1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiEropa

Perang Ukraina Untungkan Perusahaan Drone di Latvia

Killian Bayer
15 Juli 2022

Makin banyak drone yang dikerahkan dalam perang di Ukraina, baik oleh Rusia maupun oleh Ukraina. Drone ini dibuat di banyak negara, selain di Turki juga di Latvia, dan permintaannya terus meningkat.

Drone buatan Atlas Aerospace di Riga, Latvia
Drone buatan Atlas Aerospace di Riga, LatviaFoto: Atlas Aerospace

Para pembuat drone militer sekarang sedang kebanjiran pesanan. Drone dengan berbagai ukuran makin sering dikerahkan di kawasan konflik. Militer Ukraina terutama menggunakan drone buatan Turki, tapi ada banyak juga drone buatan negara lain.

Siapa pun yang masuk ke gedung pabrik Atlas Aerospace harus melalui cek ketat. Ada pemindaian sidik jari, rambut harus ditutup penutup kepala khusus, dan harus mengenakan pembungkus sepatu. Bahkan udara di ruang produksi disaring. Produksi drone membutuhkan lingkungan dan kondisi yang higienis.

Perusahaan ini ada di Riga, ibu kota Latvia. Sejak perang di Ukraina, permintaan untuk drone militer melonjak. "Dulu saya sudah senang kalau bisa menjual 10 drone per bulan," kata Direktur Atlas Ivan Tolchinsky. Sekarang dia menjual sampai 700 drone sebulan, dan permintaannya bahkan lebih tinggi lagi.

Ivan Tolchinsky yang sekarang berusia 36 tahun lahir di Ukraina, tapi dia tumbuh dewasa di Israel. Dia pernah bertempur untuk Israel dalam perang Lebanon di unit pasukan khusus. Setelah itu dia belajar teknologi penerbangan dan antariksa. Dia membangun perusahaannya di Latvia, karena produksi drone di Israel jauh lebih sulit, katanya.

Atlas Aerospace membuat drone ukuran kecil yang bisa dilipat dan dimasukkan ke dalam ransel. Tadinya drone biasa saja untuk dijual ke publik. Namun, akhirnya perusahaan fokus pada pasar peralatan militer. Drone Atlas Aerospace diproduksi sesuai standar NATO. Pelanggan besarnya sebelum perang Ukraina adalah militer Belanda. Sejak invasi Rusia, Atlas Aerospace hanya menjual drone untuk digunakan di Ukraina.

Pusat pendidikan teknik drone di Riga, LatviaFoto: Killian Bayer/DW

Gambar live dari medan pertempuran

Drone Atlas Aerospace populer di kalangan pasukan khusus. Dengan drone itu, komandan di markas besar bisa memantau secara live situasi dan kondisi di medan pertempuran, bahkan juga di malam hari. Militer Ukraina sudah membeli lebih 100 lebih drone dan memesan lebih banyak lagi.

Drone ini memang mengubah situasi taktis di lapangan, kata Ivan Tolchinsky. "Para serdadu sekarang bisa melakukan pengintaian sendiri. Kalau sekelompok serdadu misalnya ingin menyeberangi jalan, mereka sebelumnya bisa menerbangkan drone untuk melakukan pengamatan, apakah di seberang ada musuh yang bersembunyi dan menunggu."

"Medan pertempuran sekarang jadi lebih transparan," kata ahli drone Ulrike Franke dari European Council on Foreign Relations. "Para serdadu sekarang bisa beroperasi secara mandiri. Karena mereka sekarang punya informasi apa yang terjadi di belakang tembok atau di balik sebuah bukit."

Drone untuk keperluan militerFoto: Killian Bayer/DW

Bisa mengintai musuh dan menjatuhkan bom

Drone memang makin sering digunakan dalam perang di Ukraina. Bahkan banyak video di internet yang menunjukkan bagaimana serdadu Ukraina memodifikasi drone amatir yang biasanya bisa dibeli di toko-toko elektronik untuk membawa dan menjatuhkan bom kecil atau granat.

Banyak drone yang digunakan militer Barat dibuat di Cina, tapi ini bisa jadi masalah, kata Ulrike Franke: "Angkatan Laut AS, Jerman, dan Belanda misalnya membeli banyak drone dari Cina untuk digunakan di kapal perangnya. Ini bermasalah bagi keamanan nasional."

Atlas Aerospace berencana memperluas pabriknya untuk memenuhi permintaan yang meningkat. Rata-rata sebuah drone memiliki masa hidup hanya 48 jam di medan pertempuran. Jadi bisa dipastikan, permintaan untuk drone militer masih akan tetap tinggi untuk waktu lama.

(hp/ha)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait