Pengungsi Suriah Ini Jadi Caleg di Pemilu Jerman 2021
5 Februari 2021
Setelah melarikan diri dari perang saudara Suriah pada 2015, Tareq Alaows yang kini berusia 31 tahun menerima kewarganegaraan Jerman dan menjadi kandidat Partai Hijau untuk kursi Bundestag.
Iklan
Tujuh tahun lalu, Tareq Alaows masih kuliah hukum di Aleppo dan Damaskus. Ketika perang saudara Suriah meletus, dia mengambil bagian dalam demonstrasi damai dan memberikan bantuan kemanusiaan untuk Bulan Sabit Merah saat zona perang semakin meluas.
Namun akhirnya, dia juga menjadi sasaran rezim dan dikejar-kejar. Setelah ragu sejenak, dia akhirnya memutuskan untuk melarikan diri pada Juli 2015.
Kini, pria berusia 31 tahun itu berharap menjadi pengungsi Suriah pertama yang menjadi anggota parlemen Jerman, Bundestag di Berlin.
Setelah mengajukan kewarganegaraan, Tareq Alaows hari Selasa (2/2) resmi meluncurkan pencalonannya untuk Partai Hijau, mewakili kota Oberhausen di negara bagian Nordrhein-Westfalen (NRW).
Jerman dijadwalkan mengadakan pemilihan parlemen pada 26 September mendatang. Pemilu ini tidak akan lagi melihat Angela Merkel sebagai kandidat kanselir, karena dia sudah menyatakan akan mundur dari politik setelah mengakhiri masa jabatan yang sekarang.
Hampir enam tahun lalu, adalah Angela Merkel yang membuka perbatasan Jerman bagi pengungsi Suriah, Irak dan Afghanistan dan menyulut kecaman keras dari berbagai arah dan kubu politik. Namun langkah itulah yang membuka jalan bagi Tareq Alaows dan ratusan ribu migran dan pengungsi lainnya untuk masuk ke Jerman.
"Di Jerman, negara bagian NRW adalah tanah air baru saya. Dan di sini, di daerah pemilihan Oberhausen dan Dinslaken adalah awal dari pekerjaan politik saya," kata Tareq Alaows dalam video kampanyenya yang diposting ke Twitter.
Pengungsi yang ingin "hidup aman dan bermartabat" di Jerman
Selama dua bulan, Tareq Alaows dan ribuan pengungsi lain melintasi rute pengungsi di kawasan Balkan dan akhirnya mendarat di sebuah gedung sekolah yang dijadikan tempat penampungan pengungsi di kota Bochum.
Iklan
"Yang saya inginkan adalah kehidupan yang aman dan bermartabat," katanya kepada harian Jerman Tagesspiegel.
Ketika melihat berbagai masalah yang dihadapi pengungsi di Jerman, dia berprakarsa mendirikan kelompok solidaritas yang bertujuan memperbaiki kehidupan pengungsi dan meningkatkan partisipasi mereka dalam kehidupan sosial di Jerman.
Dia belajar bahasa Jerman selama enam bulan dan tidak lama kemudian memulai karir baru sebagai pekerja sosial, menawarkan konseling hukum kepada pengungsi lainnya.
Foto Ikonik Krisis Pengungsi Di Eropa
Jutaan pengungsi hijrah ke Eropa antara tahun 2015 dan 2016. Pemberitaan migrasi gelap dan penderitaan para pengungsi beberapa tahun terakhir turut mempengaruhi opini publik di Eropa.
Foto: picture alliance/AP Photo/E. Morenatti
Upaya mempertahankan hidup
Pengungsian dan penderitaan: Ratusan ribu orang, kebanyakan berasal dari Suriah, masuk ke Yunani dari Turki tahun 2015 dan 2016. Sekitar 10.000 orang terdampar di pulau Lesbos, Chios dan Samos. Tahun 2017, tercatat sudah lebih dari 6.000 pengungsi yang datang dari Januari sampai Mei.
Foto: Getty Images/AFP/A. Messinis
Berjalan kaki menembus Eropa
Tahun 2015 dan 2016, lebih satu juta orang mencoba mencapai Eropa Barat dari Yunani atau Turki melalui rute Balkan - lewat Makedonia, Serbia dan Hungaria. Aliran pengungsi hanya terhenti ketika rute ini ditutup secara resmi. Saat ini, sebagian besar pengungsi memilih rute Mediterania yang berbahaya dari Libya ke Eropa.
Foto: Getty Images/J. Mitchell
Kemarahan global
Gambar ini mengguncang dunia. Mayat bocah Aylan Kurdi berusia tiga tahun dari Suriah hanyut di pantai di Turki, September 2015. Foto ini tersebar luas dengan cepat lewat jejaring sosial dan menjadi simbol krisis pengungsi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/DHA
Kekacauan dan keputusasaan
Kerusuhan di menit-menit terakhir: Ribuan pengungsi mencoba masuk ke dalam bus yang sudah penuh sesak dan kereta api di Kroasia setelah mengetahui rute melalui Eropa akan segera ditutup. Pada Oktober 2015, Hongaria menutup perbatasannya dan membuat kamp penampungan tempat pengungsi tinggal selama proses pendaftaran suaka.
Foto: Getty Images/J. J. Mitchell
Perbatasan ditutup
Penutupan resmi rute Balkan bulan Maret 2016 menyebabkan kondisi kacau-balau di seberang perbatasan. Ribuan pengungsi yang terdampar mulai marah dan putus asa. Banyak yang mencoba menyeberangi perbatasan dengan segala cara, seperti para pengungsi ini di perbatasan Yunani-Makedonia tak lama setelah perbatasan ditutup.
Seorang anak berbalut debu dan darah: Foto Omran yang berusia lima tahun mengejutkan publik saat dirilis tahun 2016. Ini menjadi gambaran kengerian perang saudara dan penderitaan rakyat di Suriah. Setahun kemudian, gambar-gambar baru Omran beredar di internet dalam kondisi yang sudah lebih baik.
Foto: picture-alliance/dpa/Aleppo Media Center
Belum tahu tinggal di mana
Seorang pria Suriah membawa putrinya di tengah hujan di perbatasan Yunani-Makedonia di Idomeni. Dia berharap bisa hidup aman dengan keluarganya di Eropa. Menurut peraturan Dublin, permohonan suaka hanya bisa diajukan di negara pertama tempat pengungsi menginjak Eropa. Yunani dan Italia menanggung beban terbesar.
Foto: Reuters/Y. Behrakis
Mengharapkan pertolongan
Jerman tetap menjadi tujuan utama para pengungsi, meski kebijakan pengungsi dan suaka di Jerman sejak munculnya arus pengungsi diperketat. Tetapi Kanselir Jerman Angela Merkel menyatakan Jerman tetap terbuka bagi pengungsi. Sejak 2015, Jerman telah menerima sekitar 1,2 juta pengungsi. Kanselir Merkel jadi ikon harapan bagi banyak pengungsi baru.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Hoppe
Situasi darurat di penampungan
Di utara Prancis, pihak berwenang membersihkan "hutan" yang terkenal di Calais. Kamp itu terbakar saat dilakukan evakuasi bulan Oktober 2016. Sekitar 6.500 penghuninya disalurkan ke tempat-tempat penampungan lain di Perancis. Setengah tahun kemudian, organisasi bantuan melaporkan banyak pengungsi anak-anak yang menjadi tunawisma di sekitar Calais.
Foto: picture-alliance/dpa/E. Laurent
Tenggelam di Laut Tengah
Kapal penyelamat organisasi bantuan dan pemerintah setempat terus melakukan pencarian kapal migran yang terancam tenggelam. Meski pelayaran sangat berbahaya, banyak pengungsi tetap berusaha melarikan diri dari konflik dan kemiskinan. Mereka berharap menemukan masa depan yang lebih baik di Eropa. Pada tahun 2017 ini saja, sudah 1.800 orang meninggal di perjalanan. (Teks: Charlotte Hauswedell/hp,rn)
Foto: picture alliance/AP Photo/E. Morenatti
10 foto1 | 10
Menjadi corong bagi yang tidak mampu bersuara
Sebagai kandidat dari Partai Hijau, lingkungan dan perubahan iklim adalah salah satu fokus politiknya, yang juga dia hubungkan dengan masalah migrasi dan pengungsian.
"Krisis iklim akan memperburuk situasi masyarakat global yang miskin. Inilah mengapa kebijakan iklim yang adil harus juga fokus pada pengungsi dan migrasi," katanya dalam video kampanyenya.
"Sebagai pengungsi Suriah pertama di Bundestag, saya ingin memberikan suara kepada ratusan ribu orang yang terpaksa mengungsi dan harus tinggal di sini," katanya. Jika dia berhasil menjadi anggota Bundestag, dia berharap bisa "menjadi corong untuk semua pengungsi."