Banyak pengamat mengira invasi Rusia ke Ukraina akan berakhir setelah 3 hari. Tapi sampai 100 hari kemudian belum jelas kapan perang akan berakhir. Bahkan kini memasuki fase berbahaya, kata editor DW Roman Goncharenko.
Iklan
Siapa yang menang dan siapa yang kalah? Bagaimana menilai situasi perang Ukraina? Banyak pengamat, terutama di Barat, pada awalnya percaya bahwa perlawanan Kyiv terhadap invasi Rusia hanya akan berlangsung selama dua atau tiga hari.
Itu sebabnya beberapa negara, termasuk Jerman, salah kaprah untuk menunda pemasokan senjata. Sebaliknya, pengiriman dari negara lain, terutama AS dan Inggris, mengalir tanpa henti. Dengan itu, mereka membantu mencegah kekalahan Ukraina pada hari-hari pertama invasi. Jadi, pelajaran pertama yang bisa dipetik adalah, pengiriman senjata yang cepat telah turut menyelamatkan nyawa.
Berpegang pada contoh Jerman: untuk mengirimkan sistem pertahanan udara IRIS-T yang canggih ke Ukraina saja memakan waktu hampir tiga bulan. Itu terlalu lama. Berlin bisa lebih baik, dan janji Kanselir Olaf Scholz baru-baru ini menunjukkan bahwa pendekatan yang berbeda adalah mungkin. Pemerintah Jerman perlu melanjutkan haluan ini tanpa penundaan lebih lanjut.
Namun, 100 hari tidak banyak, karena perang sebenarnya baru saja dimulai. Rusia awalnya mencoba taktik Blitzkrieg. Ketika itu gagal, dia beralih ke taktik atrisi. Untuk menggunakan analogi: Anda tidak menelan apel utuh supaya tidak tersedak, sebaliknya, Anda akan menggigit sepotong demi sepotong. Ukraina seperti apel itu. Dan itu membawa kita pada pelajaran kedua dari perang ini.
Apa Persepsi Para Kartunis tentang Perang di Ukraina?
Perang di Ukraina menjerumuskan dunia ke dalam kekacauan. Tragedi itu mendorong para kartunis bereaksi terhadap situasi perang. Inilah beberapa karya yang ditampilkan dalam sebuah pameran di Dortmund, Jerman.
Evolusi senjata
Orang semula berpikir, umat manusia akan hidup berdampingan secara damai selama ribuan tahun. Namun, seniman Uzbekistan Makhmud Eshonkulov memiliki pandangan berbeda. Dia menggambarkan evolusi dari seekor monyet hingga akhirnya jadi seorang prajurit modern dengan senjata presisi berteknologi tinggi.
Gudang senjata yang sangat lengkap
Perang tidak lagi dilakukan hanya dengan senjata konvensional. Propaganda di semua lini adalah bagian dari perang modern. Dalam karyanya yang berjudul "Modern Weapons," ilustrator Kuba Miguel Morales menggambarkan media sosial seperti Twitter, Facebook, dan Instagram sebagai tombol dalam sebuah koper. Kata sandinya adalah "fake.news."
Rusia yang tak pernah puas
Seperti Ukraina, Lituania pernah berada di dalam Uni Soviet sampai negara ini deklarasikan kemerdekaan tahun 1990. Di bekas "negara saudara" itu, orang tahu apa yang membuat Rusia tergerak. Kartunis Kazys Kestutis Siaulytis dari Lituania menggambarkan kerangka ikan berwarna bendera Rusia memakan bendera Ukraina, menunjukkan kekhawatiran, kelaparan Vladimir Putin akan menyebar ke negara lainnya.
Slogan “Make Love, Not War”
Sejak tentara Rusia menginvasi Ukraina, protes terhadap perang agresi yang brutal itu marak di seluruh dunia. Namun, mereka melakukan protes dengan sia-sia, kata seniman Turki Menekse Cam lewat ilustrasinya yang menggambarkan malaikat pencabut nyawa sedang bermain golf saat massa memprotes di balik pagar.
Demi cinta NATO
Ukraina cukup lama memiliki hubungan dekat dengan Rusia. Namun, kemerdekaan negara itu tidak sesuai dengan pandangan Presiden Vladimir Putin. Kartunis Amer dari Uni Emirat Arab menggambarkan Ukraina sebagai seorang gadis kecil yang melihat ke arah NATO, sementara Rusia menariknya ke arah lain.
Meja Putin
Di tatanan diplomatik, politisi dari negara-negara Barat terus berusaha mengajak Presiden Rusia Vladimir Putin ke meja perundingan. Meja panjang Putin, di mana dia menjaga jarak dengan banyak pemimpin, menuai komentar publik. Dari sudut pandang kartunis Jerman Agostino Tale, satu-satunya hal yang penting bagi Putin adalah bayangannya sendiri.
Pengungsi kelas satu?
Masyarakat Ukraina berbondong-bondong melarikan diri dari perang dan Uni Eropa menyambut mereka dengan tangan terbuka. Terlepas dari simpati terhadap para pengungsi, karya seniman Filipina Zach menyiratkan standar ganda sedang diterapkan, di mana pengungsi Ukraina lebih mudah diizinkan memasuki UE karena warna kulit mereka. (ha/as)
7 foto1 | 7
Rusia ingin menduduki sebagian besar Ukraina
Sayangnya, Rusia memang sama gilanya seperti yang sering diberitakan selama bertahun-tahun, tetapi banyak yang mengabaikannya. Ini bukan pertanda baik bagi Ukraina, Eropa, dan dunia. Presiden Vladimir Putin telah meluncurkan perang pembasmian dan tidak akan berhenti. Ancaman senjata nuklir Moskow bukanlah sekedar gertakan.
Iklan
Artinya, segala sesuatu harus dilakukan untuk menghentikannya sekarang, bukan nanti. Karena nanti mungkin sudah terlambat. Ukraina kehilangan tentara, warga sipil, dan wilayah setiap hari dan setiap jam. Diperkirakan puluhan ribu orang telah kehilangan nyawanya.
Tujuan Rusia jelas: dalam jangka pendek hingga menengah, ia ingin menduduki Ukraina sebanyak mungkin; memotong negara ini dari akses ke laut, dan menghapus apa pun tentang Ukraina. Jika itu berhasil, negara-negara lain di Eropa Timur akan diperas untuk tunduk ke Moskow, atau mengambil risiko perang.
Negara Pemasok Senjata ke Ukraina
Perang yang dilancarkan Rusia di Ukraina terus berkobar. PBB berusaha medorong dialog damai. Namun, sejumlah negara NATO mengirim lebih banyak senjata ke Ukraina. Senjata apa yang sudah dan akan disuplai ke Ukraina?
Foto: Thomas Imo/photothek/picture alliance
Amerika Serikat, Beragam Senjata
Pentagon memasok beragam persenjataan ke Ukraina senilai 2,5 miliar USD. Antara lain peluru kendali anti pesawat terbang Javelin buatan Inggris (foto). Selain itu, AS merencanakan pengiriman 300 kendaraan lapis baja dan sejumlah meriam artileri yang bisa dikendalikan lewat GPS lengkap dengan amunisinya. Juga Washington akan kirim 11 helikopter transport tipe MI-17 buatan Uni Sovyet.
AS juga mengirim sekitar 300 Drone Switchblade yang dipuji gampang dikendalikan dan tidak perlu stasiun peluncur canggih di darat. Dengan bobot hanya beberapa kilogram Switchblade bisa diangkut dengan ransel dan punya daya jelajah hingga 10 km. Drone sekali pakai ini bisa dikendalikan secara presisi untuk diledakkan menghancurkan target musuh.
Foto: AeroVironment/abaca/picture alliance
Jerman, Tank Gepard
Pemerintah Jerman sudah menyetujui pengiriman senjata berat, berupa tank anti serangan udara jenis Gepard. Dikembangkan tahun 1970-an, tank ini selama tiga dekade jadi tulang punggung sistem pertahanan anti serangan udara Jerman. Dilengkapi meriam kaliber 23mm yang mampu menembus lapis baja, dulu terutama dirancang untuk melumpuhkan helikopter tempur MI-24 buatan Rusia.
Foto: Carsten Rehder/dpa/picture alliance
Turki, Drone Bayraktar
Turki sudah memasok 20 drone tempur Bayraktar TB2 ke Ukraina. Penjualan drone ini pada tahun 2021 mulanya tidak ada kaitannya dengan perang yang dilancarkan Rusia. Tapi seiring perkembangan situasi di Ukraina, drone buatan Turki ini jadi salh satu senjata berat yang dikirim ke Ukraina dari salah satu anggota NATO.
Foto: Mykola Lararenko/AA/picture alliance
Republik Ceko, Tank T-72 M4
Republik Ceko menjadi negara pertama anggota NATO yang mengirim senjata berat ke Ukraina. Bulan Januari 2022 seiring penguatan pasukan Rusia di perbatasan Ukraina, Praha mengirim amunisi dan granat anti panser. Setelah invasi Rusia, Republik Ceko mengirimkan tank tipeT-72 M4 buatan Uni Sovyet (foto) dan panser tipe MBP.
Foto: Jaroslav Ozana/CTK/dpa/picture alliance
Polandia, MIG-29
Polandia merencanakan pengiriman sejumlah pesawat tempur tipe MIG-29 buatan Rusia ke Ukraina lewat negara ketiga. Namun NATO menolak rencana ini, karena dengan itu berarti pakta pertahanan Atllantik Utara akan dianggap terlibat secara langsung dalam perang di Ukraina. Warsawa akhirny hanya mengirim senjata tempur dan amunisinya.
Foto: Cuneyt Karadag/AA/picture alliance
Negara NATO Lain, Akan Kirim Senjata Taktis
Anggota NATO lainnya seperti Inggris, Prancis, Belanda, Belgia dan Kanada sudah menjanjikan pengiriman bantuan persenjataan ke Ukraina. PM Inggris Boris Johnson sesumbar akan mengirim rudal anti armada laut, sementara PM Belanda Mark Rutte menjanjikan akan mengirim panser tempur. Namun sejauh ini belum ada yang melakukan pengiriman senjata (as/yf)
Foto: U.S. Army/Zuma/imago images
7 foto1 | 7
"Kelelahan perang" di Eropa
Fase paling berbahaya dari perang ini baru saja dimulai. Pertempuran paling sengit saat ini berkecamuk di wilayah Donbas. Tentara Ukraina yang ditempatkan di sana sudah dipersiapkan dengan baik, karena memiliki waktu delapan tahun untuk melakukannya dan berhasil menghentikan serangan pasukan Rusia pada tahap awal. Namun, gelombang mulai berbalik ketika Moskow memusatkan semua daya tembaknya di satu bagian garis depan dan mulai membangun keunggulan yang jelas.
Jika Rusia berhasil di Donbas, maka Rusia bisa Kembali mencoba menyerang Kyiv dan menggulingkan pemerintah. Putin tidak tertarik pada negosiasi, karena dia yakin memiliki sumber daya yang lebih banyak dan lebih baik.
Fase ini juga berbahaya karena perang telah menjadi krisis lain. Isu-isu lain sekarang mendominasi berita media, dan kelelahan perang terjadi tepat sebelum musim liburan. Perhatian publik berkurang, yang pada gilirannya mengancam akan mengurangi keinginan untuk membantu. Ini tidak boleh dibiarkan terjadi.
Pembicaraan perdamaian di Ukraina untuk saat ini adalah ilusi. Yang dibutuhkan Ukraina adalah senjata berat, dan juga sanksi yang lebih keras terhadap Rusia. Embargo minyak, yang dirundingkan dengan susah payah, harus mulai diberlakukan dan segera diperketat. Diplomasi saat ini tidak akan mampu menghentikan perang.