Penyelidikan Serangan Masjid di Christchurch Dimulai
24 Oktober 2023Penyelidikan koroner atas serangan teror tahun 2019 yang menewaskan 51 orang di kota Christchurch, Selandia Baru, dimulai pada Selasa (24/10), diawali dengan pemutaran sebuah video penghormatan bagi mereka yang kehilangan nyawa.
Penyelidikan selama enam minggu, diawasi oleh Wakil Kepala Koroner Brigitte Windley, akan menyelidiki peristiwa hari itu, termasuk tanggapan darurat, dan masalah-masalah seperti tidak berfungsinya pintu darurat di sebuah masjid.
Menurut Radio New Zealand, Windley mengatakan bahwa penyelidikan ini berusaha untuk menjelaskan "penyebab dan keadaan kematian," dan "untuk melihat ke masa depan, apakah ada komentar atau rekomendasi yang dapat dibuat, untuk mengurangi kemungkinan kematian lebih lanjut dalam situasi yang sama."
Apa yang ingin dicapai oleh penyelidikan atas serangan teror Christchurch
Windley menekankan fokusnya bukan pada penetapan tanggung jawab atau kelalaian, melainkan pada meminta pertanggungjawaban individu.
Hampir 5.000 gambar, 3.000 file audio, dan 80 jam bukti video akan diperiksa dalam penyelidikan ini. Lebih dari 600 orang dijadwalkan untuk menghadiri sidang secara langsung selama enam minggu.
Brenton Tarrant, warga negara Australia, yang dipersenjatai dengan senjata semi otomatis berkapasitas tinggi, menyiarkan secara langsung serangan terhadap masjid Al Noor dan Pusat Islam Linwood di media sosial pada 15 Maret 2019. Dia juga menerbitkan sebuah manifesto secara online sebelum melakukan serangan tersebut.
Tarrant dijatuhi hukuman penjara seumur hidup tanpa pembebasan bersyarat pada bulan Agustus 2020 setelah mengakui 51 dakwaan pembunuhan, 40 dakwaan percobaan pembunuhan, dan satu dakwaan terorisme.
Penyelidikan juga akan menyelidiki kemungkinan apakah Tarrant menerima bantuan dari pihak luar untuk mendalangi penembakan mematikan tersebut.
Apa yang dikatakan oleh keluarga korban Christchurch
Maha Galal, juru bicara "15 March Whanau Trust" yang mewakili keluarga korban, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa "perhatian utama kami adalah memahami kebenaran."
Keluarga korban "bersatu sebagai upaya mereka untuk memahami, mencari kejelasan apakah orang yang mereka cintai bisa selamat," katanya.
Meskipun penyelidikan ini bertujuan untuk memahami insiden tersebut dan menyarankan langkah-langkah pencegahan untuk masa depan, penyelidikan ini tidak dapat menjatuhkan hukuman atau menawarkan kompensasi.
Setelah serangan tersebut, Selandia Baru memulai reformasi senjata api besar-besaran dan membentuk Christchurch Call, sebuah inisiatif untuk menangani konten teroris dan ekstremis secara online.
bh/rs (dpa, AFP, Reuters)