Perangi Ekstrem Kanan, Jerman Perketat Peraturan Medsos
Kate Brady
31 Oktober 2019
Pemerintah Jerman mengusulkan rancangan undang-undang untuk mengatasi kekerasan ekstrem kanan. Akan seberapa efektif kah RUU ini dalam mencegah kejahatan dengan motif kebencian?
Iklan
Serangan ekstremis sayap kanan dirasa kian mengkhawatirkan bagi kaum minoritas dan pihak yang berpandangan berbeda. Setelah serangan mematikan di sebuah sinagoga dan pembunuhan seorang politisi lokal, pemerintah Jerman menetapkan langkah-langkah baru untuk mengatasi kekerasan ekstremis sayap kanan.
Pengetatan peraturan terkait kepemilikan senjata, perlindungan bagi tokoh-tokoh politik di semua tingkatan dan kewajiban untuk melaporkan konten kriminal online untuk jejaring media sosial seperti Facebook, YouTube dan Twitter. Ini adalah beberapa langkah yang diumumkan pemerintah Jerman pada Rabu (30/10) sebagai bagian dari strategi baru untuk memerangi ekstremisme sayap kanan dan pidato kebencian di internet.
Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kehakiman Jerman sebenarnya telah menggodok RUU baru ini selama lebih dari setahun. Namun kekerasan ekstremis sayap kanan yang terjadi baru-baru ini membuat mereka mengeluarkan paket peraturan baru tersebut berbulan-bulan lebih awal dari rencana semula.
Pada Juni 2019, pejabat regional yang dikenal bersikap simpatik terhadap pengungsi, Walter Lübcke, ditembak mati di rumahnya oleh seorang ekstremis sayap kanan. Hanya tiga minggu lalu, seorang pria bersenjata berat membunuh dua orang setelah gagal melakukan penembakan massal di sinagoga di kota Halle.
Investigasi terkait serangan di Halle menemukan bahwa tersangka yaitu Stephan B., 27 tahun, sering mengunjungi situs internet yang mengedarkan teori konspirasianti-Semit.
Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer (CSU) pada Rabu mengatakan bahwa setelah serangan teroris di Halle, penting bahwa "omongan pemerintah diikuti dengan tindakan."
Sementara Menteri Kehakiman Christine Lambrecht dari partai SPD mengatakan pemerintah Jerman "melawan ekstremisme sayap kanan dan anti-Semitisme dengan segala cara yang dimungkinkan oleh aturan hukum."
Peraturan apa yang diusulkan diperketat?
Beberapa hal yang termasuk dalam paket peraturan baru yaitu peran Badan Intelijen Domestik Jerman, BfV, yang lebih kuat dalam pemantauan dan ujaran kebencian di internet.
Hal lain termasuk juga:
- Penyedia layanan media sosial online seperti Facebook, YouTube dan Twitter wajib melaporkan ujaran kebencian kepada otoritas Jerman, dan juga menyampaikan alamat IP dari pengguna yang dicurigai. Hingga saat ini, raksasa media sosial tersebut hanya diwajibkan menghapus ujaran kebencian dalam periode waktu tertentu.
- Undang-undang kepemilikan senjata akan diperketat, setiap permintaan izin senjata akan diperiksa oleh Badan Intelijen BfV.
- Program pencegahan yang selama ini telah ada dan bertujuan untuk mengatasi ekstremisme sayap kanan, anti-Semitisme, rasisme, dan permusuhan terhadap kelompok sasaran mana pun akan dikembangkan dan pembiayaannya akan "tetap ditingkatkan."
- Politisi lokal akan diberikan perlindungan khusus dari adanya pencemaran nama baik dan fitnah setara dengan politisi negara bagian dan federal. Serangan terhadap petugas paramedis dan petugas profesional medis darurat akan ditindak dengan cara yang sama seperti serangan terhadap petugas penegak hukum.
Peraturan ini juga akan memudahkan orang-orang yang merasa terancam oleh kekerasan ekstremis sayap kanan untuk memblokir akses ke alamat email pribadi mereka.
Serangan Teror Ekstremis Kanan: Sebuah Rentang Sejarah
Dalam 10 tahun terakhir telah terjadi banyak serangan terhadap komunitas Muslim dan Yahudi, serta orang non-kulit putih. DW merangkum beberapa serangan teror ekstremis kanan terbesar di dunia.
Foto: picture-alliance/empics/PA Wire/D. Lawson
Jerman 2009: Penusukan terhadap wanita di pengadilan Dresden
Marwa El-Sherbini, seorang apoteker yang tinggal di Dresden bersama dengan suami dan putranya dibunuh di pengadilan Dresden pada 1 Juli 2009. Ia ditusuk seorang pria berusia 28 tahun keturunan Jerman-Rusia, tak lama setelah memberikan kesaksian terhadap pria ini untuk kasus kekerasan verbal. El-Sherbini adalah korban pembunuhan yang pertama dalam serangan Islamophobic di Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Hiekel
Norwegia 2011: Breivik, pembunuh massal dengan serangan teror.
Dua aksi terror dilakukan sendirian oleh extremis sayap kanan, Anders Behring Breivik tewaskan 77 orang tanggal 22 Juli 2011. Aksi pertamanya adalah pemboman di sebuah kantor pemerintahan di Oslo. Aksi dilanjutkan dengan pembantaian anak-anak muda yang berkemah di pulau Utoya. Sebelum, Breivik mengeluarkan manifestasi yang mengecam multikulturalisme dan islamisasi Eropa.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Berit
AS 2015: Penembakan di Chapel Hill
Tiga mahasiswa, yakni Deah Barakat, istrinya Yusor Abu-Salha dan saudara perempuannya Razan Abu-Salha ditembak mati oleh tetangga mereka yang berusia 46, 10 Februari 2015. Penembak menggambarkan dirinya sebagai penantang agama dan telah berulang kali dilaporkan karena ancaman dan penghinaan terhadap korbannya. Peristiwa ini viral di media sosial dan bertagar #MuslimLivesMatter.
AS 2015: Pembunuhan massal di gereja di Charleston
17 Juni 2015: Seorang teroris kulit putih melepaskan tembakan di gereja Emanuel African Methodist Episcopal di Charleston, Carolina Selatan. Sembilan orang anggota jemaat Afrika-Amerika terbunuh, termasuk seorang pendeta. Pelaku yang berusia 21 tahun ini dijatuhi hukuman mati akibat melakukan kejahatan berdasarkan kebencian.
Foto: Getty Images/J. Raedle
Jerman 2016: Penembakan massal di München
Sebuah penembakan massal di pusat perbelanjaan di München pada 22 Juli 2016 memakan setidaknya 36 korban luka dan 10 korban jiwa – termasuk pelaku penembakan yang baru berusia 18 tahun. Pelaku adalah warga Jerman keturunan Iran. Menurut keterangan kepolisian, ia banyak membuat komentar bersifat xenofobia dan rasis, serta yang memuja pelaku penembakan sekolah.
Foto: Getty Images/J. Simon
Inggris 2017: Serangan di masjid Finsbury Park
19 Juni 2017, seorang pria berusia 47 tahun membunuh satu orang dan melukai 10 orang lainnya dalam serangan yang menggunakan mobil van. Pelaku menabrakkan mobil ke arah oarang-orang di jalur pejalan kaki dekat masjid Finsbury Park di utara London. Semua korban adalah muslim yang sedang bejalan menuju masjid untuk salat Tarawih. Pelaku dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Foto: picture-alliance/AP Photo/F. Augstein
AS 2017: Serangan mobil saat gerak jalan neo-Nazo di Charlottesville
Satu orang wanita terbunuh dan puluhan lainnya terluka ketika seorang nasionalis kulit putih menabrakkan mobilnya ke arah kerumunan demonstran di Charlottesville, Virginia pada 12 Agustus 2017. Para demonstran menentang aksi protes bernama Unite the Right, yakni pertemuan antar para supremasi kulit putih, nasionalis kulit putih, serta neo-Nazi. Pelaku dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Foto: Getty Images/AFP/P.J. Richards
Kanada 2017: Serangan masjid di Quebec
Seorang pria bersenjata menembaki jamaah di Islamic Cultural Center di Quebec, akhir Januari 2017. Peristiwa ini menewaskan enam orang dan melukai puluhan lainnya. Penembakan itu terjadi di malam hari, saat salat berlangsung. Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau mengutuk penembakan itu sebagai "serangan teroris terhadap Muslim di rumah ibadah dan perlindungan."
Foto: Reuters/M. Belanger
AS 2018: Penembakan Sinagoge Tree of Life
Pada 27 Oktober 2018, seorang pria bersenjata berusia 46 tahun melepaskan tembakan di sebuah sinagoga di kota Pittsburgh, AS. Peristiwa ini menewaskan 11 orang dan melukai tujuh lainnya. Dia dilaporkan meneriakkan ejekan anti-Semit selama serangan dan sebelumnya memposting teori konspirasi di internet. Itu adalah serangan paling mematikan terhadap orang Yahudi dalam sejarah AS.
Foto: picture-alliance/AP/M. Rourke
Jerman 2019: Serangan tahun baru di Bottrop and Essen
Tak lama setelah tengah malam ketika orang-orang merayakan tahun baru, seorang pria berusia 50 tahun melakukan serangan yang ditargetkan terhadap imigran di kota Bottrop dan Essen, Jerman barat - melukai delapan orang dan satu luka serius. Dia sengaja menabrakkan mobilnya ke arah keluarga Suriah dan Afghanistan yang sedang merayakan dengan anak-anak mereka di Bottrop.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Kusch
Selandia Baru 2019: Serangan masjid menara kembar di Christchurch
Setidaknya 50 tewas dan puluhan lainnya terluka dalam serangan. Pihak berwenang sebut ini sebagai "serangan ekstremis sayap kanan" dan peristiwa penembakan paling mematikan dalam sejarah negara itu. Salah seorang pelaku siarkan langsung serangan itu dan tuliskan manifesto rasis di internet. Perdana Menteri Jacinda Ardern menyebutnya "salah satu hari paling gelap di Selandia Baru." (Ed.: ga/ml)
Foto: picture-alliance/empics/PA Wire/D. Lawson
11 foto1 | 11
Partai oposisi merasa skeptis
Pada hari yang sama, politisi oposisi langsung menyuarakan keraguan mereka tentang pelaksanaan aturan yang berupa kewajiban untuk melaporkan ujaran kebencian.
Konstantin von Notz, politisi dari Partai Hijau yang bertindak sebagai juru bicara kebijakan internet partai, mengatakan kepada radio Deutschlandfunk bahwa "pemain besar" di internet selama ini hanya mendapatkan konsekuensi yang "sangat ringan." Ia menambahkan bahwa hukuman denda untuk tidak melaporkan dan menghapus pidato kebencian seharusnya berada di tingkat "puluhan dan ratusan juta" euro.
"Kalau tidak, Anda tidak akan dapat meminta pertanggungjawaban dari perusahaan-perusahaan ini ... Ini adalah satu-satunya tombol yang dapat Anda gunakan dalam berurusan dengan perusahaan yang mengikuti logika ekonomi," kata von Notz.
Partai yang ramah bagi para pebisnis, FDP, juga menyatakan keraguan mereka akan efektivitas RUU baru ini. "Mewajibkan sebuah situs untuk mengungkapkan informasi tidak akan secara efektif memerangi kejahatan rasial," kata politisi FDP Benjamin Strasser.
Sementara itu, Komisi Perlindungan Data Jerman mengatakan secara lebih dekat mengamati perkembangan situasi jika RUU ini benar-benar disahkan.
"Saat ini masih terlalu dini untuk mengatakan apakah ini baik atau buruk," kata juru bicara komisi Dirk Hensel kepada DW. "Tapi pasti akan ada pertanyaan yang akan diajukan mengenai etika perusahaan swasta yang menganggap apa yang dianggap sebagai konten mencurigakan di media sosial."
Komplikasi juga dapat muncul jika ternyata kecurigaan itu tidak terbukti. Pada saat ini, data pribadi seseorang sudah akan tersedia bagi perusahaan swasta dan intelijen domestik Jerman.