1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Koalisi Pemerintah Jerman Perlu Reformasi

8 Januari 2018

Pembicaraan pejajagan untuk perundingan koalisi antara partai CDU/CSU dengan partai SPD masih hadapi banyak perbedaan prinsip. Penjajagan dilanjutkan di hari kedua, dengan fokus reformasi politik Jerman di era baru.

Deutschland Sondierungsgespräche in Berlin Merkel und Schulz
Foto: Reuters/H. Hanschke

Kanselir petahana Jerman Angela Merkeldan ketua Sosial Demokrat SPD, Martin Schulz menjanjikan gaya politik baru di Jerman, pada pembukaan pembicaraan pejajagan untuk pembaharuan koalisi pemerintahan, untuk keluar dari  kelumpuhan politik pasca pemilu September silam.

Perundingan penjajagan antara aliansi konservatif CDU-CSU dengan Sosial Demokrat (SPD), akan mengkaji apakah kedua partai memiliki cukup kesamaan untuk memulai perundingan koalisi formal begi pembentukan koalisi pemerintahan baru pada bulan Maret atau April mendatang.

Merkel optimistis

Merkel menyatakan optimis akan maju ke depan bersama SPD. "Saya pikir itu bisa dilakukan.,Kami akan bekerja dengan sangat cepat dan sangat intensif," ujar kanselir petahana itu. 

Lars Klingbeil, sekretaris jenderal patai SPD menyatakan atas nama Partai Kristen Demokrat CDU, Kristen Sosialis CSU serta partai Sosial Demokrat SPD, setelah hari pertama pembicaraan;  "Tiga pemimpin partai memperjelas pernyataan bahwa berdasarkan hasil pemilu, kami tidak bisa terus seperti sebelumnya."

"Situasi politik global, situasi di Eropa, komposisi di  Parlemen Jerman Bundestag , semua menunjukkan bahwa kita berada di era baru. Dan era baru ini membutuhkan gaya politik baru," tambahnya.

Hasil pemilu Jerman dari bulan September 2017 menunjukkan partai Merkel, CDU unggul namun gagal meraih suara mayoritas, sementara mitra koalisinya, SPD, meraih perolehan suara  terburuk pasca perang. Sementara itu, partai Alternatif untuk Jerman  yang berhaluan kanan (AfD) berhasil mendapat lebih dari 90 kursi di parlemen. Ini perolehan suara  terbaik untuk partai sayap Jerman kanan sejak akhir Perang Dunia II.  AfD memanfaatkan momen kegelisahan masyarakat, terkait krisis pengungsi dengan lebih dari satu juta pencari suaka yang datang ke Jerman sejak tahun 2015.

Cemas akibat membelotnya banyak pemilih partai konservatif ke partai populis kanan AfD, partai CSU memperjuangkan kebijakan ketat migrasi - termasuk tuntutan yang tidak sesuai dengan keinginan SPD. Menjelang pemilihan regional di Bayern yang akan digelar akhir tahun ini, di mana jajak pendapat saat ini menunjukkan bahwa CSU kemungkinan akan kehilangan mayoritas absolutnya, partai tersebut menginginkan dkuranginya bantuan keuangan untuk pencari suaka

Kendati demikian, ketua CSU Horst Seehofer menyuarakan tekadnya untuk menemukan kesepakatan dengan partai Sosial Demokrat. "Kami harus menemukan kesepakatan," katanya. "Lebih sedikit bicara dan lebih banyak bekerja, tambah Seehofer seprti dikutip dari dari Deutschlandfunk.de.

Sementara ketua SPD, Schulz mengungkapkan pembicaraan penjajaganh untuk perundingan pembentukan koalisi pemerintahan ini berlangsung konstruktif. "Kami tidak menarik benang merahnya, tapi kami ingin sebanyak mungkin kebijakan sosial demokrat diterapkan di Jerman," ujarnya.

Baca juga:

Angela Merkel dan CDU Dukung Gagasan Koalisi Besar Dengan SPD

Pemerintahan Baru Belum Terbentuk, Tapi Jerman Jauh Dari Krisis

Masyarakat hendaki pemilu ulang?

Partai Sosial  Demokrat awalnya berikrar akan jadi oposisi. Namun runtuhnya pembicaraan koalisi antara aliansi Merkel CDU/CSU dengan partai liberal FDP dan partai Hijau, mendorong SPD untuk mempertimbangkan kembali niatnya duduk di bangku opisisi.

Kesepakatan apapun masih harus dikembalikan ke pemungutan suara internal pengurus SPD. Pimpinan SPD menekankan, bahwa pembicaran dengan kubu konservatif di bawah Merkel,  tidak secara otomatis berarti sebuah koalisi besar baru. Pembicaraan "tidak menyimpulkan sesuatu," kata salah satu juru runding SPD Michael Groschek.  

Karena kedua belah pihak sepakat untuk menolak wawancara media, publisitas hanya dilakukan ssebatas memberikan pernyataan bersama. Keputusan tersebut bertujuan untuk mencegah pengulangan kembali kasus kegagalan Merkel saat berusaha membentuk sebuah koalisi tiga partai akhir tahun lalu. Penyebabnya dituding wawancara yang dilakukan oleh para negosiator, yang memperburuk situasi.

Jajak pendapat terakhir menunjukkan bahwa koalisi baru hanya mendapat sedikit dukungan warga Jerman.  Sebuah survei yang diterbitkan oleh majalah Focus menunjukan bahwa lebih 34 persen warga Jerman memilih digelarnya pemilu baru,. Hanya 30 persen memilih kembali berkuasanya aliansi besar CDU-SPD.  Jajak pendapat lain yang diterbitkan oleh lembaga penyiaran ARD menunjukan bahwa hanya 45 persen pemilih Jerman yang melihat koalisi besar baru secara positif, sementara 52 persen menganggapnya sebagai pilihan yang buruk.

ap/as((afp/deutschlandfunk.de/dieZeit)