Perancis Kirimkan Senjata buat Perangi ISIS
13 Agustus 2014 Perancis berjanji akan memasok persenjataan buat Irak dalam perang melawan kelompok ekstremis Negara Islam Irak Suriah (ISIS). Komitmen tersebut diutarakan Presiden Francois Hollande, Rabu (13/8).
"Untuk menjawab kebutuhan mendesak yang diungkapkan otoritas regional Kurdistan, presiden memutuskan, dalam kesepakatan dengan Baghdad, untuk mengirimkan persenjataan dalam beberapa jam kedepan," tulis kantor kepresidenan Perancis dalam pernyataanya.
Perancis akan memainkan "peranan aktif" dalam menyediakan semua bantuan yang dibutuhkan, "bersama semua mitra kami dan pemerintahan baru Iraq."
"Berbuat lebih banyak"
Selama akhir pekan lalu Paris sudah memerintahkan pengiriman 18 ton bantuan kemanusiaan. Sementara bantuan lain seberat 20 ton akan tiba di Irak dengan menggunakan kapal laut hari Rabu. Hollande yang juga mengungkapkan dukungan buat Perdana Menteri terpilih, Haidar al-Abadi mendesak "pemerintahan bersatu" Irak untuk melawan kelompok ISIS.
Sementara itu bantuan militer juga sedang dibahas di Jerman. Menteri Pertahanan Ursula von der Leyen mengklaim pihaknya akan "memanfaatkan semua kemungkinan yang ada," untuk membantu Irak.
"Jika kita melihat atau khawatir akan adanya genosida yang tidak bisa dihentikan, maka kita harus berpikir apakah kita bisa berbuat lebih banyak," ujarnya. Jerman sebenarnya memiliki haluan politik yang melarang pengiriman senjata ke wilayah konflik.
Perlengkapan Militer Non Senjata
Sebab itu Von der Layen membatasi pengiriman perlengkapan militer pada kendaraan lapis baja, alat pendeteksi ranjau, helm dan jubah anti peluru, serta obat-obatan dan perlengkapan medis lain. Berlin berjanji akan membuat keputusan secepatnya setelah menganalisa model bantuan yang paling efektif.
Awalnya Presiden Otonomi Kurdistan, Masoud Barzani, mendesak dunia internasional, Minggu (10/8) agar mengirimkan bantuan berupa senjata untuk memerangi gerilyawan ISIS.
"Dalam situasi dramatis ini, saya mendesak agar kita semua memafaatkan semua celah hukum dan politik sampai pada batasnya," kata Menteri Luar Negeri Jerman Frank Walter Steinmeier.
rzn/ab (afp, rtr)