PBB tahun 2003 meluncurkan Konvensi Anti Korupsi. Namun kini neraca korupsi masih memprihatinkan. Di banyak negara masih sulit memerangi korupsi.
Iklan
Uang sogok di banyak negara di dunia sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Di institusi pemerintah, di proyek bangunan atau di rumah sakit, selalu saja uang disodorkan ke tangan sebelum dilakukan sesuatu. Saat ini 164 negara yang sudah meratifikasi konvensi PBB untuk memerangi korupsi. Guna mewujudkannya negara-negara melakukan upaya di tingkat nasional.
"Kami tahu banyak tentang korupsi, kami melancarkan upaya lebih gencar untuk memerangi korupsi, kami mengembangkan sarana lebih baik untuk memerangi korupsi," kata Alina Mungiu-Pippidi dari Hertie School of Governance di Berlin. "Tapi kami belum berhasil, melepaskan lebih banyak negara dari kasus korupsi. Di bidang ini kami mengalami stagnasi."
Pakar politik itu tahu, bagaimana PBB dan banyak pemerintah berupaya keras. Namun korupsi tidak mudah diatasi dan memerlukan banyak waktu. Itu juga ditunjukkan contoh Eropa Barat, dimana dibutuhkan puluhan bahkan ratusan tahun untuk bisa mengatasi masalah tersebut.
Badan untuk Kerjasama Internasional Jerman GIZ mencoba negara-negara mitranya untuk membentuk masyarakat yang kritis. Dengan aktivitas penyuluhan, organisasi bantuan pengembangan Jerman itu ingin membuat warga peka untuk kasus korupsi, mengamati lebih cermat pekerjaan aktor-aktor pemerintah dan menuntut haknya masing-masing. "Kami di sana menemui mitra bicara yang punya kepentingan memerangi korupsi. Dengan pengalaman praktis yang kami miliki, kami dapat membantu di sana,“ kata Stephanie Teggemann, pimpinan sektor bidang anti korupsi dan integritas di GIZ. Menurut indeks persepsi korupsi CPI, yang setiap tahun dikeluarkan oleh organisasi Transparency International, Denmark, Finlandia dan Selandia Baru menempati posisi teratas. Ketiga negara di urutan paling bawah daftar CPI adalah Afghanistan, Korea Utara dan Somalia.
Contoh Bagus di Afrika
Botswana, Tanjung Verde dan Ruanda termasuk negara-negara Afrika yang paling berhasil dalam memerangi korupsi. Botswana adalah salah satu dari segelintir negara di dunia, yang dengan kekayaan alamnya tidak sampai memicu perkembangan korupsi yang tinggi. Menurut keterangan Alina Muniu-Pippidi dari Hertie Scholl, pertambangan berlian di negara di selatan Afrika itu bukan urusan pemerintah. Melainkan diserahkan kepada perusahaan asing, yang membayar persentase tertentu kepada negara.
Peringkat Korupsi Negara Anggota ASEAN
Indonesia bukan yang terkorup di Asia Tenggara. Tapi pemerintah di Jakarta tertinggal jauh dibandingkan negeri jiran dalam urusan memberantas praktik korupsi di tingkat pejabat tinggi.
Foto: Reuters
Singapura - Peringkat 7 dari 175 Negara
Negeri singa laut ini sejak lama dikenal minim korupsi. Dari tahun ke tahun Singapura nyaris tak pernah absen dari daftar 10 besar negara terbersih di dunia. Namun begitu beberapa sektor tetap dianggap rawan korupsi, antara lain media, industri dan partai politik.
Foto: AFP/Getty Images
Malaysia - 50 dari 175
Praktik korupsi di Malaysia didorong oleh sistem pemerintahan. Sumbangan buat partai politik misalnya, baik dari perusahaan maupun individu, tidak dibatasi dan partai tidak diwajibkan melaporkan neraca keuangannya secara terbuka. Kendati bergitu sejak 2013 Malaysia naik tiga peringkat dalam Indeks Persepsi Korupsi milik Transparency International.
Foto: Reuters/O. Harris
Thailand - 85 dari 175
Pertalian erat antara politik dan bisnis dinilai menjadi sumber terbesar praktik korupsi di Thailand. Tidak jarang posisi puncak di kementrian diambilalih oleh pengusaha yang bergerak di bidang yang sama. Thailand juga termasuk negara yang paling sedikit menjebloskan koruptor ke penjara.
Foto: Nicolas Asfouri/AFP/Getty Images
Filipina - 85 dari 175
Pemerintah negeri kepulauan di tepi laut Cina Selatan ini telah berbuat banyak buat mencegah praktik korupsi. Hasilnya posisi Filipina melejit dari peringkat 94 tahun 2013 lalu ke posisi 85 di tahun 2014. Pencapaian tersebut tergolong apik, mengingat tahun 2011 Filipina masih bercokol di peringkat 129 dari 175 negara.
Foto: picture-alliance/dpa
Indonesia - 107 dari 175
Indonesia berada di peringkat 114 tahun 2013 silam. Dibandingkan negeri jiran yang lain seperti Filipina, pemerintah di Jakarta masih tergolong lambat memberantas praktik korupsi di tingkat pejabat tinggi negara. Sejak awal berdirinya 2004 silam, Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) tercatat cuma mampu menangani sekitar 660 kasus dugaan korupsi, yang membuahkan 322 tuntutan di pengadilan.
Foto: R. Isabell Duerr
Vietnam - 119 dari 175
Negara komunis Vietnam adalah satu dari sedikit negara ASEAN yang tertinggal di bidang penanganan korupsi. Uniknya sebagian besar kasus dugaan korupsi di Vietnam terjadi di sektor swasta. Baru-baru ini empat pejabat perusahaan kereta api negara dipecat lantaran terlibat dalam kasus suap senilai 758.000 US Dollar. Maraknya korupsi menjadi alasan rendahnya keterlibatan investor asing di Vietnam.
Foto: DW/R. Ebbighausen
Laos - 145 dari 175
Laos tidak cuma tertinggal, malah merosot dari peringkat 140 di tahun 2013 ke posisi 145 tahun lalu. Pemerintah Laos berupaya menghadang gelombang korupsi dengan mendirikan lembaga anti rasuah 2011 silam. Namun hingga kini belum tercatat adanya kasus korupsi besar yang masuk ke pengadilan.
Foto: Global Witness
Kamboja - 156 dari 175
Sejak 2010 pemerintah Kamboja memiliki Undang-undang Anti Korupsi. Tapi perangkat hukum tersebut dinilai tidak melindungi individu yang melaporkan kasus korupsi. Pelapor bisa dihukum penjara jika tudingannya tidak terbukti. Selain itu Kamboja juga mencatat jenis korupsi paling barbarik, yakni menyuap aparat negara untuk melakukan penculikan dalam bisnis perdagangan manusia.
Foto: Reuters
Myanmar - 156 dari 175
Negara yang dikenal dengan nama Burma ini memperbaiki posisi satu peringkat dari 157 ke 156 dalam Indeks Persepsi Korupsi 2014. Berada di bawah kekuasaan militer yang korup selama berpuluh tahun, Myanmar yang kini berada di bawah pemerintahan sipil masih kesulitan menanggulangi maraknya korupsi. Sebanyak 60% perusahaan, baik lokal maupun internasional, mengaku harus menyuap buat mendapatkan izin.
Foto: Reuters
9 foto1 | 9
"Dimana sumber daya alam dikelola oleh negara, keuntungannya tidak diberikan kepada rakyat, melainkan oleh kelompok elit,“ kata Mungiu-Pippidi. Karena itu lebih baik menyerahkan pengelolaan sumber daya alam kepada perusahaan, dengan mengambil kesepakatan yang sesuai dimana semua pihak memperoleh keuntungan.
Dimana Ruanda berhasil dalam perang melawan korupsi, cukup mengejutkan banyak orang, kata pakar politik Mungiu-Pippidi. Tapi ada alasan bagus mengapa negara itu berhasil mengatasi masalah tersebut. "Ruanda mengurangi banyak prosedur birokratis. Itu tidak hanya bagus untuk bisnis, melainkan juga bagi warga.“
Kini tinggal masalah, bagaimana dapat mengurangi sebanyak mungkin korupsi di berbagai negara. Menurut keterangan Gillian Dell dari Transparency International, korupsi harus diatasi dari berbagai sisi. Untuk itu mula-mula sistem hukum harus diperkuat. "Yudikatif memainkan peran kunci dalam perang melawan korupsi. Jika orang memiliki sistem hukum yang lemah, maka seluruh susunan rumah akan ambruk."
Menurut Gillian Dell, dua bidang lainnya yang amat penting dalam perang memerangi korupsi adalah media dan pendidikan. Melalui pekerjaan investigasi, media dapat berpengaruh besar dan masyarakat yang mendapat penjelasan juga merupakan keuntungan. "Ada kasus-kasus korupsi dimana misalnya harian Inggris The Guardian atau juga harian AS New York Times melakukan pekerjaan investigatif yang baik. Oleh karena itu pendidikan penting, sebab masyarakat terdidik dapat lebih kritis menghadapi korupsi.
Meminta Rincian Perhitungan
Korupsi juga mengancam bidang-bidang dimana bantuan amat diperlukan. Yakni di bidang politik pembangunan. Selalu saja terjadi uang bantuan mengalir ke saluran-saluran yang gelap. Oleh sebab itu pakar politik asal Berlin Mungiu-Pippidi menganggap pentingnya organisasi internasional memiliki strategi konkrit, untuk menghambat terjadinya korupsi dalam bantuan pembangunan.
"Misalnya orang dapat meminta kepada mitra kerjasama untuk mempublikasikan pengeluarannya." Maka donatur dapat secara terarah menutup kucuran dana, jika mereka menyadari bahwa dananya tidak sampai ke tempat yang seharusnya.
Cara Jerman Kontrol Korupsi dan Pemborosan Dana
1714 Friedrich Wilhelm I memerangi korupsi di Jerman dengan mendirikan badan pengawas keuangan negara. Di masa Hitler badan itu disalahgunakan. Sekarang namanya Bundesrechnungshof dan menjadi lembaga penting di Jerman.
Foto: picture alliance / dpa
Kemewahan dan Kebangkrutan
Friedrich Wilhelm I (1688-1740) mewarisi negara yang bangkrut dari ayahnya tahun 1713. Ayahnya yang penguasa Prusia membangun istana mewah, mengadakan pesta besar dan membiayainya dengan uang negara. Semuanya hanya untuk bisa bersaing dengan raja-raja lain di Eropa. Rakyatlah yang harus menanggung semuanya, dengan membayar pajak yang kian lama kian tinggi.
Foto: picture alliance / dpa
Belajar Sejak Dini
Friedrich Wilhelm I sudah mempersiapkan diri sejak lama untuk jabatan penguasa. Sejak umur 15 tahun ia ikut rapat wakil berbagai badan negara, dan perembukan tentang strategi perang. Sejak dini ia sadar, bahwa Prusia miskin. Di luar ibukota Berlin kelaparan, penyakit pes dan kehancuran karena perang merajalela.
Foto: public domain
Harus Berhemat
Friedrich Wilhelm I menjual segala sesuatu yang dianggapnya tidak perlu, yaitu perhiasan, alat makan dari perak, mebel, kuda. Prinsip utama: hemat, efisien, pengawasan keuangan. November 1714 ia menddirikan badan yang independen dan netral untuk mengontrol keuangan negara. Foto: dokumen pendirian badan tersebut.
Foto: Landesarchiv Nordrhein-Westfalen
"Petugas Negara Yang Utama"
Demikian anak Friedrich Wilhelm I menyebut dirinya. Ia lebih dikenal sebagai Friedrich der Große (Friedrich Yang Agung). Ia tidak menggunakan badan pengawas yang didirikan ayahnya. Ia mengontrol sendiri keuangan negara dan pergi ke pelosok negeri untuk mengadakan pemeriksaan. Dalam beberapa ratus tahun setelahnya, badan penawas keuangan kadang berperan signifikan kadang tidak.
Foto: picture-alliance/akg-images
Sempit, Gelap dan Tidak Sehat
Tempat kerja pemeriksa keuangan sangat sederhana. Ruang kerja kian lama kian sempit, karena data yang harus diperiksa semakin banyak. Tahun 1920-an sudah ada aliran listrik. Tapi pekerja badan ini tidak boleh menggunakannya. Jadi mereka menggunakan lampu gas. Alasannya: harus hemat.
Sistem gaji masa Prusia tidak kenal persamaan gaji. Sebagian besar pekerja badan pengawas terpaksa bekerja sampai meninggal dunia. Itu dianggap kewajiban bagi negara. Cuti musim panas adalah mode jaman modern. Pertengahan abad ke-19 hanya pekerja kehakiman dan pendidikan yang bisa mengambil cuti. Lagipula gaji pekerja badan pengawas terlalu kecil untuk membayar perjalanan wisata.
Foto: Sammlung Kreissparkasse Köln/DW/K. Jäger
Disalahgunakan NAZI dan Hitler
Di masa NAZI dan Hitler, badan pengawas keuangan kehilangan fungsi sepenuhnya. Ketika Perang Dunia II dimulai, badan itu jadi pemberi saran bagi administrasi di daerah-daerah pendudukan baru. Ketika memeriksa kamp konsentrasi Lodz di Polandia, para pemeriksa keuangan menetapkan para tahanan Yahudi harus memenuhi kebutuhan sendiri dengan kerja paksa.
Foto: picture-alliance/akg-images
Struktur Pekerja Yang Homogen
Ketika Jerman terpecah, di Jerman Timur terbentuk ABI dan SFR sebagai badan pengawas keuangan. Sementara di Jerman Barat namanya: Bundesrechnungshof. Di tahun 1950-an, pemeriksa keuangan pasti pria. Ia berpendidikan di bidang hukum atau ekonomi. Ia juga berpengalaman bertahun-tahun, dan mulai bekerja di badan itu pada usia menengah. Perempuan bekerja sebagai penulis atau pembersih kantor.
Foto: Bundesrechnungshof Bonn/DW/K. Jäger
Kritik dan Teguran
Bundesrechnungshof pernah menegur Angkatan Bersenjata, Bundeswehr, karena memproduksi sendiri krem, pil, pasta gigi dan balsam, dan tidak membeli produk yang lebih murah, yang ada di pasaran. Teguran terakhir: panser, helikopter dan senapan milik Bundeswehr sudah terlalu tua, rusak dan tidak bisa membidik tepat dalam pertempuran.
Foto: Bundesrechnungshof Bonn/DW/K. Jäger
Menyinggung Kementrian dan Membuat Jengkel Pembayar Pajak
Jalan-jalan di Jerman dinilai buruk, ibaratnya permukaan bulan, karena banyak yang rusak. Penutupan jalan karena konstruksi sering terjadi, jembatan juga sering rusak. Banyak hal dinilai mahal dan tak berguna. Laporan tahunan badan pengawas keuangan Bundesrechnungshof memaparkan kasus-kasus penggunaan dana yang salah. Itu menyinggung kementrian dan membuat jengkel pembayar pajak.
Foto: Bundesrechnungshof Bonn/DW/K. Jäger
Hadiah Kecil
Taat aturan dan ekonomis. Itulah peraturan utama pengawasan dana profesional. Pengontrol keuangan independen, netral dan obyektif. Bundesrechnungshof juga bekerjasama dengan badan serupa di negara-negara lain. Hadiah-hadiah kecil, yang terutama datang dari Asia dan Eropa Timur, disimpan di arsip badan tersebut.
Foto: Bundesrechnungshof Bonn/DW/K. Jäger
Badan Penting Negara
Bundesrechnungshof hanya bisa memeriksa sebagian kecil masalah keuangan. Sejak berdiri 1959, badan itu jadi bagian penting demokrasi di Jerman. Tetapi ia bukan kekuatan keempat di negara, di samping badan legislatif, yudikatif dan eksekutif. Hasil pemeriksaan keuangan mereka serahkan kepada parlemen, Bundestag. Laporan mereka merujuk pada kesalahan, tapi tidak selalu ada konsekuensi.