1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Yom Kippur di Jerman: Antara Isu Keamanan dan Pandemi Corona

29 September 2020

Perayaan Yom Kippur tanggal 9 Oktober tahun lalu di Jerman, ditandai serangan teror di sinagoge di kota Halle. Pelaku serangan gagal menerobos gerbang kayu, lalu membunuh dua orang di jalan.

Foto ilustrasi pemandangan tempat ibadah komunitas Yahudi di Köln | Gebetsraum
Foto ilustrasi pemandangan tempat ibadah komunitas Yahudi di KölnFoto: Jüdische Liberale Gemeinde Köln

Hanya pintu kayu yang berat yang menyelamatkan sekitar 50 warga Yahudi di kota Halle yang tahun lalu sedang melakukan kebaktian di sinagoge mereka, memperingati hari libur tertinggi dalam tradisi Yahudi, Yom Kippur.

Ketika itu, ekstremis Neonazi Stephan B datang ke sinagoge itu membawa delapan senjata api, beberapa alat peledak, memakai helm dan rompi pelindung. Dia sendiri mengatakan dia ingin "membunuh sebanyak mungkin" warga Yahudi.

Stephan B menembaki pintu kayu di sinagoge untuk merusaknya, tapi gagal. Lalu dia secara acak membunuh dua orang di sekitar tempat itu, satu perempuan pejalan kaki, dan seorang pria di tempat penjualan kebab Turki.

Pintu kayu di sinagoge Halle yang gagal dibobol dengan tembakan penyerang ekstrem kanan, 9 Oktober 2019Foto: Getty Images/J. Schlueter

Komunitas Yahudi di tengah isu pandemi corona dan keamanan

Yom Kippur tahun 2020 diperingati mulai tanggal 27 September, dimulai saat matahari terbenam, sampai hari berikutnya saat terbenamnya matahari. Di seluruh Jerman, anggota komunitas Yahudi sebelumnya sudah mempersiapkan diri untuk hari besar itu. Tapi bukan hanya serangan teror tahun lalu yang jadi isu besar, melainkan juga wabah corona, yang menjadi tantangan khusus bagi para pekerja di sinagoge.

Rabbi Leo Latasch yang memimpin komunitas Yahudi di Frankfurt mengatakan, mereka harus melakukan persiapan lebih banyak. Dokter berusia 67 tahun itu bertanggung jawab atas keamanan bagi sekitar 6.500 anggota komunitas, dan harus menyiapkan area yang lebih luas sesuai protokol kesehatan corona.

Selain itu, sinagoge juga harus meningkatkan pengamanan terhadap kemungkinan serangan teror. Sejak serangan di sinagoge Halle tahun lalu, sebagian besar negara bagian Jerman telah meningkatkan dukungan anggaran bagi komunitas Yahudi, misalnya untuk memasang gerbang antipeluru.

Pemerintah federal Jerman telah mengumumkan akan memberikan dana tambahan senilai 22 juta euro untuk perlindungan fasilitas Yahudi di seluruh negeri. Sinagoge bagi komunitas Yahudi bukan hanya tempat beribadah, melainkan juga sekolah, tempat penitipan anak, dan pusat kegiatan, terutama bagi warga lanjut usia.

Sinagoge di Frankfurt am MainFoto: picture-alliance/dpa/Alker

Perlu dana besar

Rabbi Leo Latasch mengatakan, kerjasama dengan polisi setempat sejauh ini berjalan "sangat baik". Tapi anggarannya juga tinggi. Komunitas Yahudi di Frankurt setiap tahun membayar lebih dari 1 juta Euro dari kantong sendiri untuk sektor keamanan. Sekitar 90% dana itu digunakan untuk membayar personel keamanan.

"Biayanya sudah mencapai tingkat di batas kemampuan komunitas", kata Rabbi Leo Latasch. "Tapi saya yakin kita akan menemukan solusi," tambahnya optimistis. Dia yakin para politisi Jerman menyadari pentingnya isu keamanan bagi komunitas Yahudi.

Setelah serangan di Halle, memang muncul diskusi seputar isu keamanan, terutama karena sinagoge di Halle pada peringatan Yom Kippur tahun lalu tidak mendapat pengamanan khusus dari kepolisian setempat.

(hp/as)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait