1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perangi Pencemaran Minyak di Delta Niger

24 Agustus 2011

Air minum yang tercemar, pohon-pohon bakau yang membusuk, ikan-ikan mati. 50 tahun pengeboran minyak di Delta Niger merusak lingkungan hidup di daerah itu. Yang paling menderita adalah daerah Ogoni di Nigeria tenggara.

An aerial view shows an oil spill which pollutes a waterway 30 March 2003 in Nigeria's Niger Delta near the Escravos export terminal. The troubled region's oil facilities have been closed down and evacuated during two weeks of bloody ethnic violence. Foto: Pius Utomi Ekpei dpa
Pencemaran minyak di Delta NigerFoto: picture alliance/dpa

Jika dibandingkan, daerah Ogoni atau Ogoniland lebih luas sedikit daripada Jakarta, dan dipenuhi pipa-pipa minyak serta menara penggali yang karatan. Sebagian besar milik perusahaan energi Belanda-Inggris, Royal Dutch Shell. Memang Shell menghentikan penggalian minyak tahun 1993, setelah terjadinya protess massal warga Ogoni.

Sejumlah anak bermain di sungai di kota Otueke di Delta Niger yang tercemar minyak.Foto: picture alliance/dpa

Tetapi cairan berwarna hitam terus mengalir dari pipa-pipa yang bocor dan mencemari tanah. Seberat mana kerusakan ekologis yang disebabkan minyak di Delta Niger sekarang dapat dilihat dari hasil penelitian yang dibuat Program Lingkungan PBB, UNEP. Perjuangan melawan pencemaran minyak bisa berlangsung puluhan tahun dan melibatkan aksi pembersihan terbesar di dunia.

Lapisan Minyak

Warnanya ungu-kuning-abu-abu. Itulah lapisan minyak berbau busuk yang mengalir di sungai Niger. Di sekitar tepi sungai tergeletak banyak onggokan berwarna hitam. Sekitar 10 juta tangki minyak mengalir ke delta Niger dalam 50 tahun terakhir. Sebuah penelitian Program Lingkungan PBB, UNEP mendokumentasikan untuk pertama kalinya kerusakan yang disebabkan bencana minyak.

"Laporan itu membenarkan, bahwa kesehatan dan dasar-dasar hidup warga di Ogoniland terancam. Walaupun industri minyak tidak aktif di sini, kebocoran minyak masih tetap banyak.“ Demikian dikatakan Ibrahim Thiaw dari UNEP, ketika ia memperkenalkan laporan tersebut awal Agustus di Nigeria. Untuk itu para pakar meneliti 122 km pipa minyak. Mereka juga menganalisa lebih dari 4.000 contoh tanah, air dan udara di daerah itu. Penelitian itu dibiayai perusahaan minyak Shell, yang lama mengadakan penggalian di sana.

Penggalian dan kilang minyak di Delta Niger (23/12/2006)Foto: dpa

Upaya Pembersihan Tidak Menolong

Namun demikian UNEP tetap memberikan pernyataan jelas. Kembali Ibrahim Thiaw, “Menurut laporan itu, semua upaya pembersihan tidak cukup. Upaya tidak menjadikan lingkungan semakin baik.“ Di banyak kasus, hanya kerusakan lingkungan yang dapat dilihat berhasil diatasi. Untuk mengembalikan keaslian Delta Niger sangat sulit. Sedikitnya diperlukan 25 sampai 30 tahun hanya untuk mengadakan perbaikan terpenting di daerah tersebut.

Laporan itu membenarkan kritik yang dilontarkan aktivis lingkungan dan hak asasi  manusia sejak beberapa tahun lalu. Tetapi beberapa hasil analisa tetap mengejutkan, demikian dikatakan Audrey Gaughran dari organisasi hak asasi manusia, Amnesty International. “Laporan itu memberikan bukti ilmiah, bahwa orang-orang di Delta Niger dan Ogoniland meminum air yang tercemar. Bukan hanya air di sungai-sungai dan sungai kecil, bahkan air tanah juga tercemar,“ demikian Gaughran.

Pencemaran di sebagian kecil Delta NigerFoto: Katrin Gänsler

Tercemar Hidrokarbon

Di sedikitnya 10 wilayah di Ogoniland, air minum tercemar hidrokarbon. Di sebuah desa, para ilmuwan menemukan senyawa kimia organik bensol, yang menyebabkan kanker, di air sumur. Nilainya 900 kali lipat lebih tinggi dari batas yang diijinkan secara internasional. Siapa yang bersalah atas pencemaran minyak ini? Laporan UNEP jelas mengkritik perusahaan minyak Shell dan pemerintah Nigeria. Memang Shell tidak menggali minyak di daerah Ogoni sejak hampir 20 tahun yang lalu. Tetapi perusahaan itu juga termasuk dalam Shell Petroleum Development Company atau SPDC, yang mengontrol pipa dan pemeliharaan pipa.

“Laporan itu menunjukkan, bahwa perusahaan minyak Shell dan pemerintah Nigeria tidak mematuhi standar minimal yang ditetapkannya sendiri. Mereka tidak mematuhi standar minimal pemerintah Nigeria dan internasional.“ Itu dikatakan aktivis lingkungan Nnimmo Bassey, yang sudah bertahun-tahun berjuang melawan perusahaan minyak dengan organisasi perlindunga alamnya, Friends of the Earth. Untuk itu Nnimmo Bassey mendapat hadiah Nobel Alternatif tahun 2010 lalu. Pihak yang bersalah kini harus merogoh kocek dan membiayai pembersihan daerah itu. Ibrahim Thiaw dari UNEP menuntut itu dengan jelas. Ia mengatakan harus ada dana khusus untuk restorasi lingkungan di Ogoniland. Modal awalnya harus satu milyar US Dollar, dibayar oleh industri minyak dan pemerintah. Perusahaan Shell hanya bersedia memberikan keterangan tertulis atas laporan UNEP.

Seorang anak bermain di dekat tempat penggalian minyak (28/03/2007)Foto: picture alliance/dpa

Penduduk Sekitar Ikut Sebabkan Pencemaran

Delta NigerFoto: AP

Dalam sebuah pernyataan dari kantor pusat Shell Petroleum Development Company di Den Haag dinyatakan: "Walaupun kami sudah tidak menggali minyak lagi sejak tahun 1993 di Ogoniland, kami membersihkan semua genangan minyak dan mengembalikan keadaan daerah itu seperti aslinya, terlepas dari penyebab kerusakan itu.“ Pada saat bersamaan perusahaan itu menekankan, sebagian besar kasus pencemaran minyak di Delta Niger juga diakibatkan pencurian minyak dan serangan sabotase yang dilakukan penduduk daerah sekitar.

Tetapi kapan pekerjaan pembersihan dapat dilakukan, tergantung pada pemerintah Nigeria. Presiden Goodluck Jonathan, yang berasal dari Delta Niger, hanya memberikan janji yang tidak jelas. Ia mengatakan, pemerintah Nigeria akan mengadakan perundingan dengan shell serta perusahaan-perusahaan minyak lain, juga dengan badan-badan penting pemerintah, tentang langkah yang akan diambil menyangkut laporan UNEP tersebut. Tetapi ia juga berjanji, pihaknya tidak akan mengacuhkan laporan tersebut, melainkan akan mengambil tindakan. Presiden Goodluck Jonathan sebaiknya tidak membiarkan terlalu banyak waktu berlalu, karena setiap hari minyak berliter-liter menetes dari pipa karatan ke tanah di wilayah Ogoni.

Julia Hahn / Marjory Linardy

Editor: Ayu Purwaningsih