Peningkatan Ketegangan Di Perbatasan Turki-Irak.
22 Oktober 2007Pertempuran terjadi di provinsi Hakkari, sebelah tenggara Turki di perbatasan dengan Irak, setelah sekelompok gerilyawan Partai Buruh Kurdistan PKK menyelusup dari Irak utara yang menyerang tentara Turki yang sedang berpatroli. Sebaliknya menurut seorang wakil PKK, Abdel Rahman el Shadirshi, tentara Turkilah yang memasuki wilayah utara Irak. Berbulan-bulan belakangan inipara gerilyawan PKK menyerang wilayah Turki dari Irak utara. Sejak awal tahun ini diperkirakan sekitar 100 tentara sudah menjadi korban tewas. Oleh sebab itu militer Turki meningkatkan jumlah tentara yang ditempatkan di perbatasan Turki-Irak menjadi sekitar 60.000.
Pertempuran kemarin merupakan yang terburuk sejak berminggu-minggu. Rangkaian serangan tepatnya dimulai beberapa hari sesudah parlemen Turki mengijinkan PM Recep Tayyip Erdogan untuk memerintahkan penyerbuan ke Irak Utara bila diperlukan. Pemerintah Turki mengambil keputusan tsb setelah berbulan-bulan gagal meminta bantuan dari AS sebagai pihak yang berkuasa di Irak. Seperti halnya UE, Turki dan AS memang menyebut Partai Buruh Kurdistan PKK sebagai kelompok teror, tetapi AS menghindar dari penggunaan senjata karena khawatir, bahwa pertempuran di provinsi etnis Kurdi di Irak akan membuat wilayah yang boleh dikatakan masih damai itu, juga akan jatuh ke kancah kerusuhan. AS juga mengkhawatirkan, citranya sebagai penguasa akan terus memburuk. Tambahan lagi dalam upaya menentang rejim di Teheran, AS membantu kelompok bawah tanah Kurdi Iran, PJAK, yang bekerjasama dengan PKK. Turki merasa kecewa dengan sikap AS tsb dan mengemukakan, dalam perang anti teror, tidak pada tempatnya untuk bertekuk lutut.
Pertempuran kemarin meningkatkan kemungkinan dilakukannya intervensi militer dari Turki ke Irak. PM Recep Tayyip Erdogan menghimpun kabinetnya dalam sidang darurat di bawah pimpinan Presiden Abdullah Gül. Pertemuan itu dihadiri pula oleh panglima militer Yasar Büyükanit dan tokoh-tokoh militer lainnya. Menanggapi situasi sekarang ini Brigjen Purnawirawan Haldun Solmaztürk mengemukakan: "Kita semua tahu bahwa untuk waktu lama pemerintah Turki terutama PM Erdogan berkeberatan untuk melakukan operasi militer lintas batas. Tetapi dua insiden besar dalam dua minggu belakangan ini membuat pemerintah merasa terdesak dan mengajukan permohonan pada parlemen. Permohonan itu disetujui. Terkait insiden terbaru ini perkembangannya di pihak Turki dapat diperkirakan akan meruncing. Saya pikir mereka membuat pemerintah Turki merasa semakin terpojok."
Sementara ini parlemen Irak telah memerintahkan para pejuang PKK agar meninggalkan negara itu. Ketua parlemen Mahmud al-Mashhadani mengemukakan, bula perlu pemerintahan PM Nuri al Maliki harus menghentikan kegiatan PKK. Sebaliknya para gerilyawan itu mengancam akan meledakkan pipa penyaluran minyak di Irak Utara bila Turki melakukan invasi. Ekspor minyak yang ditambang di sekitar kota Kirkuk, Irak utara, disalurkan melalui pelabuhan Turki, Ceyhan.
Berdasarkan ketegangan hubungan dengan Washington, PM Turki Recep Tayyip Erdogan merencanakan pertemuan dengan presiden AS George W Bush pada tanggal 5 November. Sebelumnya di Istanbul diselenggarakan konferensi mengenai Irak. Diperkirakan konferensi itu akan diikuti pula oleh Menlu AS Condoleezza Rice dan juga menlu Iran Manuchehr Mottaki. Bila perembukan dengan Presiden Bush tidak membawa hasil yang konkrit, dan ketegangan dengan PKK terus berlanjut, kemungkinan besar PM Erdogan akan memerintahkan serbuan ke Irak utara.