1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penulis Kritis Cina Liu Xiaobo Maju ke Meja Hijau

23 Desember 2009

Penulis kritis Cina Liu Xiaobo diajukan ke pengadilan setelah setahun mendekam di penjara. Tuntutan yang diajukan terhadap Liu adalah subversi, karena ikut menyusun petisi Charta 08 yang menuntut reformasi demokrasi.

Penulis Cina Liu Xiaobo
Penulis Cina Liu XiaoboFoto: Reporter ohne Grenzen

Sidang pengadilan terhadap penulis Cina yang kritis, Liu Xiaobo, dimulai hari Rabu (23/12) di Beijing di bawah pengamanan ketat aparat. Satuan polisi dan petugas keamanan memblokir jalan masuk menuju gedung Pengadilan Rakyat Menengah Pertama. Saksi mata melaporkan, polisi menangkap sejumlah pendukung Liu yang berencana menggelar aksi solidaritas di depan gedung pengadilan.

Liu, penulis yang berusia 54 tahun pada pekan depan itu, menghadapi tuntutan hukuman penjara 15 tahun jika terbukti bersalah telah "memicu subversi terhadap negara" karena mempublikasikan esai di internet yang mengritik Partai Komunis Cina dan ikut membantu penyusunan petisi yang bertajuk "Charta 08", menuntut reformasi demokrasi di negara satu partai tersebut.

Salah satu pengacara pembela, Ding Xikui, kepada kantor berita Reuters mengatakan bahwa kliennya Liu Xiaobo menyatakan dirinya "tidak bersalah" dan pengadilan akan menjatuhkan vonisnya hari Jumat (25/12).

Pengacara pembela hak azasi manusia Teng Biao, yang juga menandatangani petisi Charta 08, di depan gedung pengadilan mengatakan, "Sebelum Liu, sudah banyak wartawan dan penulis yang diajukan ke pengadilan hanya karena menyuarakan pendapat mereka dengan lantang. Apa pun yang terjadi dalam masyarakat, hal terpenting yang harus dijamin adalah kebebasan berekspresi warga."

Liu Xia, isteri penulis Liu Xiaobo, menyebut tuntutan terhadap suaminya adalah "dibuat-buat" dan mengatakan bahwa suaminya hanya menjalankan hak kebebasan berekspresinya, yang sebenarnya dilindungi oleh konstitusi Cina. Liu Xia tidak diizinkan hadir dalam sidang karena jaksa menunjuknya sebagai saksi. Isteri Liu Xiaobo dan sejumlah sahabatnya juga dilarang meninggalkan rumah untuk menuju gedung pengadilan.

Masyarakat internasional menyerukan pembebasan Liu Xiaobo. Namun Cina menolak desakan itu dan menyebut seruan itu sebagai campur tangan urusan dalam negeri Cina.

Pengacara Cina Shang Baojun (kanan) didorong aparat keamanan berpakaian sipil agar menjauh dari jurnalis yang menunggu di depan gedung pengadilan di Beijing, tempat Liu Xiaobo disidangkan.Foto: AP

Hari Rabu (23/12), diplomat Amerika Serikat, Jerman, Perancis, dan Kanada tidak berhasil menghadiri sidang Liu. Pengadilan menyatakan tidak ada tempat lagi di ruangan hadirin sidang.

Pejabat khusus urusan hak azasi manusia pemerintah Jerman, Günter Nooke, kepada stasiun radio Jerman Deutschlandfunk mengatakan bahwa Uni Eropa dan Amerika harus terus mendesakkan pembebasan Liu. Nooke menambahkan, meski Jerman memiliki hubungan kerja sama erat dengan Cina, Jerman tetap membela pihak yang tertindas dan terbungkam.

Liu Xiaobo, penulis dan mantan profesor sastra, sudah pernah ditahan dua kali sebelumnya, secara keseluruhan selama lima tahun. Salah satu alasan penahanan Liu Xiaobo sebelumnya adalah terlibat dalam aksi protes pro demokrasi pada tahun 1989 di Lapangan Tiananmen.

Bulan Desember 2008, Liu Xiaobo ditangkap dan dipenjarakan beberapa saat sebelum dipublikasikannya petisi "Charta 08" yang menuntut reformasi demokrasi di Cina. Liu ikut berkoordinasi dalam penyusunan petisi tersebut.

Di dalam pernyataan tertulis "Charta 08", 303 pengritik pemerintah Cina yang terkemuka, aktivis dan penulis mengungkapkan cita-cita mereka untuk mengubah Cina menjadi negara demokrasi liberal dan keluhan mengenai kurangnya "kebebasan, kesetaraan dan hak azasi" di bawah kekuasaan Partai Komunis Cina. Sejak dipublikasikan, petisi tersebut sudah ditandatangani lebih dari 10 ribu orang dari seluruh dunia secara online.

LS/HP/rtr/dpa/afp