1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perang Libanon Membidik Sasaran Lain

11 Agustus 2006

Sejumlah harian Eropa, kini semakin jauh menyoroti latar belakang serta sasaran sebenarnya dari aksi militer Israel ke Libanon.

Iran dengan presidennya Ahmadinejad, sebagai pemenang perang di Timur Tengah?
Iran dengan presidennya Ahmadinejad, sebagai pemenang perang di Timur Tengah?Foto: AP/DW

Harian Austria Salzburger-Nachrichten yang terbit di Salzburg berkomentar: Perwakilan perang Amerika Serikat di Timur Tengah ibaratnya rabun dekat.

"Di Libanon sebetulnya dilancarkan perang yang diwakilkan. Dengan aksi militer Israel itu, Amerika Serikat dengan sadar membidik sasaran lain, yakni Iran dan Suriah. Tapi kalkulasinya ternyata keliru. Kini terbukti, dengan perang itu posisi kelompok radikal malahan semakin kuat. Padahal seharusnya posisi kelompok moderat yang diperkuat, yang amat diperlukan untuk pemecahan politik di kawasan itu. Pada akhirnya, Amerika Serikat harus menerima kenyataan, untuk menciptakan gencatan senjata jangka panjang di kawasan perbatasan Israel dan Libanon, mereka tetap membutuhkan dukungan Suriah dan Iran."

Sementara harian liberal Hungaria Magyar Hirlap yang terbit di Budapest menulis komentar bernada bertanya: apakah Iran kini sudah menjadi pemenang perang di Timur Tengah?

"Iran yang sebetulnya menjadi sasaran utama dalam perang Libanon, kini berada di atas angin. Selama program atomnya terus dipermasalahkan, artinya Teheran tetap menjadi perhatian utama masyarakat internasional. Sekarang bahkan ditambah dengan tema perang Libanon. Di Israel sudah didiskusikan, bahwa serangan daratnya akan menelan korban tewas lebih banyak. Tapi hal itu sulit dihindarkan, dalam upaya mencegah serangan rudal dari Libanon. Fakta ini merupakan salah satu indikasi, bahwa Iran sudah memenangkan perang."

Sedangkan harian komunis Perancis L’Humanite yang terbit di Paris berkomentar: perluasan invasi militer Israel melipatgandakan risiko untuk seluruh kawasan Timur Tengah.

"Invasi militer itu menimbulkan prasangka yang memiliki dasar kuat, bahwa Israel menghancurkan Libanon, ketika di negara itu tercapai fase pembangunan kembali nasional. Hal ini identik dengan invasi militer Israel terhadap rakyat Palestina. Keputusan untuk pembantaian rakyat dan perusakan infrastruktur, memicu kebencian mendalam yang akan membawa Timur Tengah ke ambang keruntuhan. Terlihat, tidak ada yang dapat berjalan tanpa dukungan pemerintah Amerika Serikat, yang berniat memaksakan reformasi di seluruh Timur Tengah, dan juga hendak meruntuhkan struktur diskusi multi-lateral."

Sementara harian Italia Corriere della Sera yang terbit di Milan menulis: Perang Libanon berada dalam situasi dramatis.

"Kondisinya dapat dikatakan masih seri. Realitas inilah yang membuat kontras di Dewan Keamanan PBB semakin nyata. Akan tetapi, kini semakin meluas ketakutan, akan semakin gawatnya perang tanpa strategi yang jelas itu. Sementara di sisi lain terlihat, pemecahan dengan cara militer semakin jauh dari sukses, dan bencana kemanusiaan semakin memburuk. Sementara kubu politik dan keagamaan semakin kaku, sehingga seluruh Timur Tengah menghadapi risiko untuk terjerumus ke dalam gelombang kekerasan."