1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiGlobal

Perekonomian Global 2024 Masih Menanti Stabilitas Politik

5 Januari 2024

Beberapa tahun terakhir, banyak hal tidak tidak terduga menghantam perekonomian global. Situasi tahun 2024 diprediksi tidak memberi harapan untuk stabilitas politik, yang sangat penting untuk perkembangan ekonomi.

Presiden Cina Xi Jinping di San Fransisco, AS
Presiden Cina Xi Jinping di San Fransisco, ASFoto: Yomiuri Shimbun/AP/picture alliance

Tahun 2020-an sejauh ini merupakan dekade yang penuh gejolak bagi perekonomian global. Pada bulan Maret 2020, pandemi COVID-19 mulai merambah dan menghambat pertumbuhan ekonomi global dalam dua tahun berikutnya.

Tepat ketika dunia baru saja keluar dari krisis tersebut, bencana baru terjadi dengan invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022. Harga energi melonjak drastis dan memicu inflasi. Rantai pasokan, yang sudah kacau akibat pandemi, semakin kacau. Eropa secara dramatis menghentikan sebagian besar perdagangan dengan Rusia, yang sampai saat itu menjadi pemasok energi terpenting .

Meskipun inflasi telah mulai melambat secara signifikan di negara-negara maju, tapi belum ada kepastian mengenai kapan inflasi akan turun ke tingkat yang stabil. Para gubernur bank sentral enggan mengambil tindakan terlalu cepat, di tengah keraguan apakah inflasi benar-benar telah terkendali.

Beberapa ahli bahkan meyakini, kemunduran ekonomi malah belum mencapai titik terrendahnya. "Perekonomian global belum melemah sebanyak yang kita bayangkan, mengingat semua guncangan yang kita lihat,” kata Adam Slater, ekonom utama Oxford Economics, kepada DW. "Tetapi kami perkirakan, sebagian dari hal tersebut hanyalah masalah waktu.”

Adam Slater memperkirakan pertumbuhan global akan "lebih lemah” secara signifikan pada tahun 2024. Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan OECD memperkirakan pertumbuhan global akan mencapai 2,7% tahun 2024, turun dari 2,9% pada tahun 2023 lalu. Dana Moneter Internasional memperkirakan pertumbuhan sebesar 2,9%, sedangkan Bank Sentral Eropa bahkan lebih opstimistis dengan memperkirakan tingkat pertumbuhan akan sampai 3%. Tapi sulit membuat perkiraan ekonomi yang dapat diandalkan di tengah situasi politik yang tidak stabil.

Berharap pada perkembangan positif di Cina

Melemahnya perekonomian Cina adalah sesuatu yang diamati dengan cermat oleh para ahli, karena sangat memengaruhi perkembangan perekonomian global. "Ini penting bagi pertumbuhan global dan penting secara regional di Asia untuk dinamisme perekonomian,” kata Adam Slater. Bank Dunia memperingatkan bahwa kelesuan perekonomian Cina akan sangat membebani Asia Timur secara keseluruhan, yang secara tradisional merupakan salah satu mesin perekonomian terbesar di dunia.

Namun, William Reinsch dari Pusat Studi Strategis dan Internasional, CSIS, di Washington lebih optimis terhadap prospek Cina. "Salah satu karakteristik perekonomian yang dikendalikan negara adalah kemampuan mereka untuk menunda konsekuensi dari kesalahan mereka,” katanya kepada DW. "Mereka akan memberi arahan kepada bank: berikan pinjaman kepada sektor ini. Mereka akan memberi tahu perusahaan bahwa Anda tidak boleh bangkrut, atau mereka akan memberi tahu perusahaan bahwa Anda harus bangkrut, jika mereka ingin mengirimkan sinyal. Namun pemerintahlah yang mengambil tindakan."

Satu hal yang dia khawatirkan adalah soal Taiwan. Meskipun pertemuan baru-baru ini antara Xi Jinping dan Joe Biden menunjukkan adanya semacam pencairan dalam kebekuan hubungan AS-Cina, tapi kemungkinan invasi Cina ke Taiwan tetap menghantui perekonomian global. Tapi Taiwan bukan satu-satunya sumber kekhawatiran.

Perang di Ukraina akan tetap memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian global 2024. Masih belum jelas, kapan perang itu berakhir, yang telah berdampak besar terhadap pasar energi dan pasar pangan global selama dua tahun terakhir, dengan kelompok termiskin di dunia yang paling terkena dampaknya.

Pemilu penting di India, Indonesia dan AS

Tahun 2024 akan menjadi tahun pemilu terbesar dalam sejarah. Lebih dari separuh populasi dunia yang berjumlah 8,1 miliar tinggal di negara yang akan melakukan pemungutan suara untuk memilih parlemen dan pemimpin baru. India dan Indonesia akan menyelenggarakan pemilu penting tahun ini, begitu juga Brasil, Pakistan, Turki, Meksiko, Bangladesh, dan mungkin juga Inggris.

Namun yang punya dampak paling besar adalah pemilu presiden AS akhir 2024. Donald Trump saat ini memimpin dalam jajak pendapat, dan mungkin saja terpilih pada bulan November mendatang untuk masa jabatan kedua. Mengingat bagaimana Trump memicu perang dagang dengan Cina pada masa kepresidenannya, ada banyak kekhawatiran di kalangan bisnis mengenai dampak masa jabatan Trump yang kedua terhadap perekonomian global.

Ada juga berbagai faktor lain yang harus diperhatikan, karena berpengaruh pada perkmebangan ekonomi tahun 2024. Transisi ramah lingkungan di berbagai sektor untuk meredam perubahan iklim dan pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan akan menjadi isu penting dalam pembahasan bisnis.

(hp/as)

 

Jangan lewatkan konten-konten eksklusif berbahasa Indonesia dari DW. Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait