Pengadilan Singapura memvonis dua 'seniman' grafiti asal Jerman dengan hukuman 9 bulan penjara dan tiga pukulan rotan. Keduanya dinyatakan bersalah melakukan aksi vandalisme.
Iklan
Hakim Liew Thiam Leng menyatakan, vonis ini diharapkan dapat memberikan peringatan bahwa pelaku vandalisme akan ditindak keras di Singapura. Lebih lanjut Liew Thiam Leng mengatakan, yang memberatkan kedua warga Jerman ini adalah karena mereka melakukan aksi mereka dengan terencana. Sebelum melakukan aksi, keduanya sempat mempelajari situasi. November tahun lalu, pria Jerman berusia 21 dan 22 tahun ini masuk secara paksa ke depot tram bawah tanah di Singapura dan 'menghiasi‘ satu gerbong di sana.
Di pengadilan keduanya mengakui kesalahan dan menyatakan aksi mereka sebagai "kesalahan yang bodoh“. Namun demikian permohonan pengampunan ditolak hakim. Keduanya ditangkap di bandara Kuala Lumpur saat melakukan transit dalam perjalanan ke Australia.
Ruang untuk Seni Urban
Sebagian memanfaatkan bangunan terbengkalai untuk graffiti, yang lain mengabadikannya dalam bentuk foto. Tempat-tempat yang ditinggalkan dan terlupakan, seperti bekas pabrik kertas ini, menjadi wadah bagi seni jalanan
Foto: Lars Wendt
Arsitektur Wadah Seni
Lebih dari 200 tahun pabrik kertas Wolfswinkel beroperasi. Ketika 1994 mesin terbungkam, pabrik ini pun terbengkalai tanpa funsgi. Atmosfer yang spesial ini menarik minat seniman-seniman muda urban. Selaras gaya arsitektur dan kondisi bangunan, mereka menciptakan seni di dinding dan lantai pabrik.
Foto: Lars Wendt
Foto sebagai Suvenir
Komposisi gedung yang menyimpan beragam motiv menarik, mendorong sebuah perusahaan di Berlin, Go2Know, untuk menggelar tur foto di sekitar pabrik ini. Salah seorang peserta, Nadja Lorenz terkesima dengan karya Kim Köster, yang dipajang di hall pengiriman.
Foto: Lars Wendt
Monster yang Ramah
Kim Köster berhasil melibatkan ruang dalam karyanya. Monster ini terlihat seakan ia sedang mengambang di atas secarik kain woll. "Biasanya monster atau vampir adalah figur jahat, tapi dalam gambar ini mereka tampak seperti mahluk lucu dan damai," kata Nadja Lorenz soal gambar favoritnya itu.
Foto: Nadja Lorenz
Akankah aku nanti sebesarmu?
...seolah-olah monster kecil bermata satu ini sedang bertanya kepada teman yang cuma terlihat kakinya itu. Seakan tubuh besar sang monster memancang hingga ke atap. Melalui cara itu Kim Köster ingin memanfaatkan ketinggian ruang - sebuah motiv yang juga menarik perhatian fotografer Yunani, Daphne Kougea
Foto: Lars Wendt
Fasad Sovyet sebagai Obyek Seni
Cuma mengandalkan sablon dan kaleng cat, seorang seniman jalanan Berlin, Evol mengubah blok beton yang sederhana menjadi fasad bangunan khas Jerman Timur dan Uni Sovyet di era Perang Dingin. "Di tempat, di mana segalanya menjadi puing, Evol mengkreasi ulang bangunan seperti rumah"," kata Fotografer Yunani, Daphne Kougea
Foto: Daphne Kougea
Lokasi Bersejarah
Tidak setiap peserta tur tertarik pada gambar dinding atau instalasi seni. Klaus Mumm dari Berlin mencoba menangkap sisa-sisa sejarah industri yang masih tersimpan di setiap ruang. Dengan teknik rentang dinamis tinggi alias HDR, ia mendokumentasikan bekas ruang mesin pabrik
Foto: Lars Wendt
Dari Masa Lalu
Mumm kemudian menemukan gambar dinding karya Tobias Starke yang dianggapnya memiliki hubungan kuat dengan arsitektur industri, "Kita bisa merasakan era baru dan sekaligus masa lalu pada gambar "Big Boss" dengan cerutunya ini. Ia seakan bercerita tentang era industrialisasi yang telah lewat dan membakar dalam ingatan."
Foto: Klaus Mumm
Di Dunia Fantasi
Anika Zinsilowski adalah peserta termuda dalam tur ini. Ia tidak menyangka akan menemukan karya seni di dalam pabrik kertas. Burung bertopeng dan mahluk berbulu halus memanjakan pandangan murid sekolah menengah atas itu dalam perjalanannya menuju bekas ruang pengeringan kertas, "Gabungan yang menarik antara realita dan fantasi."
Foto: Lars Wendt
Bayangan membentuk Dimensi
Gambar favoritnya adalah mahluk liar dengan bayang-bayang yang secara sempurna menyesuaikan diri dengan kondisi cahaya ruang dan memberikan dimensi berbeda pada karya ini. "Motiv ini membuat saya teringat akan bocah nakal pemberani yang selalu menguji batasannya sendiri," kata Anika Zinsilowski.
Foto: Anika Zinsilowski
Seni di Ruang Terbuka
Betapapun juga, Urban Art masih dianggap ilegal dan jarang mendapat izin dari pemilik gedung. Bangunan-bangunan terbengkalai seperti pabrik kertas ini adalah sebuah keberuntungan buat para seniman. Berlin yang banyak memiliki ruang-ruang semacam ini, semakin berkembang menjadi pusat seni jalanan
Foto: Lars Wendt
10 foto1 | 10
Singapura terkenal dengan hukuman keras terhadap pengrusakan properti umum. Hukuman bagi aksi vandalisme bisa sampai tiga tahun penjara atau denda sekitar 20 juta Rupiah. Selain itu, pelanggaran ini diancam hukuman 3 sampai 8 kali dera dengan tongkat rotan.