Bagi mereka yang bekerja di dunia perawatan paliatif, kematian bukanlah akhir dari segalanya. Kematian justru jadi kesempatan untuk memberikan kualitas hidup hingga akhir.
Ilustrasi akhir perjalanan hidup manusiaFoto: Andrés Cónema/Zoonar/picture alliance
Iklan
Kabar buruk, apalagi terkait kondisi medis yang serius dan tidak bisa disembuhkan, bukanlah hal mudah diterima, baik untuk pasien maupun tenaga medis. Namun, bagi mereka yang bekerja di dunia perawatan paliatif, seperti Rina Wahyuni, kematian bukan akhir dari segalanya. Ini justru kesempatan untuk memberikan kualitas hidup hingga akhir.
Sejak pagi, Rina duduk di ruang kantor Rachel House Jakarta Barat, bersama dokter dan tim perawat lain untuk memulai clinical briefing pagi. Mereka membahas tugas yang akan dijalani hari itu dan mulai membahas satu per satu kondisi dan rencana home care pasien hari itu.
"Hari ini kita akan kunjungan ke rumah R, remaja perempuan usia 15 tahun dan mengidap Osteosarcoma (kanker tulang)," kata Rina kepada tim DW Indonesia sebelum kami bertolak ke Tangerang, Banten.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Rina adalah kepala perawat di Rachel House, sebuah yayasan nonprofit yang khusus menangani perawatan paliatif gratis bagi anak-anak penderita HIV dan kanker, terutama mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu. Sejak bergabung pada 2008, Rina mengabdikan diri dalam dunia paliatif yang masih terdengar asing di Indonesia.
Perawatan paliatif erat dengan pasien dengan penyakit serius atau tak bisa disembuhkan, dan pasien terminal. Perawatan ini bukan hanya tentang pengelolaan nyeri dan gejala pada fisik pasien, tapi juga pemberian dukungan emosional, psikososial dan spiritual, bagi pasien dan keluarganya.
"Kamu masih takut meninggal, enggak?"
Setelah berkendara dengan mobil, Rina dan dua 2 perawat dari Rachel House harus berjalan melewati beberapa gang, sebelum tiba di rumah pasien mereka hari itu.
Di rumah itu, mereka disambut seorang anak perempuan yang didampingi ibu dan ayahnya. Meskipun anak itu tampak tersenyum, raut wajahnya tampak pucat dan menunjukkan kelelahan. Selain memeriksa kondisi kesehatan, Rina juga bertanya tentang aktivitas dan melontarkan pertanyaan yang menggali isi hati pasiennya itu.
"Kalau kamu lagi drop, kamu masih takut meninggal, enggak sih?" tanya Rina. Anak itu menggelengkan kepala. "Mamanya yang takut," jawab sang ibu.
Rina tersenyum dan merespons dengan halus. "Meninggal itu memang sesuatu yang pasti, Bu. Kita semua akan meninggal pada waktunya. Tapi yang penting adalah bagaimana kita bisa hidup dengan kualitas sampai akhir."
Anggota Tubuh Ini Masih Berfungsi Walau Anda sudah Meninggal
Tubuh manusia belum sepenuhnya mati, walau jantung telah berhenti berdetak dan otak tidak bekerja lagi. Berikut beberapa anggota tubuh yang masih berfungsi walau nyawa telah lepas dari badan.
Foto: Colourbox
Kuku dan Rambut
Secara umum diketahui bahwa setelah mati, kuku dan rambut terus tumbuh untuk sementara waktu. Namun, hal ini sebenarnya tidaklah demikian. Kuku dan rambut pada orang yang sudah meninggal akan terlihat bertambah panjang bukan karena terus tumbuh. Tapi ini karena kulit kehilangan kelembaban dan mengerut. Memang bisa dikatakan bertambah panjang, tapi tidak tumbuh.
Foto: picture-alliance/ZB
Kulit
Bagian tubuh yang benar-benar terus tumbuh adalah kulit. Otak berhenti bekerja saat jantung tidak berdetak lagi. Ini karena sel otak tidak menerima asupan oksigen. Namun kebutuhan oksigen kulit sangatlah rendah, sehingga mampu terus berkembang. Karena merupakan bagian terluar dari tubuh, kulit bisa langsung mengambil sedikit oksigen dari udara. Sehingga kulit tetap "hidup“ untuk beberapa hari.
Foto: picture-alliance/dpa/O. Berg
Sistem Pencernaan
Satu bagian dari otak bekerja terus menerus untuk mengatur buka tutup otot katup kandung kemih. Ketika orang meninggal, bagian otak tersebut juga turut mati, sehingga otot menjadi kendur, menyebabkan katup kemih terbuka. Efek yang sama juga terjadi pada anus. Proses buang air besar pada orang yang sudah meninggal lebih kerap terjadi karena juga didorong oleh penumpukan gas dalam tubuh.
Foto: Fotolia/ag visuell
Otot
Otot tubuh masih memiliiki refleks tertentu yang tidak melibatkan otak. Hal ini dapat menyebabkan kedutan, kejang atau gerakan yang tampak seolah jenazah masih hidup. Salah satu contohnya adalah apa yang disebut sebagai “Lazarus Sign”. Ini merupakan refleks spinal yang menyebabkan lengan bangkit bergerak. Gerakan ini dapat berlangsung selama beberapa detik.
Foto: Colourbox
Organ Suara
Sebenarnya yang terdengar dari mulut orang yang sudah meninggal bukanlah suara yang dihasilkan oleh organ suara. Suara atau bunyi keluar dari jenazah dikarenakan adanya penumpukan gas dan kontraksi otot yang menyebabkan paru-paru terpompa sehingga menghembuskan udara keluar lewat mulut.
Foto: colorbox
5 foto1 | 5
Bagi Rina, setiap perjalanan pasien selalu unik. Inilah inti dari pekerjaan seorang perawat paliatif. Tidak hanya merawat tubuh pasien, tetapi juga merawat jiwa mereka. Walaupun pada satu titik, salah satu tugas perawatan paliatif adalah menjelaskan kondisi pasien yang sebenarnya.
Salah paham tentang perawatan paliatif
"Tantangan terbesar adalah ketika kita mulai berbicara tentang kematian. Semua orang takut membicarakan perpisahan, bahkan tabu. Tidak hanya bagi keluarga pasien, tapi juga bagi tenaga kesehatan," ungkap Rina.
Rina percaya bahwa membuka pembicaraan tentang kematian pada saat yang tepat sangat penting. Dengan begitu, pasien dan keluarga bisa lebih sadar akan sisa waktu mereka dan membuat keputusan yang lebih bermakna dalam menjalani hari-hari terakhir.
Perjalanan Rina tidak selalu mudah. Ia harus menghadapi stigma sosial yang berkembang di masyarakat dan bahkan di kalangan tenaga medis mengenai perawatan paliatif.
Banyak yang beranggapan bahwa perawatan paliatif hanya diberikan pada pasien yang sudah berada di ujung hayat, dan ini sering kali membuat pasien terlambat mendapatkan dukungan yang dibutuhkan.
Perawatan paliatif masih sering disamakan dengan hospis, tapi keduanya berbeda. Perawatan paliatif dapat dimulai sejak diagnosis penyakit serius untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Sementara meski masih jadi bagian dari perawatan paliatif, perawatan di hospis diberikan di tahap akhir kehidupan dengan fokus pada kenyamanan pasien setelah perawatan medis dihentikan.
Paliatif, melawan stigma tentang kematian
Kementerian Kesehatan mencatat pada 2022, hanya 1% pasien terminal yang mendapatkan perawatan paliatif. Banyak dokter yang baru merujuk pasien ke layanan perawatan paliatif setelah kondisi mereka tidak dapat disembuhkan lagi, yang mengaburkan esensi dari perawatan ini.
Menurut dokter perawatan paliatif dr. Maureen Lukman, FIPM, banyak tenaga kesehatan yang tidak menjelaskan kondisi pasien secara detail karena enggan membicarakan kabar buruk. Padahal, dengan penjelasan yang tepat, pasien bisa membuat keputusan yang lebih rasional terkait tujuan pengobatan mereka.
Toraja: Yang Mati dan Tidak Pernah Pergi
Buat suku Toraja kematian bukan penghabisan. Mereka yang telah tutup usia tidak benar-benar meninggalkan keluarga dan ikut menemani kehidupan sehari-hari mereka. Simak ritual kematian unik lewat galeri foto berikut:
Foto: Reuters/S. Whiteside
Bertukar Pakaian di Alam Baka
Kematian menemani kehidupan. Begitulah anggapan suku Toraja yang kaya dengan ritual kematian. Di sana jenzah keluarga yang telah dimakamkan, diangkat kembali untuk ditukar pakaiannya. Tradisi bernama Ma'nene itu digelar untuk menghormati leluhur yang telah tutup usia.
Foto: Reuters/S. Whiteside
Berduka Dengan Waktu
Suku Toraja tidak mengusir kematian, melainkan menganggapnya bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Kelompok adat yang hidup di jantung Sulawesi itu meyakini kematian tidak memutus ikatan keintiman. Maka tidak heran jika sebuah keluarga menyimpan jenazah selama berpekan-pekan di rumah sendiri dan diperlakukan layaknya seseorang yang masih hidup.
Foto: Reuters/S. Whiteside
Rambu Solo yang Mahal
Adalah upacara pemakaman Rambu Solo' yang membuat Toraja dikenal dunia. Ritual yang penting dan berbiaya mahal tersebut bisa berlangsung selama berhari-hari. Karena ongkosnya yang tidak murah, Rambu Solo kadang baru bisa digelar setelah berminggu-minggu atau bahkan bertahun-tahun sejak kematian yang bersangkutan.
Foto: Reuters/S. Whiteside
Menunggu Penutupan
Selama itu pula keluarga harus bisa mengumpulkan biaya pemakaman agar bisa menguburkan anggota keluarga yang meninggal dunia. Jika belum dikebumikan, jenazah biasanya dibalut kain dan di simpan di bawah rumah adat alias Tongkonan. Arwah yang meninggal dunia diyakini belum pergi selama upacara pemakaman belum dirampungkan.
Foto: Reuters/S. Whiteside
Kemewahan di Balik Kematian
Kemegahan upacara Rambu Solo ditentukan oleh jumlah kerbau yang dikorbankan. Setiap elemen upacara pemakaman dibuat secara hirarkis untuk menegaskan status sosial keluarga yang ditinggalkan. Tidak jarang Rambu Solo berlangsung selama berhari-hari sebelum jenazah dibawa ke tempat peristirahatan terakhir.
Foto: Reuters/S. Whiteside
Buat Kaum Kaya
Tapi uang pula yang membebani tradisi kuno ini. Seringkali keluarga harus berutang agar bisa membiayai Rambu Solo'. Tidak heran jika sejak awal upacara mewah ini hanya boleh dilakukan oleh kaum bangsawan yang menduduki kasta tertinggi dalam struktur sosial suku Toraja.
Foto: Reuters/S. Whiteside
Sejarah Panjang Tradisi Toraja
Tidak ada yang tahu pasti kapan ritual kematian di Toraja mulai dipraktikkan. Namun penanggalan radiokarbon terhadap sebuah potongan peti mati yang dilakukan arkeolog Indonesia dan Malaysia mengindikasikan praktik pemakaman unik ini telah berlangsung sejak 800 SM. Suku Toraja mulai dikenal dunia setelah disambangi oleh penjelajah Belanda pada abad 19.
Foto: Reuters/S. Whiteside
7 foto1 | 7
"Perawatan paliatif bukan berarti meninggalkan pasien tanpa perawatan, tetapi memberikan dukungan penuh meski penyakit tidak dapat disembuhkan. Perawatan paliatif berjalan berdampingan dengan terapi yang dilakukan dokter," jelasnya. Bahkan menurutnya, perawatan paliatif akan terus berperan mendampingi keluarga pasien hingga beberapa bulan setelah pasien berpulang.
Maureen juga menyoroti pentingnya edukasi perawatan paliatif baik untuk masyarakat maupun tenaga medis.
"Stigma yang masih ada di masyarakat adalah bahwa meninggal di ICU itu terhormat. Itu sebabnya banyak pihak yang menghindari perawatan paliatif. Edukasi sangat dibutuhkan," ujarnya. Selain itu, menurutnya pendirian pusat perawatan hospis juga dapat membantu mendekatkan perawatan paliatif dengan masyarakat.
Iklan
Meningkatkan akses perawatan paliatif di Indonesia
Sementara dokter perawatan paliatif dr. Maria A. Witjaksono, MPALLC (FU), juga mengakui kemajuan dalam penerimaan perawatan paliatif di Indonesia dengan UU Kesehatan tahun 2023. Namun, ia menekankan masih ada tantangan besar terkait kebijakan yang belum merinci mekanisme perawatan paliatif.
"BPJS sudah mencakup perawatan paliatif di rumah sakit, tetapi hanya dalam jumlah yang sangat terbatas," jelas Maria. Ia mengusulkan agar perawatan paliatif lebih terintegrasi di tingkat puskesmas dan layanan primer.
Di sisi lain, juga diperlukan perluasan pendidikan dan pelatihan di institusi pendidikan kesehatan agar lebih banyak tenaga medis yang terampil dalam bidang ini. Hal ini menurutnya dapat menjadi kunci perluasan akses perawatan paliatif.
Misteri Lokasi Angker dan Perayaan "Kematian"
Awalnya Halloween (31 Oktober) adalah tradisi tua Irlandia. Sekarang menyebar ke seluruh dunia dan kerap digabung perayaan lain. Saat merayakannya, orang kadang juga mengingat cerita dan pergi ke lokasi angker.
Foto: picture alliance/dpa/O. Spata
Istana Kronborg, Denmark
Lokasi angker ini sudah jadi inspirasi bagi pujangga William Shakespeare, untuk drama Hamlet. Hampir 600 tahun tak terdengar "suara" apapun di istana itu. Ketika 2005 restoran dibuka di sana, stafnya menceritakan peristiwa botol-botol jatuh tanpa sebab dari rak, juga lilin menyala sendiri. Mereka juga tiba-tiba mencium bau mayat. Katanya hantunya kini sudah diusir pawang. Untuk selamanya?
Foto: Imago/R. Balzerek
Katakombe di Paris
Di lorong-lorong bekas tambang, tersembunyi tulang hampir tujuh juta orang. Akibat wabah penyakit dan kelaparan di abad ke-18, kuburan Paris penuh sesak. Bau kematian menyebar ke mana-mana, oleh sebab itu jenasah dipindahkan ke bawah tanah. Untuk wisatawan kini ada tur di sana. Di ujungnya ada pemeriksaan tas. Tidak ada tulang yang boleh meninggalkan katakombe.
Foto: picture-alliance/dpa
Biara Mortemer, Perancis
Di reruntuhan biara Mortemer dekat Rouen, Perancis, ada sosok perempuan aristokrat yang memakai baju putih kerap terlihat. Ia disebut Dame Blache atau White Lady. Katanya ia adalah anak perempuan Henry I dari Inggris, yang juga jadi pewaris tahta. Ia dikurung di sana oleh ayahnya sendiri.
Foto: picture-alliance/H. Champollion/akg-images
Kuburan Orang Tak Bernama di Wina, Austria
Dibawa aliran Donau, lokasi tersembunyi tak jauh dari pelabuhan, kerap tiba mayat. 1840 untuk pertama kalinya jenasah tak bernama dimakamkan di sini. Sekarang jumlahnya 478. Sampai sekarang lokasi diwarnai misteri karena penyebab kematian dan identitas mereka tak terungkap. Tiap hari Minggu pertama November, nelayan melepas rakit yang dihias lilin di sungai, dengan tulisan: "Bagi korban Donau".
Foto: picture alliance/IMAGNO/U. Schweitzer
Istana Bran, Romania
Istana ini diliputi suasana misterius. Inilah istana yang jadi istana bangsawan Dracula dalam roman karya Bram Stoker, yang terbit 1897. Di istana ini ada 57 kamar tidur, tapi tidak ada air mengalir. Istana ini katanya akan dijual. Siapa tertarik?
Foto: Ddaniel Mihailescu/AFP/Getty Images
Pulau Boneka, Meksiko
Di tempat boneka-boneka ini ada anak yang mati. Menurut legenda, di dekat pulau itu seorang anak perempuan tenggelam. Don Julián kemudian mulai mengumpulkan boneka tua dan digantung di pohon-pohon. Roh anak itu katanya terus-menerus minta boneka. Kini ratusan boneka bergantungan di Isla de las Muñecas. Katanya, si pengumpul boneka mati tepat di lokasi tempat anak perempuan itu tenggelam.
Foto: cc-by-sa/Troels Myrup
Puri Frankenstein, Jerman
Puri didirikan abad 13 oleh bangsawan Baron von Frankenstein di tepi hutan Odenwald. Monster Dr. Frankenstein adalah hasil imajinasi pengarang Inggris Mary Shelley. Roman itu jadi sumber inspirasi film, dan purinya jadi "puri monster". Masa-masa Halloween dirayakan di sini dengan pertunjukan dan santapan malam.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Becker
Malam Horor
Halloween yang jatuh tanggal 31 Oktober jadi hari raya bagi hantu, nenek sihir dan vampir. Di berbagai tempat, misalnya di taman ria, orang-orang yang mengenakan kostum mengerikan berpesta. Biasanya pesta dimulai setelah matahari terbenam.
Foto: Europa-Park
Halloween dan Hari Orang Mati
Dia de los Muertos (hari orang mati) adalah perayaan tradisional Meksiko, yang dikenal di banyak negara. Kini perayaan ini bercampur dengan Halloween, dan dirayakan dengan cara tidak konvensional. Misalnya dengan berdansa di arena LANXESS di Köln. "Mahluk-mahluk malam" memperingati kematian dengan pesta menyenangkan.
Foto: 2016 Deutschlands größte Halloweenparty | #behorror | DEITERS
Senyuman Labu Raksasa
Di taman ria Europa Park di Rust, Jerman, orang-orang yang berani naik "Pumpkin Coaster". Roller Coaster di dalam ruangan besar itu, didekorasi spesial untuk masa Halloween. Bagian taman itu dihiasi 180.000 kurbis. Vampir, trol, kerangka, iluminasi menakutkan dan sarang laba-laba menambah suasana misterius di malam hari.
Foto: picture-alliance/Eibner-Pressefoto
10 foto1 | 10
Menurut Maria, dengan perawatan paliatif, dari sisi pasien bisa menghemat biaya rumah sakit. Sementara bagi rumah sakit akan mengurangi penggunaan fasilitas medis yang tidak perlu, seperti ICU yang bisa diperuntukkan untuk pasien lain.
"Banyak pasien terminal yang sebenarnya sudah tidak bisa disembuhkan, tetapi karena desakan keluarga atau keinginan pasien sendiri, dokter malah memberikan pengobatan yang memperburuk kondisi. Ini jelas tidak efisien," kata Maria.
Meski banyak tantangan yang harus dihadapi, Rina, Rachel House, dan tenaga medis lain di bidang ini terus berjuang memperkenalkan perawatan paliatif secara lebih luas. Mereka berupaya mengubah persepsi yang salah dan membangun pemahaman bahwa perawatan paliatif adalah bagian penting dari sistem perawatan kesehatan yang dimulai sejak awal diagnosis, bukan hanya pada akhir kehidupan.
"Tugas perawatan paliatif bukan untuk memperpanjang atau memperpendek umur," tegas Rina.
"Namun, keluarga dan pasien membutuhkan seseorang yang bisa berjalan bersama mereka di saat-saat sulit. Di saat mereka merasa beban emosional, ketakutan, dan kebingungan. Karena kami tahu, tidak mungkin mereka bisa menelepon dokter 24 jam. Tugas kami adalah menemani mereka, mendengarkan, dan yang terpenting, memastikan bahwa mereka dapat memberikan yang terbaik bagi pasien di akhir hidupnya, yaitu kualitas hidup yang terbaik," tutup Rina.