Aktivis siber dari banyak negara terlibat dalam perang Ukraina. Ini memang wilayah yang belum dipetakan — dan tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Opini editor DW Janosch Delcker.
Iklan
Pada hari ketiga setelah tank Rusia mulai menyerang Ukraina, Menteri Transformasi Digital Ukraina Mykhailo Fedorov menerbitkan seruan di Twitter. Dalam cuitannya dia menyerukan kepada warga dunia untuk membela Ukraina di dunia maya.
"Kami sedang menciptakan pasukan IT," tulis Fedorov dalam bahasa Inggris. Dia juga menambahkan tautan di layanan messenger Telegram, mencantumkan target potensial dengan tautan ke Rusia.
Tweet tersebut menandai, sepengetahuan saya, untuk pertama kalinya selama perang, pemerintahan suatu negara secara terbuka meminta sukarelawan di seluruh dunia untuk menyerang musuhnya di dunia maya.
Sejak itu, para aktivis peretas, termasuk kelompok Anonymous, menjawab panggilan Fedorov dan meluncurkan serangan-serangan siber untuk merusak atau menghancurkan situs web pemerintah Rusia serta perusahaan dan bank di negara itu. Sulit untuk menilai seberapa besar dampak serangan mereka. Sejauh ini, tampaknya agak terbatas.
Tapi kita mungkin hanya melihat sekilas saja dari apa yang terjadi: Gerilyawan siber pro-Ukraina misalnya mengatakan kepada kantor berita Reuters, mereka berencana untuk "menghancurkan" kapasitas siber infrastruktur penting Rusia seperti jaringan listriknya.
Iklan
Belum ada preseden
Apakah para relawan peretas akan dapat melakukan serangan canggih seperti itu, yang pasti membutuhkan banyak waktu dan sumber daya untuk mempersiapkannya, masih belum jelas — seperti banyak hal lain.
Upaya Ukraina untuk membangun bagian-bagian dari pertahanan sibernya dengan panggilan terbuka tidak memiliki preseden. Meminjam istilah dari mantan Kanselir Jerman Angela Merkel, ini adalah wilayah yang belum dipetakan.
Beberapa ahli mengatakan, kegiatan para gerilyawan siber dapat membantu Ukraina menabur kekacauan di Rusia. Yang lain memperingatkan bahwa upaya itu dapat juga mengganggu operasi strategis otoritas siber resmi Ukraina atau badan intelijen Barat. Bisa saja keduanya benar.
Potret Kehancuran Kota Kiev
Serangan Rusia ke Ukraina telah menyebabkan kehancuran yang meluas di dalam dan sekitar ibukota Kiev.
Foto: Emilio Morenatti/AP/picture alliance
Apartemen Porak-poranda
Seorang perempuan tua berada dalam bangunan yang rusak parah akibat hantaman rudal Rusia di ibukota Kiev pada hari Jumat 25 Februari 2022.
Foto: Wolfgang Schwan/AA/picture alliance
Kawasan Bisnis dalam Reruntuhan
Banyak bangunan di distrik bisnis di ibu kota Kiev ini hancur rata dengan tanah, setelah digempur serangan Rusia pada Sabtu pagi, 26 Februari 2022.
Foto: Aytac Unal/AA/picture alliance
Seperti Luka
Menurut sumber dari pihak Ukraina, sebuah roket Rusia telah merusak sebuah gedung apartemen di barat daya kota Kiev, sekitar pukul 8 pagi pada 26 Februari. Beberapa orang terluka. Namun, banyak penghuni gedung ini yang sebelumnya sudah mengungsi di tempat penampungan di sekolah terdekat.
Foto: Efrem Lukatsky/AP/dpa/picture alliance
Kepulan Asap di Atas Cakrawala Kiev
Setelah banyak wilayah seputar kota Kiev diserang pada hari Minggu, 27 Februari, awan hitam menggantung di atas kota metropolizan berpenduduk 3 juta jiwa itu.
Foto: Irakli Gedenidze/REUTERS
Tinggal Kerangka
Seorang tentara Ukraina memeriksa truk yang terbakar di Kiev. Tidak diketahui, apakah truk ini milik militer Ukraina atau Rusia. Yang pasti adalah: tidak hanya target militer yang saat ini dihancurkan di Ukraina.
Foto: Efrem Lukatsky/AP/dpa/picture alliance
Depot Minyak Terbakar
Pada pagi hari tanggal 27 Februari, sebuah depot minyak di Vasulkiv di pinggiran kota Kiev terbakar. Menurut laporan Ukraina, tempat penyimpanan minyak ini dihantam oleh rudal Rusia. Informasi yang diberikan oleh kedua pihak yang bertikai tidak dapat diverifikasi secara independen saat ini.
Foto: Maksim Levin/REUTERS
Ketakutan akan Granat
Dua tentara Ukraina tengah mencari granat yang tidak meledak setelah baku tembak dengan Rusia pada pagi hari tanggal 26 Februari. Militer Ukraina sebelumnya berhasil menangkis serangan Rusia di ibu kota, kata pihak Ukraina.
Foto: Sergei Supinsky/AFP
Jatuh dari langit
Puing-puing pesawat militer terlihat di Kiev pada 25 Februari. Tidak jelas milik siapa dan jenis apa pesawat yang naas itu. (yf/hp)
Pada saat yang sama, Moskow tampaknya tidak mungkin menyaksikan serangan siber terhadapnya tanpa melakukan pembalasan. Negara ini telah menghabiskan 15 tahun terakhir untuk membangun beberapa kapasitas siber paling canggih di dunia, dan telah menggunakan kapasitas itu sebelumnya.
Pada tahun 2015, peretas yang diduga memiliki hubungan dengan Rusia menyusup ke sistem komputer jaringan listrik Ukraina, menyebabkan gangguan pada 225.000 penduduk di barat negara itu. Dua tahun kemudian, malware yang diidentifikasi berasal dari Rusia menghantam Ukraina dan kemudian menyebar ke seluruh dunia dan menyebabkan kerugian miliaran euro. Pemerintah Rusia membantah terlibat.
Perang siber masih misteri
Memang hingga saat ini belum kelihatan ada perang siber dalam skala besar, setidaknya tidak ada yang diketahui publik. Tapi hal ini bisa berubah setiap saat.
Perayaan Karnaval Köln Diwarnai Unjuk Rasa Menentang Invasi Rusia
Ribuan orang yang bersuka ria dalam Karnaval di Köln, Jerman mengisi perayaan tradisional itu dengan unjuk rasa di jalanan menentang invasi Rusia ke Ukraina.
Foto: Ina Fasssbender/AFP/Getty Images
Parade karnaval yang sangat berbeda
Karnaval merupakan acara yang sangat populer di beberapa bagian barat Jerman, terutama di kota-kota sepanjang tepian sungai Rhein, seperti Köln. Tahun ini parade karnaval "Rosenmontag" telah dibatalkan karena pandemi COVID-19. Namun perang di Ukraina, mendorong ribuan orang turun ke jalan untuk menunjukkan solidaritas mereka pada korban invasi militer Rusia.
Foto: Rolf Vennenbernd/dpa/picture alliance
Kendaraan karnaval bermotif anti perang
Sejumlah kendaraan karnaval tradisional juga boleh digunakan walau parade dibatalkan. Terutama yang menggambarkan perang dan perdamaian serta cercaan untuk Presiden Rusia Vladimir Putin. Salah satunya, patung Putin memegang palu menggetok Ukraina. Sekitar 150.000 orang menghadiri "demo" saat karnaval di Köln. Sebelum pandemi, karnaval tradisional di Köln biasanya dihadiri sekitar 1 juta orang.
Foto: Henning Kaiser/dpa/picture alliance
Mengambil sikap
Perdana Menteri negara bagian Nordrhein Wesfalen, Hendrik Wüst (tengah) Wali Kota Köln Henriette Reker (kanan), dan beberapa penyanyi lokal terkenal berpartisipasi dalam karnaval Köln. Kehadiran tokoh politik ini untuk menegaskan posisi mereka dalam menentang perang di Ukraina.
Foto: Rolf Vennenbernd/dpa/picture alliance
Hentikan Putin: 'Make FasteLOVEnd not war'
Para pengunjuk rasa memiliki satu slogan utama: "Jadikan FasteLOVend bukan perang" – permainan kata-kata dari bahasa Jerman untuk karnaval. Seorang pengunjuk rasa mengenakan masker bertuliskan 'Hentikan Putin'. Semua kegiatan resmi karnaval lainnya dibatalkan dan hanya pesta pribadi yang boleh dilanjutkan
Foto: Oliver Berg/dpa/picture alliance
Karnaval selalu sedikit bernuansa politis
Daniel dan Ralph adalah anggota klub karnaval tradisional, Rote Funke. Tahun 2022, mereka berdua muncul tanpa pedang tradisional yang biasa dipakai untuk pawai. "Karnaval juga harus diadakan di masa-masa sulit," kata mereka. "Bagaimanapun, karnaval selalu bernuansa politis."
Foto: Jeannette Cwienk/DW
Demonstrasi menentang perang
Gunther menempuh perjalanan jauh hampir 400km dari Hamburg. "Saya mengambil cuti dan berpesta bukanlah pilihan," jelasnya. Di bar, perang bukanlah topik hangat, kata dia dan teman-temannya. Mereka semua berpendapat, karnaval pada Senin (28/02) sudah sepatutnya berlangsung sebagai gerakan demonstrasi menentang perang di Ukraina.
Foto: Jeannette Cwienk/DW
Pesta sederhana
Kerstin dan Anna datang bersama dengan 12 orang lainnya. "Tahun ini, kami akan berpesta sederhana," kata mereka. Para peserta demo memrihatinkan kondisi perang di Ukraina. Namun, mereka juga ingin mengekspresikan beberapa gerakan positif dan "mengisi ulang energi mereka" setelah berbulan-bulan berdiam diri akibat pembatasan COVID-19.
Foto: Jeannette Cwienk/DW
'Ini perang Putin, bukan Rusia'
Jenny dan Nadine memutuskan untuk tidak berpesta. "Itu tidak sesuai dengan kondisi saat ini," kata Jenny. Dia datang untuk menentang perang. Sekarang, saatnya untuk berdiri bersama, kata mereka. Keduanya menekankan bahwa "ini adalah perang Putin, bukan Rusia." (ha/as)
Foto: Jeannette Cwienk/DW
8 foto1 | 8
Selain itu, peretasan bukan satu-satunya senjata yang digunakan oleh negara-negara dalam perang dunia maya. Alat ampuh lainnya adalah penyebaran informasi menyesatkan atau palsu, yang dirancang untuk memengaruhi opini publik. Para ahli telah mengidentifikasi beberapa kampanye yang dilancarkan Rusia untuk mendorong narasi palsu seputar alasannya menginvasi Ukraina.
Situasi ini menyulitkan pekerja media, yang bekerja dengan fakta dan ingin menganalisa perkembangan aktual dan kemungkinan selanjutnya. Jadi apa yang kemungkinan akan terjadi selanjutnya? Satu-satunya penilaian jujur yang saya miliki adalah: Kami tidak tahu.