Assad: Serangan Rudal AS, Inggris dan Perancis Adalah Agresi
15 April 2018
Presiden Suriah, Bashar al-Assad mengatakan kepada sekelompok anggota parlemen Rusia, serangan rudal sekutu Barat ke negaranya adalah tindakan agresi. Penyelidik mulai investigasi dugaan serangan gas di Douma, Suriah
Iklan
Politikus Rusia bertemu dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad, satu hari setelah serangan udara bersama yang dilakukan oleh Amerika Serikat, Inggris dan Perancis yang menargetkan pusat-pusat yang terkait dengan dugaan penggunaan senjata kimia oleh pemerintah Suriah. Rusia, sekutu al-Assad, mengutuk serangan itu.
Serangan rudal yang dilakukan pasukan Amerika Serikat, Perancis dan Inggris ke Suriah dilakukan sebagai tindakan atas dilancarkannya serangan yang diduga mengandung gas beracun oleh pasukan Suriah seminggu yang lalu.
Damaskus Membara Akibat Serangan Udara
AS memimpin serangan udara terhadap ibukota Suriah, Damaskus, setelah terjadinya apa yang diduga keras serangan senjata kimia di kawasan Douma pekan lalu, dan mengakibatkan puluhan warga sipil tewas.
Foto: picture-alliance/Xinhua/A. Safarjalani
Langit Damaskus terang-benderang
Serangan peluru kendali AS diarahkan ke sejumlah daerah ibukota Damaskus, Suriah, Sabtu pagi 14 April. Ibukota Suriah itu diguncang sejumlah ledakan besar yang menyebabkan langit terang-benderang dan asap tebal mengepul di sejumlah lokasi.
Foto: picture alliance/AP Photo/H. Ammar
Bendera Suriah dan Rusia Dilambaikan
Siang hari Sabtu, 14 April 2018 sejumlah warga Suriah tampak melambaikan bendera Suriah dan Rusia, dalam rangka memprotes serangan udara yang dipimpin AS, Sabtu dini hari.
Foto: Reuters/O. Sanadiki
Kehadiran Rusia
Polisi militer Rusia tampak di kawasan Wafideen, dekat Douma Kamis, tanggal 12 April 2018. Polisi militer ditugaskan ke Douma, setelah terjadinya serangan kimia yang menyebabkan tewasnya puluhan warga sipil. Demikian keterangan Departemen Pertahanan Rusia, hari Kamis.
Foto: picture-alliance/Photoshot/M. Memeri
Kesengsaraan warga sipil
Seorang pria tampak menangis di sebelah jenasah sejumlah anak kecil, setelah terjadi serangan yang diduga serangan kimia di Douma, Suriah, yang masih berada di tangan pemberontak. Akibat serangan sedikitnya 78 warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak tewas.
Foto: picture-alliance/newscom/M. Hassan
Anak kecil menderita
Seorang anak balita sedang mendapat perawatan di rumah sakit di Douma, Ghouta Timur, setelah terjadi serangan di kawasan itu. Tim pemberi bantuan medis Suriah menyebut serangan 7 April tersebut, sebagai serangan kimia. Ed.: ml/ap (rtr, dpa, ap)
Foto: Reuters/White Helmets
5 foto1 | 5
Rusia, yang membantu Assad melawan kaum militan dan pemberontak yang menentang kekuasaannya, mengutuk serangan itu dan menyerukan pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB.
Namun Dewan Keamanan PBB menolak resolusi yang diajukan Rusia yang berisi seruan untuk mengecam serangan udara yang dilakukan oleh Amerika Serikat, Perancis dan Inggris di Suriah tersebut. dalam pertemuan darurat DK PBB, tujuh negara menolak resolusi itu, tiga negara mendukung, sementara lima lainnya abstain.
Potret Kehancuran Douma Akibat Perang Suriah
Kota Douma di Suriah yang jadi kubu pemberontak dikepung oleh pasukan Presiden Bashar al-Assad sejak Oktober 2013. Serangan udara dan darat menyebabkan kerusakan parah di kota tersebut. Inilah kehidupan di Douma.
Foto: DW/F. Abdullah
Dirusak oleh perang
Kota yang dikuasai pemberontak Suriah, Douma terletak sekitar 10 kilometer di bagian timur, di luar ibukota Damaskus.
Foto: DW/F. Abdullah
Permainan perang
Selama enam tahun terakhir, kawasan pemukiman di kota ini porak-poranda akibat serangan udara yang dilancarkan militer Rusia dan Suriah. Anak-anak jadi terbiasa tinggal di daerah yang hancur oleh bom ini menjadikan puing-puing bangunan sebagai tempat bermain.
Foto: DW/F. Abdullah
Sembunyi di bawah tanah
Sebagian besar sekolah dan institusi publik lainnya dipindahkan ke bunker bawah tanah karena terus dilancarkannya pemboman dan serangan udara ke kota pemberontak tersebut. Pendidikan sangat penting bagi generasi yang dicabik perang ini karena masa depan negara bergantung pada mereka.
Foto: DW/F. Abdullah
Tidak ada jeda
Douma terus digempur serangan udara oleh rezim penguasa dan angkatan udara Rusia. Dalam gambar ini, seorang pria sedang memeriksa kerusakan rumahnya sementara pesawat tempur masih terbang di atas kepala.
Foto: DW/F. Abdullah
Kembali ke tradisi lama
Mesin pembuat roti tak disa dioperasikan karena kurangnya tepung dan bahan bakar. Membuat roti dengan tangan adalah tradisi lama di Suriah. Beberapa penduduk Douma membuka toko untuk memanggang dan menjual roti. Sepotong roti harganya sekitar 5 ribu rupiah.
Foto: DW/F. Abdullah
Tetap tegar
Abeer* kehilangan kaki kanannya akibat ledakan bom di depan rumahnya, ketika dia tengah bersama sepupunya Hassan* yang terbunuh oleh bom yang sama. Abeer adalah satu dari ribuan anak yang terluka. Ia bertekad untuk hidup seperti orang lain, bermain dengan teman dan tetap berani keluar rumah. (*bukan nama sebenarnya).
Foto: DW/F. Abdullah
Kegelapan di pinggir kota
Pada malam hari Douma gelap gulita. Pasokan listrik terputus total atau hanya sporasis, sejak pengepungan dimulai. Penduduk setempat menggunakan generator untuk memenuhi kebutuhan energi buat toko dan rumah mereka.
Foto: DW/F. Abdullah
Tetap menjaga penampilan
Menyetrika pakaian sebenarnya bukan prioritas untuk orang-orang di Douma. Tapi jika memungkinkan mereka melakukannya dengan bantuan setrikaan arang kayu seperti ini. Dengan begitu warga mempertahankan perasaan, bahwa hidup tetap beralan nomal. Penulis: Firas Abdullah (ap/as)
Presiden Bashar Al-Assad memuji sistem pertahanan udara era Soviet yang konon kabarnya digunakan untuk menembak jatuh lebih dari 70 dari sekitar 100 rudal yang ditembakkan selama serangan, kata kantor berita Rusia, TASS. Dia juga mendeskripsikan serangan udara sebagai tindakan agresi Barat, pandangan itu disampaikannya pada para anggota parlemen yang berkunjung. "Dari sudut pandang presiden, ini adalah agresi," demikian kantor berita Rusia, TASS mengutip ucapan anggota parlemen Sergei Zheleznyak setelah ia bertemu dengan Assad di ibukota Suriah, Damaskus.
10 Alutsista Rusia yang Buat Gentar Amerika
Sejak perang dingin berakhir militer Rusia berkutat dengan sistem alutsista yang usang. Namun negeri beruang merah itu mulai bangkit. Inilah sistem persenjataan yang bisa melontarkan Rusia kembali menjadi negara adidaya
Foto: picture-alliance/dpa
T-14 Armata
T-14 Armata adalah tank tempur utama generasi kelima yang diluncurkan awal 2015 silam oleh Rusia. Dalam cetak birunya tank ini bahkan bisa dimodifikasi menjadi kendaraan tempur robotik. Baru-baru ini Rusia mengumumkan T-14 akan dilengkapi dengan meriam berkaliber 152 mm yang mampu "menembus pelat baja setebal satu meter," kata Wakil Perdana Menteri Dmitry Rogozin kepada Russian Today.
Foto: Reuters/Host Photo Agency/RIA Novosti
Kapal Jelajah Tempur Pyotr Velikiy
Monster laut bertenaga nuklir ini adalah senjata paling mematikan milik armada utara Rusia yang beroperasi di Samudera Atlantik. Pyotr Velikiy atau "Peter yang Agung" adalah satu dari empat kapal jelajah tempur kelas Kirov yang ada saat ini. Oleh NATO Pyotr Velikiy dijuluki sebagai "pembunuh kapal induk" lantaran daya rusaknya yang besar dan kemampuannya menghancurkan rudal balistik.
Foto: AFP/Getty Images
Sukhoi T-50
Kendati tertinggal dari AS dalam pengembangan jet tempur siluman, Russia tak lantas bergeming. Sejak uji terbang perdana 2010 silam, jet tempur siluman yang merupakan hasil kerjasama strategis dengan India itu akan mulai diproduksi massal tahun 2017. Tapi belakangan kedua negara berseteru soal pembiayaan proyek. Terakhir India berniat membeli cetak biru T-50 seharga 3,7 milyar US Dollar dari Rusia
Foto: DMITRY KOSTYUKOV/AFP/Getty Images
Peluru Kendali S-400
Kemampuannya menghancurkan target dalam radius 400 kilometer dengan kecepatan hingga 17.000km/jam membuat S-400 jadi mimpi buruk buat setiap pilot. Saking ampuhnya, AS terpaksa merumahkan semua jet tempurnya ketika Rusia menempatkan satu batalyon S-400 di pangkalan udaran Khmeimim, Suriah. Diperkenalkan 2007 silam, kini Rusia sudah mulai mengembangkan varian rudal termutakhir, yakni S-500
Foto: picture alliance/dpa/A.Vilf
Sukhoi SU-35
Dikembangkan buat menandingi F16 milik AS, jet tempur generasi keempat Rusia ini malah mempermalukan rivalnya yang jauh lebih mahal dan canggih, yakni jet siluman F35. Belum lama ini Pentagon harus mengakui kemampuan taktis F35 masih kalah jauh ketimbang jet tempur buatan Sukhoi tersebut. Keunggulan terbesar SU-35 adalah daya jelajahnya yang tinggi dan kemampuan bermanuver yang sulit ditandingi
Foto: picture-alliance/dpa
Roket Hipersonik Yu-71
Rusia sejak lama mengimpikan sebuah roket hipersonik berhulu ledak nuklir. Dengan kode rahasia "project 4204," negeri beruang merah itu berhasil menciptakan sebuah monster yang tidak cuma mampu melesat dengan kecepatan 12.000 km/jam, melainkan juga lincah dan mudah dikendalikan. Dalam laporan Jane’s Intelligence Review, analis menilai Yu-71 akan mampu menembus sistem pertahanan NATO dengan mudah.
Foto: Reuters/Kyodo
Helikopter Tempur Mil Mi-28N
Oleh NATO helikopter tempur yang satu ini dijuluki "Havoc" alias malapetaka. Dibandingkan Apache Longbow buatan Boeing yang digunakan AS, Mil Mi-28 mampu terbang lebih cepat dan membawa lebih banyak persenjataan. Helikopter ini didesain untuk menghancurkan tank dan kendaraan lapis baja, serta memiliki kemampuan terbang malam hari.
Foto: Reuters/T. Makeyeva
Kapal Induk Admiral Kuznetsov
Admiral Kuznetsov adalah satu-satunya kapal induk di dunia yang dilengkapi dengan berbagai jenis persenjataan anti balistik udara dan kapal selam. Pada prinsipnya kapal yang diluncurkan tahun 1990 ini tidak memerlukan banyak kapal pendamping layaknya kapal induk Amerika Serikat. Uniknya, Admiral Kuzentsov nyaris jatuh ke tangan Ukraina ketika Uni Sovyet runtuh di tahun 1991.
Foto: picture alliance/dpa/Sana
Tupolev Tu-160M
Saat ini Tu-160M adalah pesawat pembom terbesar dan terberat di dunia. Ironisnya oleh para pilot Rusia monster langit ini dijuluki "angsa putih," karena bentuknya yang dinilai menyerupai satwa pendamai tersebut. Sejak 2014 silam Tu-160M dimodernisasi untuk menggandakan kemampuan tempurnya.
Foto: picture-alliance/dpa
Kapal Selam Nuklir Yury Dolgorukiy
Sejak beberapa tahun terakhir Russia meninggalkan desain kapal selam raksasa dan beralih ke desain yang lebih kecil tapi maut. Kendati wujudnya jauh dari kesan menyeramkan, Yuri Dolgorukiy disegani lantaran memiliki sistem kedap suara yang membuatnya sulit dideteksi. Selain itu kapal selam pertama kelas Borei ini juga diperkuat dengan 16 rudal RSM-56 Bulava berhulu ledak nuklir.
Foto: picture-alliance/dpa
10 foto1 | 10
"Agresi tripartit terhadap Suriah disertai kampanye disinformasi," papar kantor pemerintahan Suriah mengutip ucapan Assad pada hari Minggu (15/04). Pemerintahan Moskow dan Damaskus "mengobarkan satu pertempuran, tidak hanya melawan terorisme" tetapi juga untuk melindungi kedaulatan, paparnya lebih lanjut kepada para pejabat Rusia.
Kedua negara itu telah menepis laporan dugaan gas beracun tersebut sebagai hal yang tidak benar dan menuduh pemerintahan di Washington menggunakannya sebagai dalih serangan.
Beruang Merah Menggebrak di Suriah
Lama bergeming, Rusia kini melibatkan diri dalam konflik Suriah. Negeri beruang merah itu melancarkan serangan udara dan memperkuat kehadiran armada lautnya di perairan Suriah. Semua demi menyelamakan Bashar al Assad.
Foto: picture-alliance/dpa
Dominasi di Langit
Rusia menabuh genderang perang dan mengusir angkatan udara Amerika Serikat dari kawasan udara Suriah. Satu jam menjelang serangan, atase militer Rusia di Baghdad menghubungi rekan sejawatnya di kedutaan AS buat menyampaikan peringatan tersebut. Belasan pesawat tempur jenis MiG-29 dan Su-34 kemudian diterbangkan buat menghancurkan beberapa target milik siapapun yang berperang dengan pasukan Assad.
Foto: picture-alliance/ZB/J. Büttner
Menarget Musuh Assad
Media awalnya sempat melaporkan, pesawat tempur Rusia bukan membidik ISIS, melainkan kelompok Free Syrian Army yang dikenal moderat. Namun beberapa jam kemudian, Moskow memastikan pihaknya juga melancarkan serangan terhadap kelompok fanatik Islam. Terkait tudingan AS, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengaku pihaknya "bertanggungjawab atas semua target serangan."
Foto: imago/ITAR-TASS
Petaka dari Udara
Pemantau asing melaporkan, angkatan udara Rusia melancarkan serangkaian serangan udara di tiga provinsi, termasuk Homs yang dikuasai Free Syrian Army. Foto ini diambil di distrik Talbisseh. Kelompok HAM mengabarkan sekitar 27 warga sipil tewas dalam serangan udara Rusia.
Foto: Getty Images/AFP/M. Taha
Teknologi Termutakhir
Kehadiran militer Rusia di Suriah sudah ada sejak tahun 1970an. Tapi baru kali ini Moskow menerjunkan langsung pasukannya dalam konflik bersenjata. Citra udara berikut menunjukkan kekuatan militer Rusia di pangkalan udara Lattakia. Rusia antara lain mengirimkan jet tempur, Su-30, yang berdaya jelajah 3000km. Beberapa meyakini Moskow juga menyiapkan pesawat tempur teranyar yang dimilikinya, Su-34
Foto: Reuters/www.Stratfor.com/Airbus Defense and Space
Angkatan Darat
Untuk mengamankan pangkalan militer di Lattakia, Moskow juga diyakini menerjunkan pasukan infanteri, sejumlah tank tempur tipe T-90, kendaraan angkut personel lapis baja BTR-80 dan peluru kendali anti serangan udara. Belum jelas apakah Rusia juga berniat menerjunkan angkatan daratnya dalam perang di Suriah.
Foto: picture-alliance/Russian Look
Raksasa Laut di Tartus
NATO mengkhawatirkan Rusia juga akan mengirimkan kapal induknya, Admiral Kuznetsov ke Suriah. Sejak pertama kali berlayar tahun 1995, negeri beruang merah itu telah berulangkali melabuhkan raksasa laut yang mampu mengangkut hingga 50 pesawat tempur itu di kota Tartus, sekitar 84 km dari Lattakia. Di kota pelabuhan Suriah itu Rusia memiliki pangkalan militer untuk armada lautnya.
Foto: picture alliance/dpa/Sana
Mengamankan Kepentingan
Pengamat meyakini, keterlibatan Rusia di Suriah adalah semata-mata demi mengamankan pengaruhnya di kawasan. Tanpa Suriah, Rusia antara lain akan kehilangan akses langsung ke Iran. Pelabuhan di Tartus, Suriah, misalnya merupakan satu-satunya pelabuhan laut dalam yang dikuasai Rusia di Laut Tengah. "Operasi militer ini punya batas waktu," kata Presiden Vladimir Putin.
Foto: Reuters/M. Klimentyev/RIA Novosti/Kremlin
7 foto1 | 7
Pentagon: Serangan kenai sasaran
Sementara itu Pentagon mengatakan serangan sekutu Barat berhasil menghantam tiga fasilitas senjata kimia yang memang ditargetkan. "Kemarin kami melihat agresi Amerika. Dan kami mampu mengusirnya dengan rudal Soviet dari tahun 70-an," ujar anggota parlemen Rusia Dmitry Sablin mengutip ucapan Assad, seperti yang dilaporkan TASS.
Politikus Rusia yang berkunjung menggambarkan al-Assad sebagai "suasana hati yang baik". Presiden Suriah itu juga dilaporkan menerima undangan untuk mengunjungi Siberia, meskipun tidak jelas kapan kunjungan itu akan berlangsung.
Inilah Aktor Utama Perang Suriah
Konstelasi konflik Suriah kini makin rumit. Perang dipicu ketidakpuasan rakyat atas rezim di Damaskus. Tapi di belakang layar juga ada negara lain yang ikut terlibat, baik yang punya kepentingan atau tunggangi konflik.
Foto: picture alliance/AP Photo/A. Kots
Bashar al Assad
Presiden Suriah ini bersama rezim di Damaskus adalah penyebab utama pecahnya perang saudara yang dimulai 2011. Rakyat yang tak puas atas kepemimpinannya 4 tahun silam menggelar berbagai aksi protes yang dijawab dengan tembakan peluru tajam. Sumbu peledak perang adalah tewasnya beberapa remaja yang menggambar grafiti anti Assad di tahanan aparat keamanan.
Foto: AP
Pemberontak Suriah
Mereka menamakan diri kelompok oposisi. Dalam kenyataanya mereka adalah kelompok militan yang punya berbagai agenda, dan kebetulan punya satu sasaran, yaitu menumbangkan rezim Bashar al Assad. Kelompok paling menonjol adalah Free Syrian Army, serta Front al Nusra yang merupakan cabang al Qaida di Suriah. Akibat perang saudara, 300.000 tewas dan lebih 12 juta warga Suriah mengungsi.
Foto: Reuters
Islamic State (IS)
Walaupun baru muncul awal tahun 2014, IS merupakan kelompok bersenjata paling kuat dan ditakuti. Kelompok Sunni ini didukung pakar militer bekas pasukan elit Saddam Hussein dari Irak. Anggotanya berdatangan dari berbagai negara Eropa. Kebanyakan anak muda, militan, radikal, dan punya keahlian di bidang militer maupun teknologi informatika. IS kini menguasai kawasan luas di Suriah dan Irak.
Foto: picture-alliance/Balkis Press
Arab Saudi
Merupakan negara pendukung kelompok pemberontak Sunni di Suriah. Arab Saudi terutama ingin menumbangkan rezim Assad dan meredam hegemoni penunjang kekuasaanya, yaitu Iran. Mereka sekaligus juga memerangi IS agar tidak semakin kuat. Riyadh punya kepentingan agar Suriah tidak runtuh, yang akan menyeret Libanon dan Irak serta seluruh kawasan ke situasi chaos.
Foto: picture-alliance/AP/Manish Swarup
Iran
Sebagai negara pelindung kaum Syiah, Iran mendukung milisi Hisbullah di Libanon yang bertempur membela rezim Al Assad. Iran juga mengirim tentara serta penasehat milternya ke Damaskus. Mula-mula kehadiran Iran tidak dianggap. Tapi perkembangan situasi menyebabkan pemain besar lainnya kini mulai merangkul pemerintah di Teheran untuk solusi krisis Suriah.
Foto: AP
Turki
Ankara takut terbentuknya negara Kurdistan di Suriah. Karena itu dengan segala cara hal ini hendak dicegah. Turki juga "melatih" pemberontak Suriah dengan dibantu biaya AS. Presiden Recep Tayyip Erdogan juga berseteru dengan Assad. Selain itu kaum Kurdi di Irak juga makin kuat karena mendapat dukungan Iran. Inilah yang membuat Turki mengerahkan militernya ke perbatasan atau melewatinya.
Foto: AP
Amerika Serikat
Keterlibatan Washington di kawasan dimulai 2003 dengan tumbangkan penguasa Irak, Saddam Hussein. Vakum kekuasaan picu runtuhnya Irak dan destabilisasi keamanan hingga ke Suriah. Kondisi ini yang juga ciptakan Islamic State (IS) yang mampu kuasai kawasan luas di Irak dan Suriah. AS juga membiayai pelatihan pemberontak "moderat" dengan dana 500 juta US Dolar, sebagian menyeberang ke Al Qaida.
Moskow dikenal sebagai pendukung rezim di Damaskus. Akhir 2015 Rusia memutuskan lancarkan serangan udara terhadap IS. Operasi militer ini memicu kecaman di kalangan NATO. AS dan Turki mengklaim serangan udara Rusia ditujukan ke kelompok pemberontak anti Assad. Insiden penembakan jet Rusia oleh militer Turki makin panaskan situasi.
Foto: picture-alliance/dpa/ITAR-TASS
8 foto1 | 8
Rusia mengatakan pada hari Sabtu (14/04) bahwa pihaknya akan mempertimbangkan memasok sistem rudal udara S-300 ke Suriah menyusul serangan sekutu Barat. Namun hal ini tidak dibahas dalam pertemuan dengan Assad.
Sementara itu, penyelidik senjata kimia mulai menyelidiki dugaan serangan gas di Douma, Suriah. Kunjungan politikus Rusia itu berlangsung seiring kantor berita Agence France-Presse (AFP) melaporkan inspektur dari Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) ditetapkan untuk memulai misi pencarian fakta mereka tentang apakah senjata kimia gas klorin dan sarin telah digunakan terhadap warga sipil dalam serangan tanggal 7 April di kota Douma, Suriah.
Para penyelidik telah tiba hari Sabtu (14/04), tidak lama setelah serangan udara terjadi. Rusia dan sekutu pemerintah pro-Suriah, Iran mengecam serangan udara yang dipimpin AS terjadi, sebelum OPCW melakukan penyelidikan mereka.
Kawasan Perang Suriah Jadi Tempat Olah Raga Parkour
Melompati atap yang dibom dan melompat melalui bingkai jendela yang rusak, sekelompok remaja berlari dan melompat lewat gedung-gedung yang hancur selama enam tahun perang di kota Inkhil, Suriah selatan.
Foto: Reuters/A. Al-Faqir
Peninggalan perang jadi tempat olahraga
Pelatih parkour Ibrahim al-Kadiri dan Muhannad al-Kadiri menunjukkan keahlian mereka di tengah bangunan yang rusak dan peninggalan perang di Inkhil, sebelah barat Deraa, Suriah. Ibrahim berkenalan dengan Parkour di Yordania, tempat dia melarikan diri dari perang. Sekarang dia melatih kelompok remaja beranggotakan 15 orang.
Foto: Reuters/A. Al-Faqir
Peninggalan perang
Ibrahim Eid mendemonstrasikan kemampuan parkour di depan bangunan yang rusak di kota Inkhil yang dikuasai pemberontak. Parkour dikembangkan di Prancis pada 1980-an dan telah menjadi populer di kalangan remaja.
Foto: Reuters/A. Al-Faqir
Bakat artistik
Inkhil terletak di garis depan pertempuran antara pemberontak dan pasukan pro-pemerintah. Kawasan ini mengalami serangan udara dan penembakan hebat selama konflik. Tinggal di daerah krisis, para remaja mengatakan mereka menemukan pelarian pada olahraga parkour.
Foto: Reuters/A. Al-Faqir
Melupakan 'rasa sakit dan kesedihan'
Pelatih parkour Ibrahim al-Kadiri minum teh bersama teman-temannya. Kelompok ini telah berlatih parkour selama dua tahun, sering di halaman sekolah dan pada hari-hari yang sepi, saat tidak ada pertempuran. "Parkour mengeluarkan kita dari atmosfir perang dan membuat kita melupakan rasa sakit dan kesedihan kita," kata Kadiri.
Foto: Reuters/A. Al-Faqir
Kehidupan sehari-hari
Ibrahim al-Kadiri sehari-hari bekerja di toko ayahnya. Pada awalnya, keluarga di Inkhil tidak setuju olahraga yang mereka anggap berbahaya itu. Karena anak laki-laki mereka tidak mendengarkan dan terus berlatih dan memperoleh keterampilan baru, mereka akhirnya mengubah pandangan dan mulai mendukung anaknya.
Foto: Reuters/A. Al-Faqir
Juga aktif di media sosial
Mereka merekam aksinya dan membuat foto-foto yangh diunggah di media sosial Facebook. "Parkour sangat menarik dan bergantung pada kebugaran fisik dan keterampilan," kata Ayman, salah seorang penonton dalam satu sesi latihan. "Tapi ini berbahaya, terutama karena mereka mencobanya di daerah yang hancur."
Foto: Reuters/A. Al-Faqir
Cidera adalah hal biasa bagi anggota kelompok
Anggota kelompok mengatakan, parkour membawa mereka menjauh dari suasana perang dan membantu mereka melupakan kesedihan mereka. Tapi lompatan parkour juga bisa berbahaya. Anggota ada yang menderita patah jari kaki dan memar. Cidera selama latihan adalah hal biasa bagi mereka.
Foto: Reuters/A. Al-Faqir
Berlatih pada hari-hari tenang
Muhannad al-Kadiri yang berusia 18 tahun menggambarkan kesenangannya: "Ketika saya melompat dari tempat yang tinggi, saya merasa bebas dan saya menikmatinya. Saya suka berkompetisi dengan teman-teman untuk melihat siapa yang bisa mencapai lompatan tertinggi."
Foto: Reuters/A. Al-Faqir
8 foto1 | 8
Pertemuan juga digelar Saudi
Sementara Assad menjadi tuan rumah bagi anggota parlemen Rusia yang berkunjung, para pemimpin negara-negara Arab lainnya berkumpul di Arab Saudi pada hari Minggu (15/04) dalam rangka Konferensi Tingkat Tinggi KTT Liga Arab tahunan, yang telah ditunda dari bulan lalu karena pemilu Mesir.
Sekitar 17 kepala negara-negara Arab diharapkan menghadiri pertemuan hari Minggu di Dhahran. Al-Assad belum ambil bagian dalam KTT tersebut sejak 2011, ketika organisasi yang terdiri dari 22 anggota itu menangguhkan keanggotaannya. Pembahasan di KTT diperkirakan mencakup anggapan campur tangan Iran dalam perang saudara di Yaman dan dalam konflik di Irak.
'Armagedon' di Aleppo
Kota Aleppo di Suriah jadi "neraka" diluluhlantakkan serangan udara pasukan pemerintah Suriah dibantu Rusia bulan September 2016. Kehancuran luar biasa yang ditimbulkan dapat disimak dalam galeri foto ini:
Foto: Reuters/A. Ismail
Luluh lantak
Seorang pria berjalan di antara reruntuhan gedung-gedung di kawasan al Qaterji, Aleppo yang hancur luluh akibat serangan udara saat pecah pertempuran antara pasukan pemerintah melawan kaum pemberontak..
Foto: Reuters/A.Ismail
Kota membara
Seorang pria berjalan melewati kepulan asap dari sebuah bis yang terbakar, akibat serangan udara di kawasan Salaheddin yang dikuasai pemberontak. Perserikatan Bangsa-bangsa menyatakan, dalam tahun-tahun terakhir, ini adalah serangan terburuk yang pernah dilakukan dalam menghancurkan sebuah kota.
Foto: GettyImages/AFP/A. Alhalbi
Korban cedera dan tewas terus berjatuhan
Pekerja bantuan Suriah bersama warga setempat bergotong royong mengangkut tubuh korban serangan di Salaheddin..
Foto: GettyImages/AFP/A. Alhalbi
Apa yang tersisa?
Usai serangan, warga di distrik Bustan al Qasr memeriksa kerusakan yang terjadi akibat pertempuran dan mencari sesuatu yang masih bisa diselamatkan. Foto diambil anggota Helm Putih.
Foto: Picture-Alliance/dpa/Syrian Civil Defense White Helmets
Lahan pun amblas
Anak-anak melewati lahan yang amblas di kawasan Muyeser setelah pasukan Suriah dan Rusia melancarkan serangan udara.
Foto: picture-alliance/abaca/J. Al Rifai
Lubang menganga
Sebuah gedung masih berdiri tanpa atap dan didingnya berlubang besar akibat serangan udara. Penghuni gedung terpaksa menyingkir, karena bangunan senmacam ini pasti akan jadi sasaran serangan berikutnya.
Foto: picture-alliance/abaca/J. Al Rifai
Kemana mencari air?
Nyaris seluruh infrastruktur di kota kedua terbesaar Suriah itu hancur karena pertempuran sengit. Warga kini kesulitan mendapat air bersih, karena bansyak pipa air bersih hancur terkena ledakan.
Foto: Reuters/A. Ismail
Keluarga yang terporak-poranda
Makin banyak warga terpaksa meninggalkan rumah kediaman mereka yang remuk redam dihantam bom dan tak ada lagi yang tersisa. Keluarga cerai berai dan kota porak poranda.
Foto: Getty Images/AFP/T. Mohammed
Nyawa tak ada harganya
Pekerja bantuan Suriah bersama warga setempat bergotong royong mengangkut jenazah korban serangan tanggal 23 September 2016 di Al Marja. Di ajang pertempuran di Aleppo nyawa manusia nyaris tak ada harganya lagi.
Foto: Getty Images/AFP/A. Alhalbi
Masihkah ada masa depan?
Seorang anak di Tariq al Bab hanya mampu memandangi kerusakan di lingkungan tempat tinggalnya. Sulit membayangkan bagaimana masadepan mereka. Bahkan harapan untuk gencatan senjata-pun kini nyaris musnah.
Foto: Reuters/A. Ismail
10 foto1 | 10
Serangan udara akhir pekan di Suriah dan perang saudara tujuh tahun di negara itu juga diperkirakan akan dibahas. Sementara Arab Saudi mendukung serangan Barat, Libanon dan Maroko mengecam serangan itu.
KTT ini adalah yang pertama dilakukan sejak Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencananya untuk memindahkan kedutaan Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem, sebuah keputusan yang dikritik oleh negara-negara Arab dan penduduknya.
Qatar: Musuh Di Jantung Teluk?
Perpecahan antara Qatar dan negara Teluk memuncak pada isu Iran. Tapi perselisihan telah lahir sejak beberapa dekade sebelumnya, menyusul sikap Mesir dan Arab Saudi yang ingin mendominasi haluan politik di Timur Tengah.
Foto: Getty Images/J. Ernst
Berawal dari Pidato Sang Emir
Perselisihan Qatar dengan negara-negara Teluk telah berlangsung sejak dua dekade silam. Namun pidato Emir Tamim bin Hamad al-Thani pada Mei 2017 yang secara terang-terangan menyatakan dukungan terhadap Iran, Hamas dan Ikhwanul Muslimin menutup pintu rekonsiliasi antara lima negara minyak di Teluk Persia.
Foto: picture-alliance/AP Photo/O. Faisal
Kebohongan Lewat Media
Seakan belum cukup, kantor berita pemerintah Qatar, QNA, lalu menerbitkan berita yang menyebut Doha menarik duta besar dari Arab Saudi, Bahrain, Mesir dan Uni Emirat Arab setelah menemukan adanya "konspirasi" melawan Qatar. Meski dibantah pemerintah di Doha, laporan tersebut kadung memicu ketegangan politik di Teluk.
Foto: Getty Images/J. Ernst
Eskalasi di Arab Saudi
Terutama kritik Tamin al-Thani terhadap sentimen anti Iran di Timur Tengah dianggap lancang. Setelah kunjungan Donald Trump ke Riyadh, Arab Saudi berusaha menekan negara-negara Timur Tengah yang masih menjalin hubungan baik dengan Iran. Trump sempat bertemu dengan Hamad al Thani di sela-sela kunjungannya di Riyadh. Tapi tidak jelas apakah keduanya membahas Iran dan terorisme
Foto: Getty Images/AFP/M. Ngan
Dukungan Samar Terorisme?
Perpecahan di Teluk tidak terlepas dari kebijakan luar negeri Qatar. Sejak lama negeri kecil itu bersitegang dengan AS meski bekerjasama erat di bidang militer. Washington terutama mengritik lemahnya Undang-undang anti pendanaan terorisme dan luasnya dukungan di Qatar terhadap kelompok jihadis Islam di kawasan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M.Brabu
Kisruh di Palestina
Qatar sejak lama juga menjalin hubungan erat dengan Hamas. Deklarasi Hamas pada Mei 2017 yang mengubah haluan perjuangan menjadi lebih moderat juga diyakini dibuat atas desakan Doha yang ingin menjauhkan citra negara penyokong terorisme. Pada dasarnya negara Teluk lebih suka menjalin hubungan dengan Fatah di Tepi Barat Yordan ketimbang Hamas yang bertautan dengan Ikhwanul Muslimin.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Saber
Antara Kudeta dan Kudeta
Keretakan antara Qatar dan negara-negara Arab dimulai pada kudeta damai Sheikh Hamad bin Khalifa terhadap ayahnya pada Juni 1995. Sang ayah, Emir Khalifa bin Hamad, adalah penguasa kesayangan Arab Saudi dan Mesir. Namun puteranya Hamad lebih memilih jalur independen dalam meracik politik luar negeri. Tahun 1996 sebuah kudeta yang diduga didalangi Mesir dan Arab Saudi gagal menjatuhkan Sykeih Hamad
Foto: picture-alliance/dpa
Independensi Politik
Sejak itu kebijakan luar negeri Qatar sering bersebrangan dengan Arab Saudi. Doha antara lain menjalin hubungan erat dengan Israel dan Iran (pada gambar tampak Sykeih Hamad bin Khalifa bersama bekas Presiden Iran, Mahmud Ahmadinejad). Hal tersebut dianggap duri dalam daging oleh Riyadh. Namun dukungan Qatar terhadap gerakan Islam garis keras di Timur Tengah mulai terlihat selama Musim Semi Arab.
Foto: Ilna
Hujan Duit buat Konflik
Doha tidak hanya menyokong Dewan Transisi Nasional di Libya, tetapi juga mendanai kelompok pemberontak Suriah dengan dana sebesar tiga milyar Dollar AS pada dua tahun pertama perang saudara. Financial Times juga melaporkan Doha menawarkan paket evakuasi senilai 50.000 Dollar AS untuk keluarga para gerilayawan.
Foto: Fabio Bucciarelli, AFP
Gagalnya Manuver Riyadh
Negara-negara Teluk pernah berupaya menghentikan kebijakan Doha pada 2014. Namun saat itu pemerintah Qatar mengklaim dukungan terhadap kelompok bersenjata di Timur Tengah berasal dari masyarakat, bukan pemerintah. Antara tahun 2002 hingga 2008 Arab Saudi bahkan menarik duta besarnya untuk memaksa Doha mengubah haluan. Namun manuver tersebut gagal menggerakkan Qatar.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Arus Balik di Doha?
Pengamat yakin Qatar yang lemah harus memutar haluan politik luar negerinya agar selaras dengan keinginan AS dan Arab Saudi. Washington antara lain bisa memaksa Doha untuk mencekal petinggi Hamas dan menghentikan aliran dana buat kelompok bersenjata di Suriah dan Libya. Sebaliknya hal ini akan mengakhiri independensi politik luar negeri Qatar untuk waktu lama. (Sumber: Reuters, AP, BBC, Aljazeera)
Foto: Getty Images/AFP/F. Nureldine
10 foto1 | 10
Serangan Barat membawa gejolak politik Inggris
Sementara itu, serangan udara di Suriah telah mengguncang politik internal di Inggris. Politisi oposisi dan pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn menuduh Perdana Menteri Theresa Mei melakukan serangan udara tanpa dasar hukum yang diperlukan.
"Saya katakan kepada menteri luar negeri, saya katakan kepada perdana menteri, di mana dasar hukum untuk ini?" Kata Corbyn. "Landasan hukum ... harus menjadi pertahanan diri atau otoritas Dewan Keamanan PBB. Intervensi kemanusiaan adalah konsep yang dapat diperdebatkan secara hukum pada saat ini," katanya dalam wawancara TV dengan BBC.
Saat ini tidak ada persyaratan hukum bagi pemerintah Inggris untuk meminta persetujuan parlemen sebelum meminta pasukan untuk bertindak.
Dunia Hitam Putih Fotografer Perang Andy Spyra
Ia telah bepergian ke Irak, Afghanistan, Suriah, Nigeria. Hampir tidak ada wilayah krisis yang belum ia datangi. Andy Spyra mempertaruhkan nyawa untuk mendapat momen sempurna yang mengisahkan sisi emosional perang.
Foto: A. Spyra
Fotografer Perang Andy Spyra
Andy Spyra lahir tahun 1984 di Hagen. Lulus sekolah ia berpetualang keliling Amerika Tengah dan Asia Tenggara. Disanalah ia menemukan kecintaannya akan fotografi. Ia kerap mengunjungi wilayah krisis. Foto karyanya kebanyakan hitam putih.
Foto: J. Idrizi
Proyek "Kashmir"
Wilayah perbatasan Kashmir dianggap sebagai salah satu zona paling berbahaya di dunia. Sejak 1989, sekitar 70.000 nyawa telah melayang karenanya. Tahun 2010 Spyra memperoleh penghargaan "Leica Oskar Barnack Award" atas proyek jangka panjangnya "Kashmir". "Kedua anak laki-laki dalam foto tidak mengenal hal lain selain kekerasan," ujar Spyra tentang fotonya.
Foto: A. Spyra
Keseharian di Wilayah Krisis
Mei 2014 Andy Spyra memotret sekelompok pria yang sedang shalat Jumat di Masjid Biru di Mazar i Sharif. Masjid ini dikatakan dibangun di atas makan sepupu sekaligus menantu Nabi Muhammad, Ali bin Abi Thalib. Karena itu Mazar i Sharif dianggap sebagai lokasi ziarah terpenting di Afghanistan. Fotonya hitam putih karena "bisa lebih menonjolkan sisi emosional".
Foto: Andy Spyra
Sekolah dan Perang
Juni 2014 Spyra mengambil foto ini di sebuah sekolah Mazar i Sharif. Efek cahaya bokeh dan pencahayaan tampak menonjol disini. "Saya banyak bekerja dengan efek bokeh untuk mengekspresikan perasaan saya."
Foto: Andy Spyra
Warna Warni Pasar
Walau terancam serangan Taliban, warga Afghanistan tetap berbelanja di pasar seperti biasa. Mei 2015 di Mazar i Sharif, Spyra menangkap momen ini. Ia ingin menampilkan sisi berbeda dari efek ledakan perang.
Foto: Andy Spyra
Di Perbatasan Suriah-Irak
Andy Spyra memotretnya di Fish Khabour pada perbatasan Irak-Suriah, dimana lebih dari 220.000 orang telah melarikan diri.
Foto: A. Spyra
Kamp Pengungsi
Siapa yang berhasil keluar dari Suriah berharap mendapat keamanan di kamp pengungsi dekat perbatasan. UNHCR mencatat ratusan hingga ribuan pengungsi datang setiap harinya. Mereka lalu melanjutkan perjalanan dengan bus dan dibawa ke kamp yang berbeda-beda.
Foto: Andy Spyra
Jarang Memotret Frot Terdepan
Spyra berusaha untuk menghindari front terdepan perang dan mengangkat hal-hal yang terjadi karena perang. Tapi foto ini berasal dari front terdepan Ra's al-'Ain di utara Suriah. Semua saling berperang: Kurdi lawan Arab, Turki lawan Kurdi, Islam lawan Kristen, semua lawan rezim. "Sulit untuk bisa mengerti perang", ujar Spyra.
Foto: A. Spyra
Minoritas Kristen di Irak
Juni 2011, Andy Spyra menghadiri pemakaman di Al-Hamdaniya, Irak. 98 persen penduduknya memeluk agama Kristen. Mereka jemaat gereja Katolik Suriah dan gereja Ortodox Suriah. Dari Agustus 2014 hingga Oktober 2016, kota ini diduduki IS. Banyak warga Kristen yang harus melarikan diri.
Foto: A. Spyra
Nigeria dan Boko Haram
Berkali-kali Andy Spyra datang ke Nigeria untuk memotret sekitar 80 dari perempuan yang diculik oleh Boko Haram. Ini adalah foto pertamanya dimana obyeknya diminta untuk berpose. Penting baginya untuk tidak menampilkan para perempuan sebagai korban. "Ada begitu banyak hal yang tidak bisa ditangkap oleh foto". Penulis: Bettina Baumann
Foto: Andy Spyra
10 foto1 | 10
Menteri Luar Negeri Boris Johnson membela keputusan pemerintah untuk bergabung dengan AS dan Perancis dalam serangan udara di Suriah, dengan alasan bahwa persetujuan anggota parlemen tidak diperlukan atas alasan kecepatan dan efisiensi operasi.
Jumat kemarin Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa Amerika Serikat, Inggris dan Perancis meluncurkan serangan terhadap lokasi militer Suriah, yang diduga keras menjadi fasilitas senjata kimia. Pekan lalu terjadi apa yang diduga keras serangan senjata kimia di kawasan Douma, yang menurut AS dilaksanakan pasukan Suriah, Bashar al Assad. Serangan udara dimulai sekitar empat pagi di Suriah, membuat langit di atas Damaskus terang benderang.
Sumber Konflik yang Harus Diwaspadai Indonesia di 2018
Tahun 2018 masih akan diramaikan dengan sederet konflik global yang ikut menciptakan ancaman buat Indonesia. Terutama eskalasi konflik di Asia Timur berpotensi berimbas negatif pada stabilitas di kawasan.
Foto: picture-alliance/dpa
Korea Utara
Semenanjung Korea berpotensi menjadi ancaman terbesar terhadap keamanan regional tahun 2018. Terutama ketegangan yang dipicu oleh nada agresif pemerintahan baru AS dan sikap keras kepala Pyongyang semakin mendekatkan dunia pada perang nuklir. Peta di atas menunjukkan 11 pangkalan militer AS di Jepang dan Korea Selatan yang disiagakan menyusul konflik dengan Korea Utara.
Laut Cina Selatan
Selama 2017 Amerika Serikat acuh terhadap ekspansi militer Cina di Kepulauan Spratly dan Paracel. Tahun ini Beijing diyakini bakal menggandakan upayanya menguasai jalur dagang yang ditenggarai kaya Sumber Daya Alam tersebut. Meski tidak terlibat secara langsung, Indonesia mengkhawatirkan stabilitas kawasan yang kian rentan digoyang konflik regional.
Laut Cina Timur
Asia Timur tidak hanya sumber kemakmuran, tetapi juga kental dengan aroma konflik antara Jepang dan Cina. Sejak lama kedua negara berseteru seputar Kepulauan Senkaku atau Daiyou di Laut Cina Timur. Meski Beijing dan Tokyo selama ini menahan diri terhadap konfrontasi bersenjata, perseteruan di Laut Cina Timur bisa berimbas secara politis terhadap Asia Tenggara.
Foto: DW
Filipina Selatan
Perang di Marawi membuka mata dunia tentang kemampuan Islamic State menebar teror di Asia Tenggara. Selama 2017 Indonesia sigap mengawasi perbatasan laut di Laut Sulawesi. Tahun ini TNI mengendus ancaman tambahan berupa afiliasi antara kelompok teror dengan perompak untuk menyelundupkan senjata dan membangun jalur logistik buat aksi terorisme.
Rohingya
Perang saudara di Myanmar yang memuncak tahun lalu belum akan mereda dalam waktu dekat. Minimnya komitmen damai pemerintah di Naypyidaw hanya akan semakin menyulut konflik berkepanjangan tersebut. Genosida terhadap minoritas Rohingya juga menjadi sumber perseteruan di ASEAN antara Myanmar dengan Indonesia dan Malaysia.
Suriah
Tahun 2017 Suriah memasuki era pasca ISIS yang ditandai dengan kemunculan Turki sebagai kekuatan pendudukan. Negeri dua benua itu menempatkan pasukan secara permanen di utara Suriah dan bahkan ikut membangun pemerintahan regional. Meski kehilangan wilayah, pengaruh ISIS menginspirasi aksi teror oleh simpatisannya di seluruh dunia, termasuk Indonesia, tidak berkurang.
Iran vs Arab Saudi
Di penghujung 2017 perseteruan Iran dan Arab Saudi yang selama ini mengompori perang proxy di Timur Tengah mendekati konfrontasi langsung. Libanon dan Yaman menjadi panggung konflik teranyar kedua negara. Indonesia yang aktif sebagai mediator juga ikut kecipratan konflik, yakni menguatnya ketegangan antara mayoritas Sunni dan minoritas Syiah. (rzn/hp - thediplomat, foreignpolicy, nytimes)
7 foto1 | 7
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump memuji serangan udara atas Suriah yang dikatakannya telah 'dilaksanakan sempurna' dengan menambahkan kata-kata 'misi telah tercapai'.
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei mengecam serangan udara sekutu terhadap Suriah. Ia menyebut para pemimpin AS, Inggris dan Perancis sebagai "pelaku tindakan kriminal". Sementara, Paus Fransiskus menyerukan agara para pemimpin dunia mencari solusi damai untuk Suriah.
ap/vlz (ap,reuters,afp,dpa,tass)
Ini Video Serangan Pasukan Sekutu Pimpinan Amerika ke Suriah