Komisi Nasional Keamanan Transportasi menyatakan tidak menemukan adanya indikasi tindak terorisme dalam kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501. Namun begitu KNKT meminta publik menunggu hasil pemeriksaan kotak hitam.
Iklan
Tidak ada indikasi adanya tindak terorisme dalam insiden kecelakaan pesawat Air Asia bernomer penerbangan QZ8501, akhir Desember silam. Temuan tersebut dingkapkan oleh Komite Nasional untuk Keamanan Transportasi (KNKT).
Sebelumnya komisi pimpinan Tatang Kurniadi itu menganalisa hasil rekaman suara dari dalam kokpit pesawat, dan tidak menemukan sesuatu yang ganjil, kata Nurcahyo Utomo, salah seorang penyidik. "Kami tidak menemukan adanya indikasi tindak terorisme," ujarnya. "Tidak ada suara milik orang lain, selain milik pilot."
Sebaliknya tim penyidik KNKT kini akan fokus pada kesalahan pada sistem pesawat dan reaksi pilot terhadap perubahan cuaca. "Kami sedang memeriksa adanya kerusakan pada pesawat atau kesalahan pilot," ujar Nurcahyo.
Pesawat naas tersebut jatuh pada 28 Desember silam dalam perjalanan dari Surabaya ke Singapura. Hingga kini dari 162 penumpang dan awak kapal yang berada di dalam pesawat, baru 53 jenazah yang berhasil ditemukan.
Badan SAR Nasional yang berada di barisan terdepan dalam evakuasi korban belum mengendurkan upaya pencarian. Sejauh ini Basarnas mengaku telah mengeluarkan dana sebanyak kurang lebih setengah miliar Rupiah, yang sebagian besar digunakan buat membeli bahan bakar kapal.
"Gambaran mengenai anggaran selama 16 hari pencarian, kami baru mengeluarkan Rp 537.580.000," kata kepala Basarnas Henry Bambang Soelistyo di hadapan Komisi V DPR di Senayan.
Komisi pimpinan Fary Djemi Francis itu juga menerima Menteri Perhubungan Igantius Jonan. Di sana Jonan menjelaskan kronologi insiden dan upaya pencarian pesawat Air Asia QZ501 secara detail. Komisi V sebenarnya pernah memanggil Jonan 13 Januari silam. Tapi pertemuan tersebut batal menyusul penemuan kotak hitam pesawat.
Sementara itu penyidik KNKT, Nurcahyo tidak mengabarkan isi rekaman suara lantaran pihaknya masih menganalisa alat perekam. KNKT berencana memublikasikan laporan awal pada 28 Januari mendatang. "Kami memiliki waktu 12 bulan untuk menyelesaikan laporan akhir. Tapi kami berharap sudah bisa tuntas lebih dini," kata Nurcahyo.
rzn/yf (dpa,ap,kompas)
Potret Badan SAR Nasional
Pasca kecelakaan Air Asia QZ8501, reputasi Badan SAR Nasional mulai diakui oleh dunia. Lembaga Pemerintah Non Kementrian Indonesia ini punya segudang pengalaman dalam menanggulangi bencana.
Foto: AP
Mencari Hingga ke Ujung Bumi
Badan SAR Nasional adalah alamat pertama yang disambangi jika terjadi bencana atau insiden penerbangan. Basarnas jugalah yang pertamakali bereaksi ketika pesawat Air Asia QZ8501 dinyatakan hilang di kawasan laut Jawa akhir Desember 2014.
Foto: J. Kriswanto/AFP/Getty Images
Pengalaman Berharga
Sejumlah pakar penerbangan mendaulat Basarnas sebagai yang terbaik di Asia, lapor harian AS, Wall Street Journal. Menurut mereka selain jam terbang yang tinggi dalam menanggulangi bencana, Basarnas juga harus menghadapi kondisi geografis yang sulit, karena tidak jarang bertugas di hutan, pegunungan atau laut.
Foto: Reuters
Profesionalitas Terjaga
Khususnya dalam kasus kecelakaan Air Asia QZ 8501, Basarnas membuktikan profesionalitas kerja yang jarang ditemukan di lembaga pemerintah lain. Mereka misalnya menunjukkan empati dengan langsung mendatangi keluarga korban dan melarang publikasi gambar jenazah.
Foto: Reuters/Antara Foto/F. Octavianus
Kontribusi Pencarian MH370
Tim SAR Nasional Indonesia bereaksi cepat ketika mendapat permintaan dari pemerintah Malaysia buat mencari pesawat MH370 milik maskapai Malaysia Air yang hilang. Sebanyak tiga Kapal, satu helikopter dan 90 personel diterjunkan ke perairan Selat Malaka dan Samudera Hindia hingga pencarian dihentikan Maret 2014.
Foto: Reuters
Kerjasama Internasional
Menurut jurnal penerbangan FlightGlobal, Basarnas sering bekerjasama dengan instansi serupa dari seluruh dunia, antara lain dengan US National Transportation Safety Board. Lembaga pimpinan Marsdya Henry Bambang Soelistyo itu juga cepat mempublikasikan laporan lapangan yang vital untuk penyidikan lanjutan. Basarnas cuma butuh waktu tiga bulan untuk mengeluarkan laporan kecelakaan Sukhoi Mei 2012
Foto: Reuters
Letusan Sinabung
Ketika Sinabung meletus, Basarnas tidak cuma menurunkan regu penyelamat buat mengevakuasi korban dari wilayah bencana, tetapi juga aktif membantu pengungsi yang melarikan diri ke perkotaan. Uniknya, kendati dibentuk dari tiga kekuatan TNI, Basarnas sejak awal berdirinya belum pernah dipimpin oleh perwira Angkatan Darat.
Foto: Reuters
Avignam Jagat Samagram...
Adalah moto tim SAR Indonesia yang kira-kira berarti "Selamatlah Alam Semesta". Sejak bencana yang merebak dalam beberapa tahun terakhir, Basarnas terus menambah kapasitasnya sebagai regu penyelamat gerak cepat untuk situasi bencana, misalnya ketika gunung Merapi menyemburkan abu vulkanik November 2010 lalu.
Foto: picture alliance/dpa
Memantau Potensi Bencana dari Langit
Tercatat enam negara yang sudah menjalin kerjasama dengan tim SAR Indonesia, yakni Singapura, Malaysia, Filipina, Australia, Amerika Serikat dan Papua Nugini. Melalui kerjasama itu Basarnas bisa menggunakan fasilitas satelit NOAA yang membantu dalam proses pencarian, atau juga sebagai sarana penginderaan dan peringatan dini yang antara lain digunakan dalam kasus Merapi.
Foto: AP
Bersama Menanggulangi Bencana
Basarnas jarang bekerja sendirian. Dalam banyak kasus seperti bencana longsor di Banjarnegara misalnya, lembaga ini membentuk tim gabungan yang terdiri dari berbagai elemen Polri/TNI, serta relawan sipil. Namun begitu Basarnas tetap memegang komando koordinasi, seperti juga dalam kecelakaan pesawat Air Asia QZ 8501 yang melibatkan angkatan laut Singapura dan Amerika Serikat.
Foto: Reuters/Antara Foto/I. Zakaria
Sigap di Tempat
Sejak 2007 status Basarnas menjadi lembaga pemerintah non departemen yang bertanggungjawab langsung kepada presiden. Selama lima tahun terakhir lembaga ini jarang bersantai, lantaran jumlah bencana yang terus meningkat. 2013 silam misalnya, Basarnas mengkoordinasi 617 operasi bantuan dan penanggulangan bencana, antara lain bencana lumpur Sidoarjo yang tidak pernah tuntas sejak 2011.