOC Opielok Offshore Carriers
Penyelamat Swasta
Kapal-kapal dagang seperti "Jaguar" atau kapal nelayan yang beroperasi di Laut Tengah di tahun-tahun belakangan makin sering jadi penolong utama para pengungsi yang terancam mati karam. Misi Triton yang diluncurkan Uni Eropa lebih banyak menekankan tugasnya pada patroli kawasan Laut Tengah sejarak maksimal 30 mil laut dari garis pantai Eropa. Misi EU ini tidak banyak menyiapkan kapal penolong.
Foto: OOC Opielok Offshore Carriers
Nyaris Mati Karam
Para pengungsi yang nyaris mati karam ini bernasib baik karena diselamatkan kapal dagang Jaguar April 2015. Banyak pengungsi yang mati tenggelam karena perahu bobrok yang mereka tumpangi kelebihan muatan. Sejak Desember tahun silam 1500 pengungsi berhasil diselamatkan kapal barang Jerman Christopher Opielok, yang sedang bertugas menyuplai anjungan pengeboran minyak di Laut Tengah.
Foto: OOC Opielok Offshore Carriers
Berfungsi Ganda
Kapal Christopher Opieloks bertugas mengangkut logistik dan peralatan teknis dari Malta ke anjungan pengeboran minyak di Laut Tengah. Sekarang kapal ini harus berfungsi ganda, selain mengirim Logistik, juga menyiapkan selimut, air, bahan pangan dan obat-obatan sebagai antisipasi jika menolong imigran asal Afrika via Laut Tengah.
Foto: OOC Opielok Offshore Carriers
Selamat Belum Tentu Aman
Pengungsi yang tertolong dan dinaikkan ke kapal logistik "Jaguar" ini memang selamat dari mati karam. Namun belum berarti mereka aman. Banyak yang kondisinya sangat payah dan tewas kedinginan serta kelaparan di atas dek. Awak kapal dagang ini sedang menghitung pengungsi yang berhasil diselamatkan ke atas kapal.
Foto: OOC Opielok Offshore Carriers
Tunggu Saatnya Karam
Perahu bobrok kelebihan penumpang ini ditemukan saat nyaris karam ke dasar Laut Tengah. Kapten kapal kargo dan kapal dagang memiliki kewajiban menolong perahu dalam kondisi darurat nyaris karam. Situasi ini dimanfaatkan para andit penyelundup manusia, dengan mengarahkan haluan kapalnya ke rute pelayaran kapal swasta tersebut.
Foto: OOC Opielok Offshore Carriers
Bertugas 24 Jam
Tidak jarang kapal dagang dan kapal kargo harus bertugas 24 jam terus menerus menyelamatkan pengungsi dari ancaman mati tenggelam. Kapal Jaguar beberapa puluh menit setelah menolong perahu nyaris karam, harus mulai lagi penyelamatan sejumlah pengungsi yang terapung di Laut Tengah. Kapal dagang itu juga mengontak pasukan penjaga pantai untuk minta bantuan.
Foto: OOC Opielok Offshore Carriers
7 foto1 | 7
Di sekolah, pelajaran favorit Lama adalah matematika, tapi dia juga menyukai seni, walaupun sekarang dia banyak belajar dari rumah di masa pandemi corona. Cita-citanya nanti adalah menjadi dokter gigi, dan tetap tinggal di Jerman.
"Lebih baik di sini, di mana ayah dan ibuku berada, dan saudara-saudaraku," katanya.