1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Pengunjuk Rasa AS Diminta Tes COVID-19

11 Juni 2020

Kota-kota di AS mendesak para pengunjuk rasa yang turun ke jalan dalam protes menentang rasisme dan kebrutalan polisi untuk dites COVID-19. Ahli memperingatkan adanya potensi lonjakan kasus.

Protes menentang rasisme dan kebrutalan polisi di Washington, D.
Protes menentang rasisme dan kebrutalan polisi di Washington, D.CFoto: Getty Images/AFP/D. Slim

Washington, DC, pada Rabu (10/06) mendesak orang-orang yang telah berpartisipasi dalam protes menentang kebrutalan polisi dan rasisme sistematis di Amerika Serikat (AS) untuk dites COVID-19.

Washington bersama pemerintah lokal lain, termasuk Boston, Dallas, dan negara bagian New York, meminta pengunjuk rasa untuk dites, setelah ribuan orang berkumpul di jalan-jalan AS di masa pandemi. Permintaan ini dikeluarkan karena AS menjadi negara dengan kasus positif COVID-19 tebanyak di dunia, yakni dengan lebih dari dua juta orang terinfeksi dan telah menyebabkan sedikitnya 115.000 kematian.

"Jika Anda khawatir terpapar saat berada di kerumunan atau di salah satu aksi unjuk rasa, kami mendesak Anda untuk dites...antara tiga dan lima hari, tidak lebih cepat," ujar walikota Washington, Muriel Bowser.

Washington ini juga mendorong pengunjuk rasa untuk memantau diri mereka sendiri untuk melihat tanda dan gejala penyakit pernapasan. Warga juga diminta untuk bekerja dari rumah, jika mungkin, selama 14 hari dan membatasi pergerakan mereka. Namun, pejabat kesehatan Washington, LaQuandra Nesbitt menambahkan bahwa pembatasan seperti itu tidak sama dengan karantina.

Ahli peringatkan potensi lonjakan kasus COVID-19

Washington, DC, telah meningkatkan ketersediaan pengujian gratis, termasuk menawarkan tes COVID-19 di stasiun-stasiun pemadam kebakaran pada malam hari dan akhir pekan.

Seruan bagi pemrotes untuk dites COVID-19 muncul karena beberapa ahli kesehatan masyarakat, termasuk ahli penyakit menular AS Anthony Fauci, telah memperingatkan bahwa demonstrasi dapat menyebabkan lonjakan dalam kasus COVID-19.

Sementara,beberapa tentara Garda Nasional DC telah dinyatakan positif COVID-19, meskipun belum memberikan jumlah pasti.

Protes yang dimulai di Minneapolis, dan menyebar ke seluruh AS serta di beberapa negara lain, dipicu oleh kematian George Floyd. Seorang pria Afrika-Amerika tak bersenjata yang tewas karena lehernya ditekan dengan lutut selama hampir sembilan menit oleh mantan polisi Minneapolis Derek Chauvin, meski beberapa kali Floyd memohon: “Aku tidak bisa bernapas.” Chauvin telah ditahan di penjara negara bagian dan didakwa dengan melakukan pembunuhan tingkat dua.

Protes di kota-kota AS menjadi yang terbesar dalam beberapa hari terakhir.

pkp/rap (Reuters)