1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perang Melawan Terorisme

14 Juli 2005

Berbagai upaya dilakukan dalam perang melawan terorisme. Akibat serangan bom di London seruan akan hal itu yang dilontarkan pemimpin negara Eropa semakin kencang.

Seorang Umat Islam di London
Seorang Umat Islam di LondonFoto: AP

Italia kini tengah meningkatkan kewaspadaanya. Menurut Menteri Dalam Negeri Italia Guiseppe Pisanu, terorisme sedang mengetuk pintu Italia. Karena itu, Pisanu mendesak agar aksi antiterorisme di Italia ditingkatkan menyusul serangan teroris di London. Harian Italia „Il Messaggero“ menulis:

Pisanu merencanakan serangan balik. Ia memerintahkan penggrebekan rumah-rumah imigran Arab. Aksi itu dilakukan di seluruh Italia dari Turin sampai Ragusa, dan dari Ancona sampai Caserat. Tidak peduli siapa penghuninya, apakah dia seorang pemuka Islam atau imgran ilegal. Operasi itu langsung dilancarkan setelah Pisanu memperingatkan Italia adalah sasaran serangan terorisme berikutnya.

Terorisme justru memperlemah citra Islam. Aksi teror membuat masa depan Islam terancam, sebab dalam tragedi London minggu lalu kembali Islam menjadi tertuduh. Dan sangat menyedihkan, yang menjadi korban aksi teror itu juga anak mereka sendiri. Harian Belgia „La Libre Belgique" menulis:

Segala upaya Eropa untuk memusnahkan terorisme Islam akan sia-sia selama para pemuka Islam sendiri tidak melawan kelompok ekstremis. Para pemuka itu seharusnya mengritik segala sikap teroris dan menghentikan bantuan keuangan dan personil. Karena, seperti yang dapat dilihat dari aksi bunuh diri di Bagdad Rabu lalu yang menjadi korbannya adalah anak-anak mereka sendiri.

Begitu juga, Perdana Menteri Inggris Tony Blair disamping menyerukan sikap bersama dalam perang melawan terorisme, ia juga menghimbau, Islam jangan disamakan dengan terorisme. Begitu harian Belanda „De Volkskrant“ menulis:

Umat Islam yang punya maksud baik dan ingin hidup damai harus dibedakan dengan para teroris. Tetapi kenyataan menunjukkan, bahwa di tengah masyarakat Islam terdapat sebuah penyakit ekstrimis, tidak mengherankan toleransi terdahap Islam akan hilang. Dan masalah itu tidak hanya ada di Inggris saja. Perang melawan terorisme Islam seharusnya diawali oleh para pemuka Islam.

Tema perang melawan teroris mewarnai Sidang Istimewa Menteri Dalam Negeri Uni Eropa. Harian Italia „Corriere della Sera mengulas pertemuan tersebut:

Sidang Istimewa para Menteri Dalam Negeri Uni Eropa di Brussel hendaknya melambangkan peningkatan kerja sama antara negara Uni Eropa dalam memerangi terorisme. Dan usaha peningkatan kerja sama itu sudah dilancarkan sejak pemboman kereta api di Madrid tahun lalu. Namun, terjadinya pemboman di London minggu lalu menunjukkan kerja sama itu sangat lamban. Seandainya Uni Eropa benar-benar bersatu, maka pemboman di London dapat dihindari.

Sedangkan harian Belgia „De Standaard“ menilai pimpinan Uni Eropa tidak berkuasa. „De Standaard“ mengomentari pertemuan menteri-menteri Eropa:

Ternyata Sidang Istimewa Menteri Luar Negeri Uni Eropa tidak mebuahkan hasil konkret. Yang dibahas hanyalah kerja sama yang perlu ditingkatkan kembali dan agar semua keputusan diimplementasi. Minggu depan komisi Uni Eropa akan menyerahkan konsep penyimpanan data nomor telefon dan alamat email. Untuk penyimpanan data tersebut telah ditemukan kesepakatan.