Arakan Army yang terus memperluas wilayah kekuasaanya di Myanmar dan bergerak maju tanpa hambatan. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang apa sebenarnya tujuan akhir kelompok pemberontak ini?
Kudeta ini memicu gelombang protes massal yang berkembang menjadi pemberontakan anti-junta militer, terutama di wilayah-wilayah yang didominasi oleh etnis minoritas.
Mereka yang menentang rezim militer telah membentuk aliansi yang terdiri dari kelompok-kelompok etnis dan pasukan pertahanan yang dipimpin oleh warga sipil.
Perang saudara telah meningkat selama setahun terakhir, dengan kelompok-kelompok etnis bersenjata yang meningkatkan tantangan serius terhadap cengkeraman militer terhadap kekuasaan selama setahun terakhir.
Pada akhir 2023, aliansi tiga kelompok oposisi, Tentara Aliansi Demokrasi Nasional Myanmar (MNDAA), Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang (TNLA), dan Tentara Arakan atau Arakan Army (AA), melancarkan serangan besar-besaran di negara bagian Shan.
Dalam beberapa bulan terakhir, mereka berhasil merebut sebagian besar wilayah, terutama di negara bagian Shan utara dan Rakhine barat.
Potret Aksi Protes Nasional Menentang Kudeta Militer di Myanmar
Warga Myanmar melakukan protes nasional menentang kudeta militer. Berbagai kalangan mulai dari dokter, guru, dan buruh menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi dan pemulihan demokrasi Myanmar.
Foto: AFP/Getty Images
Dokter dan perawat di garda depan
Kurang dari 24 jam setelah kudeta militer, para dokter dan perawat dari berbagai rumah sakit mengumumkan bahwa mereka melakukan mogok kerja. Mereka juga mengajak warga lainnya untuk bergabung dalam kampanye pembangkangan sipil.
Foto: REUTERS
Koalisi protes dari berbagai kalangan
Sejak ajakan pembangkangan sipil tersebut, para pelajar, guru, buruh dan banyak kelompok sosial lainnya bergabung dalam gelombang protes. Para demonstran menyerukan dan meneriakkan slogan-slogan seperti "Berikan kekuatan kembali kepada rakyat!" atau "Tujuan kami adalah mendapatkan demokrasi!"
Foto: Ye Aung Thu/AFP/Getty Images
Para biksu mendukung gerakan protes
Para Biksu juga turut dalam barisan para demonstran. "Sangha", komunitas monastik di Myanmar selalu memainkan peran penting di negara yang mayoritas penduduknya beragama Buddha ini.
Foto: AP Photo/picture alliance
Protes nasional
Demonstrasi berlangsung tidak hanya di pusat kota besar, seperti Yangon dan Mandalay, tetapi orang-orang juga turun ke jalan di daerah etnis minoritas, seperti di Negara Bagian Shan (terlihat di foto).
Foto: AFP/Getty Images
Simbol tiga jari
Para demonstran melambangkan simbol tiga jari sebagai bentuk perlawanan terhadap kudeta militer. Simbol yang diadopsi dari film Hollywood "The Hunger Games" ini juga dilakukan oleh para demonstran di Thailand untuk melawan monarki.
Foto: REUTERS
Dukungan dari balkon
Bagi warga yang tidak turun ke jalan untuk berunjuk rasa, mereka turut menyuarakan dukungan dari balkon-balkon rumah mereka dan menyediakan makanan dan air.
Foto: REUTERS
Menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi
Para demonstran menuntut dikembalikannya pemerintahan demokratis dan pembebasan Aung San Suu Kyi serta politisi tingkat tinggi lain dari partai yang memerintah Myanmar secara de facto, yakni Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD). Militer menangkap Aung San Suu Kyi dan anggota NLD lainnya pada hari Senin 1 Februari 2021.
Foto: Reuters
Dukungan untuk pemerintahan militer
Pendukung pemerintah militer dan partai para jenderal USDP (Partai Solidaritas dan Pembangunan Persatuan), juga mengadakan beberapa demonstrasi terisolasi di seluruh negeri.
Foto: Thet Aung/AFP/Getty Images
Memori Kudeta 1988
Kudeta tahun 1988 selalu teringat jelas di benak warga selama protes saat ini. Kala itu, suasana menjadi kacau dan tidak tertib saat militer diminta menangani kondisi di tengah protes anti-pemerintah. Ribuan orang tewas, puluhan ribu orang ditangkap, dan banyak mahasiswa dan aktivis mengungsi ke luar negeri.
Foto: ullstein bild-Heritage Images/Alain Evrard
Meriam air di Naypyitaw
Naypyitaw, ibu kota Myanmar di pusat terpencil negara itu, dibangun khusus oleh militer dan diresmikan pada tahun 2005. Pasukan keamanan di kota ini telah mengerahkan meriam air untuk melawan para demonstran.
Foto: Social Media via Reuters
Ketegangan semakin meningkat
Kekerasan meningkat di beberapa wilayah, salah satunya di Myawaddy, sebuah kota di Negara Bagian Kayin selatan. Polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet.
Foto: Reuters TV
Bunga untuk pasukan keamanan
Militer mengumumkan bahwa penentangan terhadap junta militer adalah tindakan melanggar hukum dan ''pembuat onar harus disingkirkan''. Ancaman militer itu ditanggapi dengan bentuk perlawanan dari para demonstran, tetapi juga dengan cara yang lembut seperti memberi bunga kepada petugas polisi. Penulis: Rodion Ebbighausen (pkp/ gtp)
Foto: Ye Aung Thu/AFP/Getty Images
12 foto1 | 12
Arakan Army dan ambisi wilayah otonom
Tentara Arakan atau Arakan Army (AA), sayap militer dari United League of Arakan (ULA), telah membuat kemajuan signifikan di medan perang dengan merebut puluhan kota dan pos militer dalam 15 bulan terakhir.
AA berfungsi sebagai cabang militer dari United League of Arakan (ULA), organisasi politik masyarakat Buddhis di negara bagian Rakhine barat Myanmar.
Pada 2017, militer Myanmar melancarkan tindakan keras terhadap Muslim Rohingya yang tinggal di negara bagian tersebut, memaksa sekitar 750.000 orang Rohingya mengungsi ke negara tetangga, Bangladesh.
Ye Myo Hein, seorang pakar senior tamu di Institut Perdamaian Amerika Serikat dan Rekan Global di Wilson Center, Washington, D.C., mengatakan bahwa Arakan Army menjaga agar opsi-opsinya tetap terbuka.
"AA saat ini fokus untuk mengusir militer Myanmar dari negara bagian Rakhine. Namun, ketika menyangkut masa depan politik, AA tampaknya tetap membuka semua opsi di atas meja, tidak mengecualikan kemungkinan untuk mendirikan negara baru yang merdeka,” katanya kepada DW.
"Meskipun masih terlalu dini untuk memprediksi hasil yang pasti, keputusan untuk mengejar kemerdekaan atau tetap menjadi bagian dari pemerintahan Myanmar akan sangat bergantung pada bagaimana negara di masa depan disusun,” tambah ahli tersebut.
Aung Thu Nyein, seorang analis politik dan direktur komunikasi di Institute for Strategy and Policy - Myanmar, memiliki pandangan yang sama.
"Secara resmi, Tentara Arakan mengklaim bahwa mereka berjuang untuk 'status konfederasi', tetapi tidak ada yang tahu. Bahkan jika AA menyerukan pemisahan diri dari Myanmar, mereka tidak melihat adanya tetangga yang bersahabat,” katanya.
Arakan Army mengumumkan minggu lalu bahwa mereka telah merebut markas Komando Barat rezim di kota Ann, Rakhine.
Jika dikonfirmasi, ini akan menjadi komando militer regional kedua yang jatuh ke tangan pemberontak etnis dalam lima bulan terakhir dan menjadi pukulan telak bagi militer.
Iklan
Ketegangan antara Arakan Army dan Rohingya
Meski AA berupaya membangun hubungan dengan komunitas Muslim Rohingya, hubungan historis antara kedua kelompok tetap kompleks. AA dan ULA pernah dituduh melakukan serangan terhadap Rohingya di masa lalu, yang menimbulkan keraguan terhadap komitmen mereka untuk inklusivitas.
Para pengamat mengatakan bahwa masih ada pertanyaan mengenai bagaimana perbedaan historis antara kedua belah pihak dapat dikesampingkan.
"Kepemimpinan AA adalah realis dan mereka mungkin mempertimbangkan semua tantangan, termasuk masalah Rohingya, yang merupakan salah satu ranjau bagi AA. Namun demikian, kemenangan militer membuat beberapa pemimpin AA, dan juga beberapa warga negara Rakhine, menjadi arogan dan hal ini dapat menciptakan beberapa titik buta untuk menghadapi tantangan,” ujar Nyein.
Potret Warga Rohingya Rela Bertaruh Nyawa di Lautan Hingga Terdampar di Aceh
Sebanyak 99 pengungsi Rohingya ditemukan kelaparan dan kehausan di atas kapal motor rusak di perairan Aceh Utara, Rabu (24/06). Ini bukan kali pertama etnis yang terusir dari Myanmar ini terdampar di perairan Indonesia.
Foto: Reuters/Antara Foto/Rahmad
Terombang-ambing di lautan
Sebanyak 99 pengungsi Rohingya ditemukan terombang-ambing di atas sebuah kapal di perairan Aceh Utara, Rabu (24/06). Mereka ditemukan oleh nelayan sekitar yang kebetulan sedang melintas di sekitar lokasi. Ini bukan kali pertama sebuah kapal motor bermuatan puluhan bahkan ratusan pengungsi Rohingya terdampar di perairan Aceh Utara.
Foto: Reuters/Antara Foto/Rahmad
Bertaruh nyawa
Para pengungsi rela bertaruh nyawa melintasi lautan selama berminggu-minggu dengan perbekalan minim. Mereka yang mayoritas adalah perempuan dan anak-anak ini, berharap dapat mengadu nasib dan mencari pekerjaan di negara tujuan. Pusat Informasi dan Advokasi Rohingya (PIARA) melaporkan sebanyak 15 pengungsi tewas di perjalanan dan dilarung ke laut. Diduga akan ada kapal-kapal lain yang menyusul.
Foto: Reuters/Antara Foto/Rahmad
Terusir dari rumah
Kaum Rohingya yang berasal dari Myanmar ini, terpaksa mencari suaka ke negara-negara Asia Tenggara lainnya karena etnis Rohingya tidak diakui sebagai warga negara Myanmar. Mereka kerap dianiaya, dikucilkan, dan diusir ke kamp-kamp pengungsian setelah penumpasan militer tahun 2017 silam. Bahkan dalam laporan PBB tahun 2018 dilaporkan adanya pembunuhan massal 10 ribu kaum Rohingya di Rakhine.
Foto: Reuters/Antara Foto/Rahmad
Rasa kemanusiaan
Para pengungsi kemudian ditampung sementara di Kantor Imigrasi Lhokseumawe, Aceh. Meski dunia tengah dilanda pandemi Covid-19, tidak menyurutkan niat masyarakat setempat untuk menyelamatkan para pengungsi tersebut. "Ini tidak lebih dari rasa kemanusiaan dan bagian dari tradisi kami para nelayan Aceh Utara," ujar Hamdani salah seorang nelayan yang ikut mengevakuasi para pengungsi dilansir Reuters.
Foto: Getty Images/AFP/R. Mirza
Non-reaktif Covid-19
Dari hasil pemeriksaan cepat (rapid test) virus corona yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara, dilaporkan seluruh pengungsi Kaum Rohingya yang terdampar di perairan Pantai Seunuddon, Kabupaten Aceh utara, Rabu (24/06), non-reaktif Covid-19. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran virus corona. Selain rapid test, pemeriksaan kesehatan secara umum juga turut dilakukan.
Foto: AFP/C. Mahyuddin
Apresiasi dunia internasional
Kepala Perwakilan UNHCR di Indonesia Ann Maymann mengapresiasi Indonesia yang telah menyelamatkan para pengungsi Kaum Rohingya. Organisasi non-pemerintah Amnesty International juga memuji mayarakat Aceh yang telah menunjukkan rasa solidaritas kemanusiaan mereka. Menlu RI Retno Marsudi dalam pernyataan resminya Jumat (26/06) berjanji akan penuhi kebutuhan dasar dan kesehatan 99 pengungsi Rohingya.
Foto: AFP/C. Mahyuddin
6 foto1 | 6
Menambah kerumitan lebih lanjut adalah dugaan perekrutan paksa yang dilakukan oleh militer Myanmar terhadap warga Rohingya untuk berperang melawan kelompok-kelompok etnis bersenjata.
Laporan-laporan menunjukkan bahwa AA juga telah mempekerjakan orang-orang Rohingya.
Hein mengatakan bahwa AA perlu mengatasi semua masalah dengan Rohingya jika menginginkan stabilitas di Rakhine.
"Masalah Rohingya dapat menjadi pil racun bagi negara bagian Rakhine jika tidak ditangani dengan baik. Mengatasi masalah ini secara konstruktif sangat penting untuk memastikan stabilitas jangka panjang dan kemajuan di wilayah tersebut,” ia menggarisbawahi.
Namun, Rakhine juga tidak mandiri dan bergantung pada daerah lain di Myanmar untuk mendapatkan pasokan penting, termasuk makanan dan obat-obatan, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah wilayah tersebut dapat berkembang jika AA menginginkan kemerdekaan.
"AA kemungkinan akan memperluas keterlibatannya dengan Bangladesh dan India untuk mengurangi ketergantungannya pada Myanmar bagian tengah, terutama saat mereka mengkonsolidasikan kontrol atas daerah perbatasan,” kata Hein.
"Meskipun pemerintah Bangladesh telah menyatakan bahwa mereka tidak akan terlibat dengan AA karena statusnya sebagai aktor non-negara, kemungkinan besar, dalam jangka panjang, negara-negara tetangga tidak akan memiliki pilihan selain menjalin hubungan, setidaknya secara informal, dengan AA untuk memastikan keamanan dan stabilitas perbatasan.”
Pemberontak Rohingya Myanmar - Apa yang Perlu Diketahui?
Siapakah Arakan Rohingya Salvation Army, kelompok militan Rohingya yang menyerang pos polisi pada bulan Agustus 2017 dan memicu eksodus massal Muslim Rohingya?
Foto: Reuters
Siapakah anggota Arakan Rohingya Salvation Army?
Pemerintah Myanmar menyebut mereka teroris dan menuduh mereka berhubungan dengan kelompok teror di Timur Tengah. Mereka gunakan taktik perang gerilya untuk tingkatkan serangan terhadap pasukan keamanan. Gerilyawan itu diduga dipimpin oleh Ata Ullah kelahiran Pakistan (Abu Ammar). Mereka beroperasi di Rakhine di Myanmar barat, tempat tinggal mayoritas Muslim Rohingya.
Foto: picture-alliance/AP Photo/E. Htusan
Bagaimana kelompok itu terbentuk?
Kelompok yang awalnya bernama Harakah al-Yaqin ( "Gerakan Iman"), dibentuk setelah kekerasan komunal di tahun 2012. Mereka menjadi terkenal pada Oktober 2016, ketika anggotanya menyerang pos-pos penjaga perbatasan, yang menewaskan sembilan polisi. Para ahli mengatakan bahwa kelompok tersebut menjadi radikal akibat dari penganiayaan bertahun-tahun terhadap orang-orang Rohingya di Rakhine.
Foto: Imago/ZumaPress
Apa yang membuat banyak anak muda bergabung pada kelompok ini?
Rohingya ditolak hak kewarganegaraannya dan dipandang oleh pemerintah setempat sebagai imigran gelap dari Bangladesh. Mayoritas Myanmar dituding lakukan diskriminasi dan kekerasan terhadap mereka. Ata Ullah mengatakan pada kantor berita Reuters bahwa kebencian atas perlakuan itu dorong ratusan pemuda Rohingya bergabung dengannya saat ia kembali ke Rakhine setelah beberapa tahun di Arab Saudi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/T. Zaw
Apakah mereka dilengkapi dengan senjata dan dana?
Militannya gunakan bom rakitan, pisau dan tongkat untuk lakukan serangan. Mereka juga dikenal menggunakan senjata primitif seperti pedang dan tombak. ICG mengatakan kelompok itu tampaknya terima dana dari ekspatriat Rohingya dan donatur di Arab Saudi dan Timur Tengah. ICG yakin mereka tak hadapi kesulitan keuangan di masa depan, setelah tetapkan legitimasi dan kemampuan untuk lakukan serangan.
Foto: Reuters/S. Zeya Tun
Siapakah Ata Ullah - yang diduga komandan kelompok ini?
Menurut laporan ICG, ia lahir di Karachi di Pakistan dan dibesarkan di Arab Saudi. Dia fasih berbahasa Arab dan Bengali dalam dialek Rakhine. ICG mengatakan kemungkinan besar dia pergi ke Pakistan untuk dilatih setelah menghilang dari Arab Saudi pada tahun 2012. Ata Ullah memimpin operasi di lapangan, bersama dengan segelintir orang Rohingya lainnya yang terlatih dalam taktik gerilya modern.
Foto: Reuters
5 foto1 | 5
Peran apa yang akan dimainkan oleh Cina?
Keterlibatan Cina yang semakin meningkat di Myanmar, menurut para analis, juga dapat membentuk konflik di masa depan.
Raksasa Asia ini merupakan mitra dagang terbesar Myanmar dan pemasok utama senjata untuk militer.´Beijing juga telah mengucurkan dana miliaran dolar AS ke sektor minyak dan gas di negara itu, serta infrastruktur fisik lainnya.
Para pejabat Cina baru-baru ini mengadakan pembicaraan dengan dua mitra aliansi AA untuk menengahi gencatan senjata dengan junta.
Militer Myanmar menguasai Kyaukphyu, sebuah kota besar di negara bagian Rahkine yang merupakan ujung dari jalur pipa minyak senilai $1,5 miliar (sekitar Rp23,3 triliun) dan jalur pipa gas alam paralel yang membentang ke Kunming, ibukota provinsi Yunnan di barat daya Cina.
Pipa-pipa ini merupakan komponen utama dari Koridor Ekonomi Cina-Myanmar, yang merupakan bagian penting dari proyek perdagangan dan infrastruktur global Beijing yang ambisius dan bernilai miliaran dolar, yaitu Belt and Road Initiative (BRI).
"Kyaukphyu kemungkinan besar akan menjadi daerah terakhir yang menjadi target kendali AA, dengan memprioritaskan daerah lain terlebih dahulu. Dengan kemampuan militernya yang telah terbukti, AA kemungkinan besar dapat merebut Kyaukphyu dengan kekuatan sekarang,” kata Hein.
"Setiap pertempuran di daerah itu berisiko menimbulkan kerusakan yang signifikan pada infrastruktur Cina. Hal ini menjadikan Kyaukphyu sebagai alat tawar-menawar yang sangat penting bagi AA,” tambahnya.
"Dengan memanfaatkan kepentingan strategis dan ekonominya, AA dapat meyakinkan Cina untuk menekan militer Myanmar agar melepaskan kendali secara damai, sebuah langkah yang sejalan dengan kepentingan Cina dalam melindungi investasinya dan menjaga stabilitas regional.”