Presiden AS Barack Obama berniat mengirimkan pasukan tambahan ke Suriah buat memerangi Islamic State. Kini jumlah pasukan AS yang bertempur melawan kelompok teror itu bertambah menjadi 300 orang.
Iklan
Rencana itu diumumkan Barack Obama di sela-sela kunjungannya ke pameran teknologi Cebit di Hannover, Jerman. Perang melawan ISIS menjadi agenda tetap serangkaian kunjungan Obama ke Arab Saudi, Inggris dan Jerman.
Saat ini AS memiliki sekitar 50 pasukan elit di Suriah. Sementara 250 tentara tambahan yang akan dikirim didominasi oleh pasukan khusus baret hijau yang akan beroperasi dalam misi rahasia, dengan didukung tim medis dan logistik.
Pekan lalu Menteri Pertahanan AS, Ash Carter, juga telah mengumumkan pengiriman kontingen militer berjumlah 217 serdadu ke Irak dengan misi yang sama. Pentagon juga membekali pasukannya dengan delapan helikopter tempur Apache.
"Tidak ada opsi yang baik saat ini," ujar Obama di Arab Saudi ketika ditanya soal rencana AS jika gencatan senjata berakhir.
"Kita harus mencari solusi politis dari dalam Suriah," tukasnya. "Secepat mungkin kita bisa menghentikan perang dan mencari jalan keluar lewat jalur politik, maka situasinya akan semakin baik."
Rencana Amerika memperkuat pasukannya di Suriah bergayung sambut dengan Jerman yang mengumumkan bakal membangun pangkalan udara di Turki. Saat ini sekitar 200 serdadu Jerman ditempatkan di lanud Incirlik dalam perang melawan ISIS.
Kini Berlin berniat mengucurkan dana lebih dari 50 juta Euro untuk merenovasi pangkalan tersebut agar mampu menampung 400 serdadu dan beberapa skuadron tempur Tornado. Jerman selama ini terlibat mengumpulkan foto udara untuk membantu koalisi anti IS yang dipimpin Amerika Serikat.
Cantik dan Mematikan: Prajurit Perempuan Pelumat ISIS
Mereka cantik, tetapi juga mematikan. Buat melumat ancaman kelompok teror Islamic State, perempuan Kurdi tidak segan mengangkat senjata. Keberadaan mereka di garda terdepan mengusik sikap anti perempuan kelompok radikal.
Foto: Reuters/A. Jadallah
Ditakuti dan Dibenci
Sejak beberapa tahun terakhir pasukan bersenjata Kurdi, Peshmerga, menerjunkan kaum perempuan buat bertempur di garda terdepan dalam perang melawan Islamic State. Mereka ditakuti, tutur Kolonel Nahida Ahmad Rashid, komandan batalyon perempuan Peshmerga, "karena pejuang IS merasa mereka yang mati di tangan perempuan tidak akan masuk surga."
Foto: Getty Images/AFP/S. Hamed
Berbayar Nyawa
Kekhawatiran terbesar prajurit perempuan Peshmerga adalah ditangkap oleh gerilayawan IS. Menurut berbagai laporan, mereka biasanya disiksa dan diperkosa sebelum dibunuh. Oleh pimpinan Peshmerga setiap serdadu perempuan diperintahkan menyisakan satu butir peluru buat melumat nyawa sendiri sebelum ditangkap.
Foto: picture alliance/Pacific Press/J. Ahmad
Uluran Tangan Barat
Batalyon kedua Pesherga saat ini berkekuatan 500 serdadu yang semuanya berjenis kelamin perempuan. Satuan tempur ini berbasis di Sulaymaniyah, Kurdistan, dan terletak tidak jauh dari perbatasan Iran. Lantaran kiprahnya dalam perang melawan IS, Peshmerga sering mendapat bantuan militer dari negara-negara barat. termasuk diantaranya program pelatihan buat perempuan.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Jensen
Persamaan Gender di Jantung Kekuasaan IS
Prajurit perempuan Peshmerga ikut memanggul beban tugas yang sama seperti kaum lelaki. Mereka dikirim dalam misi pengintaian, berpatroli, menjaga pos pengawasan atau rumah sakit. "Satu-satunya perbedaan," kata Kolonel Rashid, sang komandan, "adalah para lelaki memakai senapan yang lebih berat."
Foto: picture-alliance/dpa/R. Jensen
Perempuan di Akar Tradisi
Peshmerga yang dalam bahasa Kurdi berarti "mereka yang menatap mata kematian," aktif sejak akhir Perang Dunia I. Sejak dulu sayap militer Kurdi ini bertempur melawan pemerintahan Irak. Sejak jatuhnya rejim Saddam Hussein, wilayah Kurdistan menikmati otonomi dan kemajuan ekonomi. Perempuan yang teremansipasi sudah mengakar dalam tradisi Kurdi
Foto: Reuters/Ahmed Jadallah
Ekspresi Kebebasan Perempuan Kurdi
Peshmerga pertamakali merekrut prajurit perempuan sekitar 20 tahun lalu. Selain Peshmerga, minoritas Kurdi juga memiliki kelompok bersenjata lain seperti Partai Buruh Kurdi, PKK, atau YPG yang juga banyak diperkuat oleh kaum hawa. Adalah Abdullah Öcalan, pimpinan PKK, yang pertama kali mencetuskan ide serdadu perempuan. "Jika perempuan dijadikan budak, lelaki pun mengalami nasib sama," katanya
Foto: picture alliance/Pacific Press/J. Ahmad
Perjuangan demi Kebebasan
Peshmerga bertempur di front sepanjang 1000 kilometer di utara Irak. Jika dulu rejim Saddam Hussein dianggap sebagai ancaman terbesar, maka kini peran laknat tersebut digantikan oleh Islamic State. "Kami disini karena ingin melindungi apa yang telah susah payah kami capai, yakni parlemen, keamanan dan stabilitas," kata Komandan Rashid.