1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perang Ukraina Bayangi Pertemuan Menlu G20

8 Juli 2022

Sejumlah menlu G20 dari negara Barat menolak ikut jamuan makan malam pada Kamis (07/07) karena kehadiran Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov. Pertemuan puncak para diplomat pada Jumat (08/07) dilakukan tertutup.

Pertemuan menteri luar negeri G20 di Indonesia
Pertemuan menteri luar negeri G20 di IndonesiaFoto: Dita Alangkara/AP/picture alliance

Para menteri luar negeri G20 menghadiri pertemuan puncak bersama pada Jumat (08/07) di Bali. Acara ini mempertemukan beberapa kritikus paling keras terhadap invasi Rusia ke Ukraina di ruangan yang sama dengan para diplomat papan atas Moskow. Perhelatan ini juga menjadi pertemuan pertama sejak perang Ukraina dimulai pada Februari.

Sejumlah negara Barat dan Jepang yang menentang invasi Rusia ke Ukraina menyebut pertemuan ini tidak akan menjadi "bisnis seperti biasa” dalam forum G20.

Isu perang Ukraina di pertemuan G20

Teriakan "Kapan Anda akan menghentikan perang" dan "Mengapa Anda tidak menghentikan perang" terdengar saat Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov berjabat tangan dengan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi di awal pertemuan.

Dalam keterangan persnya, Retno Marsudi menyebut bahwa diplomat dari negara-negara G7 tidak dapat bergabung dengan jamuan makan malam pada Kamis (07/07) di mana Lavrov hadir. Keputusan itu menggarisbawahi ketegangan antar anggota dalam forum yang dihelat di Nusa Dua, Bali.

"Ini adalah tanggung jawab kita untuk mengakhiri perang lebih cepat dan menyelesaikan perbedaan kita di meja perundingan, bukan di medan perang," kata Retno pada hari Jumat (08/07) saat membuka pembicaraan.

Seorang pejabat senior kementerian luar negeri Indonesia mengatakan kepada Reuters bahwa tidak ada komunike atau pengumuman resmi mengenai hasil pertemuan itu.

Tantangan Indonesia sebagai tuan rumah G20

Invasi Rusia menjadi tantangan dalam presidensi Indonesia dari kelompok 20 ekonomi terbesar dunia pada tahun ini. Spekulasi boikot dari beberapa anggota dan pemogokan pada bulan April pada pertemuan menteri keuangan di Washington menjadi tantangan dari kesuksesan G20 tahun ini.

Indonesia hadapi tantangan presidensi G20 di tengah upaya Barat mengecam invasi Rusia ke UkrainaFoto: Willy Kurniawan/AFP

Retno Marsudi mengatakan pada Kamis (07/07) malam bahwa penting bagi tuan rumah untuk "menciptakan suasana yang nyaman bagi semua orang" dan G20 adalah peluang untuk kemajuan.

"Ini adalah pertama kalinya, sejak 24 Februari, semua pemain utama duduk di ruangan yang sama," ungkap Retno, merujuk pada awal invasi Rusia.

Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS mengatakan pada hari Kamis (07/07) bahwa penting untuk mencegah "gangguan atau interupsi" pada agenda G20, sambil memastikan tidak ada yang dapat melegitimasi "brutalisasi" Rusia terhadap Ukraina.

Setelah diskusi tentang masalah Ukraina dengan Menteri Luar Negeri India S. Jaishankar, Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi mengatakan Beijing menentang setiap tindakan yang meningkatkan konfrontasi blok dan menciptakan "Perang Dingin baru".

Invasi Rusia, yang disebutnya "operasi militer khusus", telah menyebabkan gangguan besar pada ekonomi global, dengan blokade terhadap gandum Ukraina dan sanksi terhadap minyak dan gas Rusia yang mendorong krisis pangan dan lonjakan inflasi global.

Agenda pada pertemuan menlu

Agenda pertemuan pada hari Jumat ini (08/07) adalah pertemuan tertutup dengan diplomat negara-negara G20 termasuk Cina, India, Amerika Serikat, Brasil, Inggris, Kanada, Jepang, Afrika Selatan, serta pembicaraan bilateral di sela-sela. Menteri luar negeri Ukraina diperkirakan akan berbicara dalam pertemuan itu secara virtual.

Lavrov bertemu dengan mitranya dari Cina, Wang Yi, di Bali pada hari Kamis, di mana ia memuji Beijing tetapi mengecam Barat yang "secara terbuka agresif".

Untuk pertama kalinya dalam tiga tahun, para menteri luar negeri Cina dan Australia akan mengadakan pembicaraan di sela-sela pertemuan pada hari Jumat (08/07), menandakan mencairnya hubungan yang telah memburuk atas klaim campur tangan asing dan sanksi perdagangan balasan.

rs/ha (Reuters)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait