Sejumlah menlu G20 dari negara Barat menolak ikut jamuan makan malam pada Kamis (07/07) karena kehadiran Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov. Pertemuan puncak para diplomat pada Jumat (08/07) dilakukan tertutup.
Iklan
Para menteri luar negeri G20 menghadiri pertemuan puncak bersama pada Jumat (08/07) di Bali. Acara ini mempertemukan beberapa kritikus paling keras terhadap invasi Rusia ke Ukraina di ruangan yang sama dengan para diplomat papan atas Moskow. Perhelatan ini juga menjadi pertemuan pertama sejak perang Ukraina dimulai pada Februari.
Sejumlah negara Barat dan Jepang yang menentang invasi Rusia ke Ukraina menyebut pertemuan ini tidak akan menjadi "bisnis seperti biasa” dalam forum G20.
Isu perang Ukraina di pertemuan G20
Teriakan "Kapan Anda akan menghentikan perang" dan "Mengapa Anda tidak menghentikan perang" terdengar saat Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov berjabat tangan dengan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi di awal pertemuan.
Dalam keterangan persnya, Retno Marsudi menyebut bahwa diplomat dari negara-negara G7 tidak dapat bergabung dengan jamuan makan malam pada Kamis (07/07) di mana Lavrov hadir. Keputusan itu menggarisbawahi ketegangan antar anggota dalam forum yang dihelat di Nusa Dua, Bali.
"Ini adalah tanggung jawab kita untuk mengakhiri perang lebih cepat dan menyelesaikan perbedaan kita di meja perundingan, bukan di medan perang," kata Retno pada hari Jumat (08/07) saat membuka pembicaraan.
Seorang pejabat senior kementerian luar negeri Indonesia mengatakan kepada Reuters bahwa tidak ada komunike atau pengumuman resmi mengenai hasil pertemuan itu.
Iklan
Tantangan Indonesia sebagai tuan rumah G20
Invasi Rusia menjadi tantangan dalam presidensi Indonesia dari kelompok 20 ekonomi terbesar dunia pada tahun ini. Spekulasi boikot dari beberapa anggota dan pemogokan pada bulan April pada pertemuan menteri keuangan di Washington menjadi tantangan dari kesuksesan G20 tahun ini.
Retno Marsudi mengatakan pada Kamis (07/07) malam bahwa penting bagi tuan rumah untuk "menciptakan suasana yang nyaman bagi semua orang" dan G20 adalah peluang untuk kemajuan.
"Ini adalah pertama kalinya, sejak 24 Februari, semua pemain utama duduk di ruangan yang sama," ungkap Retno, merujuk pada awal invasi Rusia.
Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS mengatakan pada hari Kamis (07/07) bahwa penting untuk mencegah "gangguan atau interupsi" pada agenda G20, sambil memastikan tidak ada yang dapat melegitimasi "brutalisasi" Rusia terhadap Ukraina.
Setelah diskusi tentang masalah Ukraina dengan Menteri Luar Negeri India S. Jaishankar, Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi mengatakan Beijing menentang setiap tindakan yang meningkatkan konfrontasi blok dan menciptakan "Perang Dingin baru".
Invasi Rusia, yang disebutnya "operasi militer khusus", telah menyebabkan gangguan besar pada ekonomi global, dengan blokade terhadap gandum Ukraina dan sanksi terhadap minyak dan gas Rusia yang mendorong krisis pangan dan lonjakan inflasi global.
Tokoh-tokoh di Dunia Kecam Invasi Rusia ke Ukraina
Presiden Rusia Vladimir Putin memutuskan mulai menggempur Ukraina secara militer 24 Februari 2022. Banyak pemimpin dunia, atlet, dan bintang mengutuk invasi yang dilancarkan Rusia terhadap tetangganya tersebut.
Foto: Kremlin/AFP
Putin bermuka dua
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebutkan, Presiden Rusia Vladimir Putin 'bermuka dua' setelah dia memerintahkan operasi militer terhadap Ukraina, tak lama setelah dirinya berunding dengan Putin melalui sambungan telepon. "Ya, bermuka dua, ada pilihan yang disengaja dan sadar untuk meluncurkan perang ketika kita masih bisa merundingkan perdamaian," kata Macron.
Foto: John Thys/AFP/Getty Images
Runtuhkan keamanan Eropa
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengutuk invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina. "Kami tidak akan membiarkan Presiden Putin meruntuhkan arsitektur keamanan Eropa," ujar von der Leyen. Ia menegaskan, UE akan menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia. "Kami akan membekukan aset Rusia di Uni Eropa dan menghentikan akses bank Rusia ke pasar keuangan Eropa."
Foto: Olivier Hoslet/Pool/EPA/AP/picture alliance
Kesalahan besar
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan, serangan Rusia benar-benar tanpa pembenaran dan menyebutnya perang Putin. "Akan menjadi jelas bahwa Putin telah membuat kesalahan besar dengan melancarkan perang ini," kata Scholz. Ia juga menambahkan, Rusia akan membayar "harga yang pahit" karena menyerang tetangganya tersebut.
Foto: Clemens Bilan/Getty Images
Dukungan buat Ukraina dari Inggris
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson lewat cuitannya di Twitter mengatakan, Inggris akan meningkatkan dukungannya ke Ukraina. Dia menegaskan, Inggris tidak bisa dan tidak boleh berpaling untuk membantu Ukraina. "Saya tidak percaya diktator Rusia akan menaklukkan Ukraina dan keyakinan mereka yang penuh semangat bahwa negara mereka harus merdeka," kata Johnson.
Foto: Matt Dunham/AP Photo/picture alliance
Sanksi dari AS
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah mengumumkan serangkaian sanksi baru, yang menargetkan bank dan industri Rusia. "Kami sengaja merancang sanksi ini untuk memaksimalkan dampak pada Rusia dan meminimalkan dampak pada sekutu kami. Kami tidak bertindak sendiri. Kami telah membangun koalisi yang mewakili setengah dari ekonomi dunia," tutur Biden.
Foto: Brendan Smialowski/AFP
Iran salahkan NATO
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian melalui cuitannya di Twitter, menyalahkan "provokasi NATO" atas serangan yang dilancarkan Rusia terhadap Ukraina. Meski demikian, ia menekankan perang bukanlah sebuah solusi dan menulis "penting untuk membuat gencatan senjata dan menemukan solusi politik yang demokratis."
Foto: Fadel Itani/NurPhoto/picture alliance
Indonesia desak "setop perang"
Presiden RI Joko Widodo belum memberikan pernyataan lengkap terhadap operasi militer yang digelar Rusia di Ukraina. Namun, di tengah kondisi yang sedang memanas, pada hari pertama invasi Rusia ke Ukraina, melalui cuitannya via twitter Jokowi menyerukan agar perang bisa dihentikan. "Setop perang. Perang itu menyengsarakan umat manusia dan membahayakan dunia," cuit Jokowi.
Foto: Presidential Secretariat Press Bureau
Absen di GP Rusia
Juara dunia Formula 1 asal Jerman, Sebastian Vettel mengatakan, dirinya tidak akan berpartisipasi dalam putaran Grand Prix Rusia pada bulan September mendatang jika invasi terus berlanjut dalam keadaan seperti saat ini. "Saya kasihan kepada orang-orang, orang-orang tidak bersalah yang kehilangan nyawanya, yang terbunuh gara-gara alasan bodoh dan kepemimpinan yang sangat, sangat aneh dan gila."
Foto: Jerry Andre/Laci Perenyi/picture alliance
Dibutakan kekuasaan
Penyanyi dan rapper perempuan asal AS Cardi B turut menentang serangan yang dilancarkan Rusia. Lewat cuitannya ia berharap agar para pemimpin dunia yang berkonflik tidak dibutakan kekuasaan dan benar-benar memikirkan nasib warganya yang menjadi korban krisis tersebut. "Perang, sanksi, invasi harus menjadi hal terakhir yang harus dikhawatirkan para pemimpin ini," kata Cardi B. (Ed: rap/as)
Foto: Kevin Winter/Getty Images
9 foto1 | 9
Agenda pada pertemuan menlu
Agenda pertemuan pada hari Jumat ini (08/07) adalah pertemuan tertutup dengan diplomat negara-negara G20 termasuk Cina, India, Amerika Serikat, Brasil, Inggris, Kanada, Jepang, Afrika Selatan, serta pembicaraan bilateral di sela-sela. Menteri luar negeri Ukraina diperkirakan akan berbicara dalam pertemuan itu secara virtual.
Lavrov bertemu dengan mitranya dari Cina, Wang Yi, di Bali pada hari Kamis, di mana ia memuji Beijing tetapi mengecam Barat yang "secara terbuka agresif".
Untuk pertama kalinya dalam tiga tahun, para menteri luar negeri Cina dan Australia akan mengadakan pembicaraan di sela-sela pertemuan pada hari Jumat (08/07), menandakan mencairnya hubungan yang telah memburuk atas klaim campur tangan asing dan sanksi perdagangan balasan.