Pasukan elit Irak mulai memasuki benteng Islamic State untuk membebaskan kota beserta 50.000 penduduk sipil yang disandera kelompok teror tersebut. Operasi militer Irak mendapat dukungan udara dari AS.
Iklan
Militer Irak mengepung benteng Islamic State di kota Fallujah dari tiga sisi. Manuver tersebut menandai fase terakhir operasi pembebasan kota yang cuma berjarak 70 kilometer dari ibukota Baghdad itu.
"Pasukan Irak memasuki Fallujah dengan dukungan udara dari koalisi internasional, angkatan udara Irak dan diperkuat dengan serangan artileri dan tank," kata Letnan Jendral Abdul Wahab Al-Saadi, komandan operasi.
"Pasukan anti terorisme (CTS), kepolisian provinsi Anbar dan militer Irak memulai serangan apda pukul 4 pagi waktu setempat," ujarnya. "IS melakukan perlawanan." Kehadiran pasukan elit CTS menandai perang telah memasuki wilayah perkotaan. Kantor berita Reuters mengabarkan suara ledakan dan tembakan di bagian selatan kota.
Penduduk Sipil Terjebak
Operasi yang telah dimulai sejak sepekan lalu itu sejauh ini fokus merebut desa-desa di sekitar Fallujah. Saat ini diperkirakan sekitar 50.000 penduduk masih bertahan di kota tersebut. Pemerintah Irak khawatir IS akan menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia.
Sudah sejak setengah tahun militer Irak membidik Fallujah. Menurut laporan berbagai media, Islamic State menempatkan antara 500 hingga 1000 pejuangnya di kota itu. Fallujah adalah kota terbesar kedua yang dikuasai IS di Irak setelah Mosul.
Amerika Serikat mengklaim berhasil membunuh lebih dari 70 militan di Fallujah lewat serangan udara. Salah seorangnya adalah komandan lokal, Maher al-Bilawi.
Kendati mendapat serangan bertubi-tubi, IS balik melancarkan serangan terhadap kota Hit yang terletak tidak jauh dari Fallujah. Kota tersebut awalnya dikuasai IS hingga akhirnya direbut oleh militer Irak dalam operasi militer bulan April silam.
Cantik dan Mematikan: Prajurit Perempuan Pelumat ISIS
Mereka cantik, tetapi juga mematikan. Buat melumat ancaman kelompok teror Islamic State, perempuan Kurdi tidak segan mengangkat senjata. Keberadaan mereka di garda terdepan mengusik sikap anti perempuan kelompok radikal.
Foto: Reuters/A. Jadallah
Ditakuti dan Dibenci
Sejak beberapa tahun terakhir pasukan bersenjata Kurdi, Peshmerga, menerjunkan kaum perempuan buat bertempur di garda terdepan dalam perang melawan Islamic State. Mereka ditakuti, tutur Kolonel Nahida Ahmad Rashid, komandan batalyon perempuan Peshmerga, "karena pejuang IS merasa mereka yang mati di tangan perempuan tidak akan masuk surga."
Foto: Getty Images/AFP/S. Hamed
Berbayar Nyawa
Kekhawatiran terbesar prajurit perempuan Peshmerga adalah ditangkap oleh gerilayawan IS. Menurut berbagai laporan, mereka biasanya disiksa dan diperkosa sebelum dibunuh. Oleh pimpinan Peshmerga setiap serdadu perempuan diperintahkan menyisakan satu butir peluru buat melumat nyawa sendiri sebelum ditangkap.
Foto: picture alliance/Pacific Press/J. Ahmad
Uluran Tangan Barat
Batalyon kedua Pesherga saat ini berkekuatan 500 serdadu yang semuanya berjenis kelamin perempuan. Satuan tempur ini berbasis di Sulaymaniyah, Kurdistan, dan terletak tidak jauh dari perbatasan Iran. Lantaran kiprahnya dalam perang melawan IS, Peshmerga sering mendapat bantuan militer dari negara-negara barat. termasuk diantaranya program pelatihan buat perempuan.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Jensen
Persamaan Gender di Jantung Kekuasaan IS
Prajurit perempuan Peshmerga ikut memanggul beban tugas yang sama seperti kaum lelaki. Mereka dikirim dalam misi pengintaian, berpatroli, menjaga pos pengawasan atau rumah sakit. "Satu-satunya perbedaan," kata Kolonel Rashid, sang komandan, "adalah para lelaki memakai senapan yang lebih berat."
Foto: picture-alliance/dpa/R. Jensen
Perempuan di Akar Tradisi
Peshmerga yang dalam bahasa Kurdi berarti "mereka yang menatap mata kematian," aktif sejak akhir Perang Dunia I. Sejak dulu sayap militer Kurdi ini bertempur melawan pemerintahan Irak. Sejak jatuhnya rejim Saddam Hussein, wilayah Kurdistan menikmati otonomi dan kemajuan ekonomi. Perempuan yang teremansipasi sudah mengakar dalam tradisi Kurdi
Foto: Reuters/Ahmed Jadallah
Ekspresi Kebebasan Perempuan Kurdi
Peshmerga pertamakali merekrut prajurit perempuan sekitar 20 tahun lalu. Selain Peshmerga, minoritas Kurdi juga memiliki kelompok bersenjata lain seperti Partai Buruh Kurdi, PKK, atau YPG yang juga banyak diperkuat oleh kaum hawa. Adalah Abdullah Öcalan, pimpinan PKK, yang pertama kali mencetuskan ide serdadu perempuan. "Jika perempuan dijadikan budak, lelaki pun mengalami nasib sama," katanya
Foto: picture alliance/Pacific Press/J. Ahmad
Perjuangan demi Kebebasan
Peshmerga bertempur di front sepanjang 1000 kilometer di utara Irak. Jika dulu rejim Saddam Hussein dianggap sebagai ancaman terbesar, maka kini peran laknat tersebut digantikan oleh Islamic State. "Kami disini karena ingin melindungi apa yang telah susah payah kami capai, yakni parlemen, keamanan dan stabilitas," kata Komandan Rashid.