1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikPalestina

Perbatasan Rafah Dibuka Lagi, Ratusan Orang Tinggalkan Gaza

13 November 2023

Ratusan warga Palestina yang terluka dan warga negara asing diizinkan meninggalkan Gaza melalui perbatasan Rafah. Pertempuran Isrrael Hamas dilaporkan kian intensif.

Penyeberangan perbatasan Rafah di Mesir dengan Jalur Gaza
Penyeberangan perbatasan Rafah ke Mesir telah dibuka kembali setelah sempat ditutup untuk sementara waktuFoto: Russia Emergencies Ministry/dpa/picture alliance

Penyeberangan perbatasan Rafah kembali dibuka untuk mengevakuasi ratusan warga negara asing dan warga Palestina yang terluka dari wilayah konflik di Jalur Gaza ke Mesir pada hari Minggu (12/11).

Evakuasi terbatas melalui Rafah sebelumnya telah dilakukan sejak 1 November lalu, tetapi sempat dihentikan dua kali karena adanya peringatan pengeboman.

Rusia telah berhasil mengevakuasi warga negaranya dari GazaFoto: Russia Emergencies Ministry/ITAR-TASS/IMAGO

Warga asing dievakuasi dari Gaza lewat Rafah

Rusia mulai mengevakuasi warganya dari Gaza. Pada gelombang pertama, lebih dari 60 orang pemegang paspor Rusia telah menyeberang ke Mesir, lapor Reuters.

"Saat ini, warga Federasi Rusia yang ingin meninggalkan zona konflik sedang melewati pos pemeriksaan," kata Kementerian Darurat Rusia, seraya menambahkan bahwa pihaknya juga menyediakan bantuan medis dan psikologis, serta makanan dan minuman bagi mereka.

Media Rusia mengatakan bahwa sekitar 1.000 warga negara Rusia menyatakan keinginan mereka untuk meninggalkan wilayah konflik tersebut.

Para pejabat Polandia juga telah mulai mengevakuasi warganya pada hari Minggu (12/11). Kepala Biro Keamanan Nasional Polandia Jacek Siewiera mengatakan di media sosial bahwa warga negara Polandia tahap pertama yang berhasil dievakuasi dari Gaza telah menyeberangi perbatasan ke Mesir.

"Prosesnya telah dimulai. Angkatan Udara, seperti yang diperintahkan oleh Presiden Polandia, siap untuk melakukan pengangkutan," kata Siewiera.

Mengutip Reuters, Siewiera mengatakan bahwa 18 warga negara Polandia berhasil dievakuasi, seraya menambahkan bahwa upaya evakuasi tersebut difasilitasi oleh Qatar, Israel, dan Mesir.

Siewiera mengonfirmasi bahwa perbatasan Rafah telah dibuka kembali untuk mengevakuasi warga asing, setelah adanya gangguan selama beberapa hari terakhir.

Reuters juga melaporkan bahwa tujuh warga Palestina yang terluka telah dibawa ke Mesir dan setidaknya 80 truk bantuan kemanusiaan berhasil melintas dari Mesir masuk ke Gaza.

Banyak dari angka-angka tersebut belum dapat diverifikasi secara independen, karena situasi yang rumit di lapangan.

Dua rumah sakit terbesar di Gaza utara terpaksa berhenti beroperasi karena kekurangan bahan bakarFoto: Ismail Zanoun/AFP

Rumah sakit di Gaza kehabisan bahan bakar 

Dua rumah sakit utama di Gaza utara ditutup untuk pasien baru pada hari Minggu (12/11), kata para staf.

Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengatakan bahwa generator terakhir Rumah Sakit (RS) Al-Shifa telah habis pada hari Sabtu (11/11), sementara pertempuran terus meningkat di sekitar kompleks rumah sakit hingga hari Minggu.

"Situasi di Al-Shifa semakin memburuk," kata dokter Mohammad Zaqut kepada kantor berita AFP.

Juru bicara militer Israel, Richard Hecht, mengatakan pada hari Minggu bahwa pasukannya telah meninggalkan sekitar 300 liter bahan bakar di dekat Rumah Sakit Al-Shifa untuk menyalakan generator darurat bagi inkubator bayi yang baru lahir. Hecht juga mengatakan bahan bakar tersebut tidak diambil.

Direktur rumah sakit, Mohammad Abu Salmiya, mengatakan kepada para jurnalis bahwa 300 liter hanya cukup untuk menyalakan generator selama "tidak lebih dari seperempat jam."

Organisasi Dokter Tanpa Batas (MSF) mengatakan bahwa mereka telah kehilangan kontak dengan staf mereka di RS Al-Shifa, yang merupakan fasilitas medis terbesar di Jalur Gaza.

Sementara itu, organisasi Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan bahwa RS Al-Quds "tidak lagi beroperasi" karena kekurangan bahan bakar untuk menyalakan generator.

"Rumah sakit telah dibiarkan berjuang sendiri di bawah pemboman Israel yang sedang berlangsung, menimbulkan risiko berat bagi staf medis, pasien, dan warga sipil yang terlantar," tambah organisasi tersebut. Israel justru membantah telah mengebom rumah sakit itu.

Alyona Synenko, juru bicara Palang Merah Internasional (ICRC) di Yerusalem, mengatakan kepada DW bahwa kondisi di bagian selatan Gaza "seharusnya bisa lebih baik", tapi fasilitas medis di sana masih "menghadapi tantangan yang begitu besar."

"Setiap hari mereka menerima pasien baru, pasien dengan luka parah, banyak luka bakar, dan mereka kehabisan banyak persediaan penting, seperti kain kasa dan obat bius," katanya, seraya menambahkan bahwa banyak anak kecil di antara para korban.

Warga Serbu Gudang Bantuan Kemanusiaan di Jalur Gaza NP

00:45

This browser does not support the video element.

Netanyahu: Tekanan militer dapat mengarah pada kesepakatan pembebasan sandera

Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Minggu (12/11) bahwa tentara Israel dapat mencapai kesepakatan dengan kelompok Islamis Hamas untuk membebaskan beberapa sandera yang ditahan di Jalur Gaza.

"Kami mendengar bahwa akan ada kesepakatan mengenai hal ini atau hal itu, namun kemudian kami mengetahui bahwa itu semua adalah omong kosong," kata Netanyahu dalam sebuah wawancara di program televisi Amerika Serikat "Meet the Press."

"Tapi, begitu kami memulai operasi darat, hal itu mulai berubah."

Netanyahu mengatakan hanya tekanan militer yang dapat menghasilkan kesepakatan dengan Hamas, yang dianggap sebagai salah satu kelompok teroris oleh AS, Uni Eropa, Jerman, dan sebagian besar Eropa.

"Mungkin saja ada [kesepakatan], tetapi saya pikir semakin sedikit saya mengatakannya, semakin besar peluangnya untuk terwujud," tambahnya.

kp/ha/hp (Reuters, AFP, AP, dpa)

 

Jangan lewatkan konten-konten eksklusif yang akan kami pilih setiap Rabu untuk kamu. Kirimkan e-mail kamu untuk berlangganan Newsletter mingguan Wednesday Bite. 

 

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait