1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perbandingan Sengketa Program Atom Iran dan Korea Utara

10 Agustus 2005

Secara sekilas kedua kasus sengketa internasional itu mirip. Kedua negara itu sama-sama dicurigai oleh AS hendak membuat bom atom. Dan keduanya pun menganggap diri sebagai musuh AS.

Instalasi Atom Korea Utara
Instalasi Atom Korea UtaraFoto: AP/Space Imaging Asia

Tetapi mengingat kesediaan kedua negara untuk bekerjasama dengan dunia internasional juga berbeda, maka kedua kasus itu tidak dapat disamakan, demikian pendapat Peter Philip dalam ulasannya :

Setelah Irak tersingkir, di antara tiga negara yang tahun 2002 disebut Presiden Bush sebagai "poros kejahatan", kini tinggal Iran dan Korea Utara. Masalah intinya adalah soal atom. Kedua negara memang melawan tekanan internasional yang dipacu oleh AS, tetapi persamaan antara keduanya tidaklah seberapa.

Korea Utara keluar dari perjanjian non proliferasi, sedangkan Iran tetap berpegang pada perjanjian itu dan bekerjasama pula dengan Badan Energi Atom Internasional(IAEA). Apalagi tahun lalu Pyongyang mengaku telah memiliki bom atom. Sebaliknya Iran selalu menandaskan tidak berniat mengembangkan senjata nuklir. Seandainyapun pernyataan itu diragukan, tetapi menurut perhitungan AS sendiri, Iran masih memerlukan waktu bertahun-tahun, sebelum mampu membuat bom atom.
Tetapi kedua negara itu sudah mengembangkan roket yang jangkauannya melebihi jarak yang masuk akal untuk kepentingan membela diri. Jadi, bila roket itu dilengkapi hulu ledak nuklir, tentunya akan merupakan bahaya serius bagi kawasan di sekitarnya. Di lain pihak kedua negara itu bukan satu-satunya yang berpotensi memiliki senjata atom. Korea Utara berlokasi di dekat Cina dan secara tidak langsung juga dekat dengan AS yang punya pangkalan di Korea Selatan. Iran bahkan dikelilingi oleh lebih banyak lagi negara atom, yaitu Pakistan dan India di sebelah timur dan Israel di sebelah barat. Hanya kemungkinan adanya Irak yang bersenjata atom, kini tidak perlu ditakutkan lagi. Untuk itu Iran dikelilingi oleh pasukan AS, yang selama ini ditempatkan di negara-negara tetangganya.

Politik Korea Utara nampaknya lebih sukses dari Iran. Boleh dikatakan banyak politisi Iran yang kini menyayangkan, karena tidak mengeluarkan pernyataan sudah memiliki bom atom seperti Korea Utara. Sebab pernyataan itu saja sudah membuat AS tidak akan melakukan serangan. Perbedaan terpenting antara kedua kasus atom itu adalah fakta bahwa Iran kaya akan sumber minyak dan gas. Kekayaan itu membuat dunia ragu bahwa riset atom Iran benar-benar hanya untuk memperoleh energi. Di lain pihak semua sangat ingin dapat menjalin bisnis dengan Iran yang sejak jaman Shah Iran merupakan negara terpenting di kawasan itu. Baik dari segi politik, ekonomi maupun militer. Sedangkan Korea Utara, miskin dan kelaparan. Kondisi itu tidak membuat negara-negara di sekelilingnya terkesan dan terpengaruhi.

Ini berbeda dengan Iran. Negara ini aktif di Afghanistan. Tanpa mempedulikan keberatan AS, Iran menjalin sejumlah perjanjian dengan Pakistan, India dan negara-negara sekitar Laut Kaspia. Dan gebrakan terakhir Teheran adalah ketika menawarkan bantuan kepada Bagdad untuk membina dan meluaskan pasukan keamanan Irak.


Semua itu tidak disukai oleh AS, tetapi tidak punya alasan untuk menghalanginya. Oleh sebab itulah program atom Iran dipicu jadi masalah. Bukan karena bom atom Iran, seandainya memang ada, akan membahayakan AS, melainkan membahayakan Israel. Padahal Israel sendiri memiliki bom atom tanpa terawasi oleh dunia luar dan IAEA.

Hubungan erat antara AS dan Israel telah membuat Washington menerima begitu saja tesis Yerusalem mengenai ancaman bahaya atom dari Iran. Eropa kini nampaknya juga condong ke arah kesana, walaupun semula masih hendak membuktikan pada AS, adanya cara penanganan yang berbeda, dari yang digunakan Washington dalam kasus Irak.

Kalau penanganan terhadap Korea Utara dirasakan berbeda, mungkin dikarenakan negara itu tidak punya banyak yang dapat ditawarkan kepada negara lain. Eropa memang tidak terlalu mempedulikan kasus Korea Utara. Dan setelah kegagalan perundingan dengan Iran, itu pastilah juga tidak akan berubah.