Ada banyak hal yang menyebabkan terancamnya keajaiban alam di seluruh dunia. Mulai dari perubahan iklim hingga ketamakan manusia. Berikut hanya segelintir dari banyak lokasi yang mungkin tidak bisa diselamatkan lagi.
10 Keajaiban Alam Yang Terancam
Ada banyak hal yang menyebabkan terancamnya keajaiban alam di seluruh dunia. Mulai dari perubahan iklim hingga ketamakan manusia. Berikut hanya segelintir dari banyak lokasi yang mungkin tidak bisa diselamatkan lagi.
Jendela Dwejra, Malta
Bagi yang ingin mengunjunginya, kini sudah terlambat. Jendela Dwejra atau "azure window", lengkungan alami di pulau Gozo, Malta runtuh ke dalam laut akibat tak mampu menahan kencangnya tiupan angin kencang dan hujan lebat. Menurut Menteri Lingkungan Hidup Malta, Jose Herrera, tidak ada yang mampu menyelamatkan konstruksi Jendela Dwejra.
Lange Anna, Heligoland
Tumpukan batu pasir berwarna setinggi 47 meter ini adalah simbol pulau Heligoland di Laut Utara. Lange Anna bentuknya sudah berubah. Kini lebih langsing karena badai dan embun beku. Pakar memperkirakan, tumpukan batu pasir ini akan runtuh atau patah di sisi yang paling pipih. Biaya perlindungannya akan memakan jutaan Euro.
Great Barrier Reef, Australia
Surga bagi para penyelam ini juga merupakan ekosisten berpenghuni terbesar di dunia. Ahli biologi kelautan memperkirakan setengah dari terumbu karang disana sekarat atau sudah mati. Penyebabnya adalah pemanasan global. Suhu air yang terlalu tinggi menyebabkan warna karang pucat. Terumbu karang mengapur dan mati. 2015 Unesco mendesak Australia untuk melindungi karang dengan lebih baik.
Danau Titicaca, Peru dan Bolivia
Setengah danau ini berada di Peru dan setengah lagi di Bolivia. Tahun 2012 Global Nature Fund menyatakannya sebagau "danau terancam tahun ini". Perumahan, pertambangan dan hotel membuang air limbahnya ke danau. Sampah bisa terlihat menumpuk di tepi danau. Danau Titicaca tidak lagi secantik foto di brosur wisata.
Machu Picchu, Peru
Inilah tujuan wisata nomor satu di Peru. Hingga 4000 pengunjung per hari datang ke situs reruntuhan Inca yang dulu hanya dihuni 300 orang. Jejakan kaki para turis menyebabkan getaran yang menimbulkan retakan pada tembok-tembok disana. Sehingga air hujan masuk ke dalamnya. Machu Picchu tidak akan selamanya tampak seperti ini.
Hutan Amazon, Amerika Selatan
Luasnya 5,5 juta kilometer persegi dan merupakan hutan tropis terbesar di dunia. Tapi lahannya terus berkurang karena penebangan pohon. Menurut WWF, tahun 2014 lahan hutan tropis seluas 2,5 lapangan sepak bola menghilang per menit karena digunakan untuk lahan penggembalaan dan perkebunan kedelai dan tebu.
Salju di Kilimanjaro, Tanzania
Puncak yang ditutupi salju adalah keistimewaan gunung tertinggi di Afrika ini. Tapi gletser pada ketinggian 5895 meter semakin berkurang. Di abad ke-20, luasnya berkurang menjadi 85 persen. Aktivis lingkungan memperkirakan, tahun 2033 geltser di puncak Kilimanjaro akan hilang secara total.
Laut Mati
Tepian Laut Mati terancam karena diperkirakan ada lebih dari 3.000 lubang pembuangan terletak di antara perbatasan Israel dan Yordania. Para pakar yakin, peningkatan jumlah lubang karena disebabkan semakin maraknya pembangunan bendungan dan waduk di tepi danau. Air Laut Mati juga dipompa untuk keperluan kolam renang hotel karena tingkat salinitasnya hampir 33 persen.
Bunga Sakura, Jepang
Perubahan iklim juga bisa merusak keindahan festival bunga Sakura di Jepang. Suhu di beberapa daerah terlalu hangat untuk pohon ceri lokal. Sehingga bunga mekar lebih awal, warnanya semakin pucat dan suatu saat pohonnya tidak akan berbunga lagi.
Gunung Es, Antartika
Antartika tidak lagi identik dengan bongkahan gunung-gunung es raksasa. Januari 2017, hasil rekaman gambar menunjukkan, luas laut yang tertutup es semakin menyusut. Perkembangan muram itu diyakini akan semakin memburuk menyusul pemanasan global