Beberapa tahun terakhir, banyak hal tidak tidak terduga menghantam perekonomian global. Situasi tahun 2024 diprediksi tidak memberi harapan untuk stabilitas politik, yang sangat penting untuk perkembangan ekonomi.
Iklan
Tahun 2020-an sejauh ini merupakan dekade yang penuh gejolak bagi perekonomian global. Pada bulan Maret 2020, pandemi COVID-19 mulai merambah dan menghambat pertumbuhan ekonomi global dalam dua tahun berikutnya.
Tepat ketika dunia baru saja keluar dari krisis tersebut, bencana baru terjadi dengan invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022. Harga energi melonjak drastis dan memicu inflasi. Rantai pasokan, yang sudah kacau akibat pandemi, semakin kacau. Eropa secara dramatis menghentikan sebagian besar perdagangan dengan Rusia, yang sampai saat itu menjadi pemasok energi terpenting .
Meskipun inflasi telah mulai melambat secara signifikan di negara-negara maju, tapi belum ada kepastian mengenai kapan inflasi akan turun ke tingkat yang stabil. Para gubernur bank sentral enggan mengambil tindakan terlalu cepat, di tengah keraguan apakah inflasi benar-benar telah terkendali.
Beberapa ahli bahkan meyakini, kemunduran ekonomi malah belum mencapai titik terrendahnya. "Perekonomian global belum melemah sebanyak yang kita bayangkan, mengingat semua guncangan yang kita lihat,” kata Adam Slater, ekonom utama Oxford Economics, kepada DW. "Tetapi kami perkirakan, sebagian dari hal tersebut hanyalah masalah waktu.”
Adam Slater memperkirakan pertumbuhan global akan "lebih lemah” secara signifikan pada tahun 2024. Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan OECD memperkirakan pertumbuhan global akan mencapai 2,7% tahun 2024, turun dari 2,9% pada tahun 2023 lalu. Dana Moneter Internasional memperkirakan pertumbuhan sebesar 2,9%, sedangkan Bank Sentral Eropa bahkan lebih opstimistis dengan memperkirakan tingkat pertumbuhan akan sampai 3%. Tapi sulit membuat perkiraan ekonomi yang dapat diandalkan di tengah situasi politik yang tidak stabil.
Bagaimana Perang Putin Mempengaruhi Ekonomi Dunia
Efek perang Rusia terhadap Ukraina dirasakan di seluruh dunia. Harga makanan dan bahan bakar meningkat di mana-mana. Di beberapa negara kerusuhan pecah akibat naiknya harga barang kebutuhan utama.
Foto: Dong Jianghui/dpa/XinHua/picture alliance
Belanja Semakin Mahal di Jerman
Konsumen di Jerman merasakan kenaikan biaya hidup. Konsekuensi dari perang di Ukraina dan sanksi terhadap Rusia mulai terasa. Pada bulan Maret, tingkat inflasi Jerman mencapai level tertinggi sejak 1981. Pemerintah Jerman ingin segera mengembargo batubara Rusia, tetapi masih memperdebatkan pelarangan impor gas dan minyak dari Rusia.
Foto: Moritz Frankenberg/dpa/picture alliance
Antrian Mengisi Bahan Bakar di Kenya
Antrian panjang mobil di SPBU Nairobi. Di Kenya, warga juga merasakan dampak perang di Ukraina. Bahan bakar kian mahal, dan pasokannya terbatas, belum lagi krisis pangan. Duta Besar Kenya untuk PBB Martin Kimani dalam sidang Dewan Keamanan menyatakan keprihatinannya, dan membandingkan situasi di Ukraina timur dengan perubahan yang terjadi di Afrika setelah berakhirnya era kolonial.
Foto: SIMON MAINA/AFP via Getty Images
Siapa Amankan Suplai Gandum ke Turki?
Rusia adalah produsen gandum terbesar di dunia. Karena larangan ekspor dari Rusia, harga roti sekarang naik di banyak tempat, termasuk di Turki. Sanksi internasional telah mengganggu rantai pasokan. Ukraina juga merupakan salah satu dari lima pengekspor gandum terbesar di dunia, tetapi perang dengan Rusia membuat mereka tidak dapat mengirimkan barang dari pelabuhannya di Laut Hitam.
Foto: Burak Kara/Getty Images
Harga Gandum Melonjak di Irak
Seorang pekerja tengah menumpuk karung-karung tepung tergu di pasar Jamila, pasar grosir terpopuler di Baghdad. Harga gandum telah meroket di Irak sejak Rusia menginvasi Ukraina, karena kedua negara tersebut menyumbang setidaknya 30% dari perdagangan gandum dunia. Irak tetap netral sejauh ini, tetapi poster-poster pro-Putin sekarang telah dilarang di negara itu.
Foto: Ameer Al Mohammedaw/dpa/picture alliance
Unjuk Rasa di Peru
Para demonstran bentrok dengan polisi di ibukota Peru, Lima. Mereka memprotes kenaikan harga pangan, satu di antara rangkaian kenaikan harga. Krisis semakin diperburuk dengan adanya perang di Ukraina. Presiden Peru, Pedro Castillo memberlakukan jam malam dan keadaan darurat untuk sementara. Tapi jika peraturan tersebut dicabut, protes akan terus berlanjut.
Foto: ERNESTO BENAVIDES/AFP via Getty Images
Keadaan Darurat di Sri Lanka
Di Sri Lanka, warga turun ke jalan untuk mengekspresikan kemarahan mereka. Beberapa hari lalu, ada yang mencoba menyerbu kediaman pribadi Presiden Gotabaya Rajapaksa. Memuncaknya protes terhadap kenaikan biaya hidup, kekurangan bahan bakar, dan pemadaman listrik, mendorong presiden mengumumkan keadaan darurat nasional, sekaligus meminta bantuan pengadaan sumber daya dari India dan Cina.
Warga di Skotlandia juga memprotes kenaikan harga makanan dan energi. Di seluruh Inggris, serikat pekerja telah mengorganisir demonstrasi untuk memprotes kenaikan biaya hidup. Brexit telah mengakibatkan kenaikan harga di banyak area kehidupan, dan perang di Ukraina makin memperburuk keadaan.
Foto: Jeff J Mitchell/Getty Images
Harga Ikan Goreng di Inggris Melonjak
Warga Inggris punya alasan untuk khawatir terkait hidangan nasional tercinta mereka "fish and chips". Sekitar 380 juta porsi goreng ikan dan kentang dikonsumsi di Inggris setiap tahun. Tetapi sanksi keras saat ini, berarti harga ikan putih dari Rusia, minyak goreng dan energi, semuanya melonjak naik. Pada Februari 2022, tingkat inflasi Inggris mencapai 6,2%.
Foto: ADRIAN DENNIS/AFP via Getty Images
Peluang Ekonomi bagi Nigeria?
Seorang pedagang di Ibafo, Nigeria, tengah mengemas tepung untuk dijual kembali. Nigeria telah lama ingin mengurangi ketergantungannya pada makanan impor, dan membuat ekonominya lebih tangguh lagi. Orang terkaya di Nigeria Aliko Dangot, baru-baru ini membuka pabrik pupuk terbesar di negara itu, dan berharap memiliki banyak pembeli. Apakah itu sebuah peluang? (kp/as)
Foto: PIUS UTOMI EKPEI/AFP via Getty Images
9 foto1 | 9
Berharap pada perkembangan positif di Cina
Melemahnya perekonomian Cina adalah sesuatu yang diamati dengan cermat oleh para ahli, karena sangat memengaruhi perkembangan perekonomian global. "Ini penting bagi pertumbuhan global dan penting secara regional di Asia untuk dinamisme perekonomian,” kata Adam Slater. Bank Dunia memperingatkan bahwa kelesuan perekonomian Cina akan sangat membebani Asia Timur secara keseluruhan, yang secara tradisional merupakan salah satu mesin perekonomian terbesar di dunia.
Iklan
Namun, William Reinsch dari Pusat Studi Strategis dan Internasional, CSIS, di Washington lebih optimis terhadap prospek Cina. "Salah satu karakteristik perekonomian yang dikendalikan negara adalah kemampuan mereka untuk menunda konsekuensi dari kesalahan mereka,” katanya kepada DW. "Mereka akan memberi arahan kepada bank: berikan pinjaman kepada sektor ini. Mereka akan memberi tahu perusahaan bahwa Anda tidak boleh bangkrut, atau mereka akan memberi tahu perusahaan bahwa Anda harus bangkrut, jika mereka ingin mengirimkan sinyal. Namun pemerintahlah yang mengambil tindakan."
Satu hal yang dia khawatirkan adalah soal Taiwan. Meskipun pertemuan baru-baru ini antara Xi Jinping dan Joe Biden menunjukkan adanya semacam pencairan dalam kebekuan hubungan AS-Cina, tapi kemungkinan invasi Cina ke Taiwan tetap menghantui perekonomian global. Tapi Taiwan bukan satu-satunya sumber kekhawatiran.
Perang di Ukraina akan tetap memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian global 2024. Masih belum jelas, kapan perang itu berakhir, yang telah berdampak besar terhadap pasar energi dan pasar pangan global selama dua tahun terakhir, dengan kelompok termiskin di dunia yang paling terkena dampaknya.
Perang, Inflasi, Krisis Energi dan Kenaikan Harga Bebani 2022
Inflasi, krisis energi, ketakutan resesi - tahun 2022 ditandai dengan dampak perang Ukraina yang memicu krisis ekonomi hingga ambruknya bursa krypto. Ekonomi global sedang tidak baik, berikut kilas balik ekonomi 2022.
Foto: picture alliance / Inderlied/Kirchner-Media
Harga bahan bakar meroket
Dampak perang yang dilakukan Rusia di Ukraina terasa secara global. Harga bahan bakar di seluruh dunia naik drastis. Di Jerman, harga Solar tembus rekor baru, yakni 2,32 Euro (sekitar Rp38.000) per liter. Sejumlah negara mengambil langkah antisipasi dan penyelamatan, yang terbukti hanya aksi sementara.
Foto: Lennart Preiss/dpa/picture alliance
Krisis suplai chips komputer
Langkah AS dan Eropa melarang sebagian ekspor chips komputer dari Cina berdampak pada sektor industri. Suplai global turun drastis, sejumlah pabrikan mobil menjadwal ulang pasokan ke pelanggan. Samsung laporkan penurunan omset sekitar 30%. Intel memindahkan sebagian produksinya ke Eropa, tapi pabrik di Jerman dengan investasi 17 miliar Euro baru akan berproduksi 2027.
Foto: Intel Corporation
Bank Sentral Eropa naikkan suku bunga
Bank Sentral Eropa untuk pertamakalinya sejak 11 tahun pada bulan Juli menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,5%, yang lebih tinggi dari prediksi. Dengan begitu tingkat suku bunga acuan di Eropa pada bulan itu mencapai 2,5%. Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde mengumumkan, sehubungan dengan inflasi yang tinggi, akan ada kenaikkan berikutnya.
Foto: Kai Pfaffenbach/REUTERS
Harga energi naik drastis
Konsumen di Eropa terutama menjerit, karena harga gas dan tarif listrik naik drastis. Pasokan gas murah dari Rusia diembargo Uni Eropa, gara-gara invasinya ke Ukraina. Konsumen di Inggris, Jerman dan Spanyol harus membayar harga gas dua kali lipat lebih mahal. Toko-toko roti di Jerman juga mengeluh, karena ongkos produksi naik drastis, dan terpaksa menaikkan harga jual.
Foto: Davide Bonaldo/Zuma/picture alliance
Jaringan pipa gas Rusia disabotase
Jaringan pipa gas Rusia Nord Stream 1 dan 2 di laut Baltik dekat Bornholm, Denmark meledak dan mengalami kebocoran. NATO dan Uni Eropa menuding ada sabotase, tetapi akhirnya menghentikan pengusutan. Saat ledakan, jaringan gas sudah lama tidak dioperasikan oleh Rusia untuk memasok gas ke Eropa.
Foto: Danish Defence Command/AP/picture alliance
Bos Tesla Elon Musk akuisisi Twitter
Twitter resmi jadi milik milyarder Elon Musk. Pemilik Tesla ini membeli si burung biru seharga 44 miliar Dollar setelah proses yang alot berbulan-bulan. Setelah pembelian menyusul kekacauan. Musk mengurangi jumlah pegawai separuhnya, pengiklan menyetop order, sejumlah akun kontroversial kembali muncul dan pembersihan akun dengan centang biru dilakukan secara ugal-ugalan.
Foto: Dado Ruvic/REUTERS
Bursa mata uang Krypto bangkrut
Bursa Krypto FTX bangkrut dan pengusahanya Sam Bankman-Fried mengajukan proteksi dari para kreditor. Perusahaan yang oleh investor ditaksir bernilai 32 miliar Dollar itu ambruk hanya dalam hitungan hari. Krisis di platform perdagangan mata uang digital seperti Bitcoin, menarik pasar krypto makin dalam ke pusaran krisis.
Foto: Jonathan Raa/NurPhoto/picture alliance
Inflasi mencapai tingkat tertinggi
Jerman yang jadi lokomotif ekonomi Eropa, mencatat kenaikan harga tertinggi sejak 70 tahun terakhir. Inflasi yang diseret kenaikan harga energi dan bahan pangan, tembus angka 10%. Pemerintahan negara-negara di Asia, Eropa dan Afrika berjuang untuk mengerem inflasi, agar tidak menyeret ke krisis ekonomi yang memicu resesi. Tahun 2023 tingkat inflasi global diprediksi akan tetap tinggi. (as/pkp)
Foto: Boris Roessler/dpa/picture alliance
8 foto1 | 8
Pemilu penting di India, Indonesia dan AS
Tahun 2024 akan menjadi tahun pemilu terbesar dalam sejarah. Lebih dari separuh populasi dunia yang berjumlah 8,1 miliar tinggal di negara yang akan melakukan pemungutan suara untuk memilih parlemen dan pemimpin baru. India dan Indonesia akan menyelenggarakan pemilu penting tahun ini, begitu juga Brasil, Pakistan, Turki, Meksiko, Bangladesh, dan mungkin juga Inggris.
Namun yang punya dampak paling besar adalah pemilu presiden AS akhir 2024. Donald Trump saat ini memimpin dalam jajak pendapat, dan mungkin saja terpilih pada bulan November mendatang untuk masa jabatan kedua. Mengingat bagaimana Trump memicu perang dagang dengan Cina pada masa kepresidenannya, ada banyak kekhawatiran di kalangan bisnis mengenai dampak masa jabatan Trump yang kedua terhadap perekonomian global.
Ada juga berbagai faktor lain yang harus diperhatikan, karena berpengaruh pada perkmebangan ekonomi tahun 2024. Transisi ramah lingkungan di berbagai sektor untuk meredam perubahan iklim dan pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan akan menjadi isu penting dalam pembahasan bisnis.
(hp/as)
Jangan lewatkan konten-konten eksklusif berbahasa Indonesia dari DW. Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!