Perempuan Indonesia 'Otak' Di Balik Blockchain Zoo
7 Maret 2018
Blockchain -teknologi pencatatan transaksi terintegrasi modern diklaim punya tingkat keamanan tinggi dan sangat sulit diretas. Perkenalkan seorang perempuan Indonesia ‘otak‘ Blockchain Zoo.
Iklan
Tak hanya bermodal otak encer, namun juga kerja keras, Pandu Sastrowardoyo mendirikan dan menjadi Chairwoman of the Board of Directors Blockchain Zoo. Ia membuktikan perempuan bisa menguasai dunia teknologi informasi. Bagaimana kisah sukses perempuan ini hingga bisa membangun perusahaan yang bergerak di bidang informasi teknologi, yang selama ini sering dicap sebagai ranah profesi pria?
DW: Bagaimana kisah karier Anda hingga bisa membangun Blockchain Zoo?
Pandu: Awalnya saya sebenarnya studi teknologi informatik lingkungan. Kemudian setelah lulus, saya malah bekerja di bidang pemasaran. Saya bekerja di perusahaan-perusahaan, seperti P&G dan Sampoerna. Namun karena minat saya besar di bidang teknologi informasi, saya kemudian bekerja untuk IBM selama beberapa tahun, sebelum akhirnya tahun 2017 saya bertekad mendirikan Blockchain Zoo. Meskipun baru, Blockcain Zoo sudah punya banyak klien baik dari dalam dan luar negeri, seprti FidentiaX dan Tokenomy serta bank-bak di daerah.
Blockchain adalah teknologi yang menjadi basis dari Bitcoin. Tapi blockcahin bukan Bitcoin, bukan untuk mata uang. Teknologi peer to peer dengan enskripsi ini memungkinkan berbagai pihak bekerja sama. Misalnya bank-bank daerah, yang ingin bekerjasama, datanya disebar ke semua bank yang berpartisipasi dalam Blockhain, tak lagi hanya di salah satu bank yang jadi server. Nah ini penting, karena tiap bank biasanya punya agenda sendiri, sehingga tak mau memberi data ke bank lain. Dengan menggunakan teknologi Blockchain, bank bisa menjaga datanya sendiri namun tetap bisa bekerjasama dengan pihak-pihak lain secara setara. Sehingga kerjasama jadi bisa lebih baik.
Penerapannya berupa sistem server sendiri dari masing-masing bank, yang diikat Blockchain. Blockchain menjanjikan efisiensi dan transparansi. Teknologi ini dapat mendesentralisasi kepercayaan dari pihak yang menerapkan sistem tersebut. Blockchain juga dapat digunakan oleh berbagai sektor selain perbankan, yang membutuhkan proses pencatatan dan validasi.
Di Mana Perempuan Berkuasa
Di dunia ada 194 negara yang diakui secara internasional. Sebagian besar dipimpin pria. Perempuan jarang memimpin pemerintahan. Tapi mereka yang berkuasa benar-benar pemimpin yang kuat.
Foto: picture-alliance/dpa/Bildfunk
Angela Merkel
Merkel berusia 62 tahun, dan jadi kanselir sejak 2005. Ia adalah pemimpin perempuan pertama Jerman, dan sekarang sedang berkampanye untuk periode ke empat. Putri seorang pendeta, yang besar di negara komunis Jerman Timur itu punya gelar Doktor di bidang kimia, dan dijadikan "Tokoh 2015" oleh majalah Time.
Foto: picture-alliance/dpa/O.Hoslet
Theresa May
Theresa May adalah perdana menteri perempuan ke dua di Inggris, setelah Margaret Thatcher yang memimpin di tahun 1980-an. May (60) dulu menjabat menteri dalam negeri, dan resmi jadi perdana menteri Juli 2016, hanya beberapa pekan setelah Brexit. Berapa lama ia akan memerintah belum jelas. Tetapi sebuah jajak pendapat yang baru diadakan menunjukkan ketidaksukaan warga terhadapnya.
Foto: picture-alliance/dpa/H. Tyagi
Tsai Ing-wen
ia adalah perempuan pertama yang jadi presiden Taiwan. Inaugurasinya Mei 2016 menyebabkan Cina membekukan hubungan dengan negara pulau, yang dinilai Cina provinsi yang membangkang. Tsai menyatakan tidak akan tunduk pada tekanan untuk takluk kepada Cina.
Foto: Reuters/T. Siu
Ellen Johnson Sirleaf
Perempuan yang berusia 78 tahun ini sudah jadi presiden Liberia sejak 2006. Ia juga jadi perempuan pertama yang memimpin negara di Afrika. 2011, Sirleaf dan dua aktivis prempuan lain dari Liberia dan Yaman dianugerahi Nobel Perdamaian, untuk "perjuangan tanpa kekerasan untuk keamanan perempuan, dan hak-hak perempuan untuk berpartisipasi dalam penegakkan perdamaian."
Foto: Reuters/N. Kharmis
Dalia Grybauskaite
Dalia Grybauskaite adalah perempuan pertama yang memimpin Lithuania, di tepi Laut Baltik. Ia kerap disebut "Iron Lady" atau "Magnolia Baja" karena punya sabuk hitam dalam karate dan selalu berbicara dengan tegas. Grybauskaite (61) sudah memangku beberapa jabatan pemerintahan sebelum dipilih jadi presiden tahun 2009, kemudian untuk periode ke dua di tahun 2014.
Foto: Reuters/E. Vidal
Erna Solberg
Norwegia juga dipimpin perempuan. Erna Solberg (56) jadi perdana menteri 2013, dan jadi perempuan kedua yang memangku jabatan itu, setelah Gro Harlem Brundtland. Kebijakan suakanya yang ketat menyebabkan orang memberikannya julukan "Iron Erna."
Foto: picture-alliance/dpa/V. Wivestad Groett
Beata Szydlo
Ia adalah perdana menteri perempuan Polandia yang ketiga, dan memangku jabatan sejak November 2015. Fokus politiknya: menjamin keamanan bagi seluruh warga Polandia, dan berperan dalam keamanan Uni Eropa. Sebelum jadi perdana menteri, ia jadi walikota dan anggota parlemen.
Foto: picture-alliance/W. Dabkowski
Saara Kuugongelwa-Amadhila
Perdana menteri ke empat Namibia ini mulai menjabat tahun 2015. Kuugongelwa-Amadhila (49) hidup di pengasingan di Sierra Leone ketika remaja. Ia mendapat pendidikan tinggi di AS, tamat kuliah dengan gelar di bidang ekonomi, sebelum kembali ke Namibia tahun 1994, dan mulai aktif dalam politik. Ia perempuan pertama yang memimpin pemerintahan Namibia, dan jadi pendukung kuat hak-hak perempuan.
Foto: Imago/X. Afrika
Michelle Bachelet
Michelle Bachelet sudah jadi presiden di Chili sejak 2014. Ini periode ke dua. Ia sudah pernah jadi presiden Chili dari 2006-2010. Ketika muda ia pernah dipenjara dan mengalami penyiksaan di Chili. Ia kemudia tinggal di pengasingan di Australia dan Jerman Timur, di mana ia kuliah kedokteran. Setelah kembali ke Chili tahun 1979, ia mendorong diadakannya transisi menuju demokrasi.
Foto: Getty Images/AFP/C. Reyes
Sheikh Hasina Wajed
Majalah bisnis AS, Forbes menempatkan perempuan berusia 69 tahun ini dalam daftar 100 perempuan paling berkuasa tahun 2016. "Sheikh Hasina Wajed memimpin negara dengan populasi ke delapan terbesar di dunia, yaitu 162 juta. Dan ia mulai berkuasa sejak 2009." Demikian ditulis Forbes. Penulis: D. Breitenbach, C. Burack (ml/hp)
Foto: picture-alliance/dpa/Bildfunk
10 foto1 | 10
Bagaimana peran perempuan Indonesia di bidang teknologi informasi?
Sebenarnya perempuan Indonesia punya potensi besar di bidang teknologi informasi. Dari pengalamanku di kampus, banyak perempuan sekolah di bidang ini. Tapi ektika masuk ke dunia kerja, jumlah perempuan di bidang ini menyusut.
Sebenarnya dengan perkembangan teknologi yang mengarah ke media sosial, sebenarnya perempuan punya potensi besar karena bagaimana kita bekerja di dunia teknologi berbeda sekarang ini dibanding dulu. Perempuan lebih banyak menggunakan media sosial. Postingan di Facebook lebih banyak dibuat perempuan, perempuan menghasilkan lebih banyak data dibanding kaum pria. Perempuan menciptakan tren media sosial. Dunia teknologi memang menciptakan tren, tren tersebut muncul karena kontribusi perempuan.
Perempuan juga aktif di E-commerce. Lihat, banyak sekali perempuan yang berjualan di instagram. Mereka sangat aktif. Blockchain harus punya komunitas. Dulu komunitasnya geek atau coders, namun kini komunitasnya terdiri dari semua bagian dari masyarakat.
Anda seorang pendiri perusahaan di bidang teknologi informasi. Sebagai perempuan, apakah ada diskriminasi gender yang begitu terasa di dunia teknologi informasi?
Ada. Saya sebagai perempuan sering dianggap tidak mengerti. Misal dalam suatu rapat, setelah saya menjelaskan sesuatu, baru orang-orang lain di forum yang menyatakan keterkejutannya atas pengetahuan saya di bidang ini.
Pernah juga ketika saya bekerja sama dengan pakar teknologi informasi, orang.orang mengira bahwa saya kekasih pakar tersebut. Mereka berasumsi saya sampai di tingkat setinggi ini, bukan karena ketrampilan saya, melainkan karena hubungan saya dengan laki-laki yang menguasai dunia ini. Padahal hal itu tidak betul sama sekali.
Menengok Hak Perempuan di Arab Saudi
Arab Saudi sudah mengumumkan akan mengizinkan perempuan untuk memiliki surat izin mengemudi tanpa harus ada izin dari "penjaga legal". Untuk itu perjuangannya panjang.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Ammar
1955: Sekolah pertama buat anak perempuan, 1970: Universitas pertama
Dulu, anak perempuan Arab Saudi tidak bisa bersekolah seperti murid-murid sekolah di Riyadh. Penerimaan murid di sekolah pertama untuk perempuan, Dar Al Hanan, baru dimulai 1955. Sementara Riyadh College of Education, yang jadi institusi pendidikan tinggi untuk perempuan, baru dibuka 1970.
Foto: Getty Images/AFP/F. Nureldine
2001: Kartu identitas untuk perempuan
Baru di awal abad ke-21, perempuan bisa mendapat kartu identitas. Padahal kartu itu adalah satu-satunya cara untuk membuktikan siapa mereka, misalnya dalam cekcok soal warisan atau masalah properti. Kartu identitas hanya dikeluarkan dengan dengan izin dan diberikan kepada muhrim. Baru tahun 2006 perempuan bisa mendapatkannya tanpa izin muhrim. 2013 semua perempuan harus punya kartu identitas.
Foto: Getty Images/J. Pix
2005: Kawin paksa dilarang - di atas kertas
Walaupun 2005 sudah dilarang, kontrak pernikahan tetap disetujui antara calon suami dan ayah pengantin perempuan, bukan oleh perempuan itu sendiri.
Foto: Getty Images/A.Hilabi
2009: Menteri perempuan pertama
Tahun 2009, King Abdullah menunjuk menteri perempuan pertama. Noura al-Fayez jadi wakil menteri pendidikan untuk masalah perempuan.
Foto: Foreign and Commonwealth Office
2012: Atlit Olimpiade perempuan pertama
2012 pemerintah Arab Saudi untuk pertama kalinya setuju untuk mengizinkan atlit perempuan berkompetisi dalam Olimpiade dengan ikut tim nasional. Salah satunya Sarah Attar, yang ikut nomor lari 800 meter di London dengan mengenakan jilbab. Sebelum Olimpiade dimulai ada spekulasi bahwa tim Arab Saudi mungkin akan dilarang ikut, jika mendiskriminasi perempuan dari keikutsertaan dalam Olimpiade.
Foto: picture alliance/dpa/J.-G.Mabanglo
2013: Perempuan diizinkan naik sepeda dan sepeda motor
Inilah saatnya perempuan untuk pertama kalinya diizinkan naik sepeda dan sepeda motor. Tapi hanya di area rekreasi, dan dengan mengenakan nikab dan dengan kehadiran muhrim.
Foto: Getty Images/AFP
2013: Perempuan pertama dalam Shura
Februari 2013, King Abdullah untuk pertama kalinya mengambil sumpah perempuan untuk jadi anggota Syura, atau dewan konsultatif Arab Saudi. Ketika itu 30 perempuan diambil sumpahnya. Ini membuka jalan bagi perempuan untuk mendapat posisi lebih tinggi di pemerintahan.
Foto: REUTERS/Saudi TV/Handout
2015: Perempuan memberikan suara dalam pemilu dan mencalonkan diri
Dalam pemilihan tingkat daerah di tahun 2015, perempuan bisa memberikan suara, dan mencalonkan diri untuk dipilih. Sebagai perbandingan: Selandia Baru adalah negara pertama, di mana perempuan bisa dipilih. Jerman melakukannya tahun 1919. Dalam pemilu 2015 di Arab Saudi, 20 perempuan terpilih untuk berbagai posisi di pemerintahan daerah, di negara yang monarki absolut.
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Batrawy
2017: Perempuan pimpin bursa efek Arab Saudi
Februari 2017, untuk pertama kalinya bursa efek Arab Saudi mengangkat kepala perempuan dalam sejarahnya. Namanya Sarah Al Suhaimi.
Foto: pictur- alliance/abaca/Balkis Press
2018: Perempuan akan diijinkan mengemudi mobil
September 26, 2017, Arab Saudi mengumumkan bahwa perempuan akan segera diizinkan untuk mengemudi mobil. Mulai Juni 2018, perempuan tidak akan perlu lagi izin dari muhrim untuk mendapat surat izin mengemudi. Dan muhrim juga tidak harus ada di mobil jika mereka mengemudi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Jamali
2018: Perempuan akan diijikan masuk stadion olah raga
29 Oktober 2017, Badan Olah Raga mengumumkan perempuan akan boleh menonton di stadion olah raga. Tiga stadion yang selama ini hanya untuk pria, juga akan terbuka untuk perempuan mulai 2018.
Foto: Getty Images/AFP/F. Nureldine
2019: Perempuan Saudi akan mendapat notifikasi melalui pesan singkat jika mereka diceraikan
Hukum baru dirancang untuk lindungi perempuan saat pernikahan berakhir tanpa sepengetahuan mereka. Perempuan dapat cek status pernikahannya online atau dapat fotokopi surat tanda cerai dari pengadilan. Hukum ini tak sepenuhnya lindungi perempuan karena cerai hanya dapat diajukan dalam kasus terbatas dengan persetujuan suami atau jika suami lakukan tindak kekerasan. (Penulis: Carla Bleiker, ml/hp)
Hambatan apa yang terbesar bagi perempuan Indonesia untuk bisa maju?
Mungkin dimulai dengan cara berpikir. Misal, dari kecil anak perempuan tidak disuguhkan dengan mainan yang membuka inspirasi untuk maju. Misalnya yang diberi mainan Barbie, yang paling maju paling-paling Barbie yang jadi pilot. Atau untuk mainan seperti komputer atau gadget, lebih dulu diperuntukkan pada anak laki-laki ketimbang perempuan. Itu yang pertama. Padahal pakar teknologi informasi yang pertama adalah perempuan.
Kedua, perkembangan kelompok-kelompok garis keras membatasi perkembangan perempuan. Ini jadi tantangan terbesar bagi perempuan yang mencari kesetraaan. Bukan hanya dengan pengaturan cara berbusana, namun juga untuk hal lain, larangan perempuan untuk jadi pemimpin, misalnya. Pandangan garis keras membuat perempuan tak bisa kembangkan diri karena banyaknya batasan. Oleh sebab itu kami mendirikan kantor pun di Bali, untuk menjauhkan dari dari kelompok-kelompok ekstremisme.
Apa solusinya agar perempuan Indonesia bisa maju?
Perusahaan-perusahaan seharusnya membuka kesempatan lebih luas bagi perempuan-perempuan untuk bisa maju. Misalnya dengan memberi kesempatan perempuan bisa bekerja di rumah, jika memang pekerjaan itu bisa dilakukan di rumah, misalnya coding atau programing. Mengapa harus di kantor, di rumah pun bisa sehingga perempuan juga masih bisa tetap mengurus anak misalnya. Sejumlah perusahaan besar, termasuk dimana saya perneh bekerja telah mempraktikkan itu. Moga-moga di perusahaan-perusahaan lainpun mau juga menerapkannya.
Women's March di Jakarta Suarakan Tuntutan Bersama
Aksi Women's March bertema #LawanBersama digelar di Jakarta dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional, yang jatuh 8 Maret. Berbagai tuntutan disuarakan.
Foto: Misiyah
Perempuan bersatu
Sekitar seribu orang berkumpul memperingati Hari Perempuan Internasional dengan aksi yang bertajuk #LawanBersama Women’s March di Jakarta pada hari Sabtu (03/03). Aksi itu menyuarakan tuntutan dan aspirasi yang berpihak pada kaum perempuan.
Foto: Misiyah
Diikuti berbagai kelompok
Perwakilan perempuan dari berbagai organisasi perempuan menyuarakan tuntutan mereka untuk perlindungan yang lebih baik bagi perempuan. Berbagai perwakilan itu di antaranya perwakilan buruh, korban kekerasan, pekerja rumah tangga, pekerja seksual, dan LGBTQ.
Foto: Misiyah
Hapus diskriminasi
Menghapus hukum dan kebijakan yang diskriminatif dan melanggengkan kekerasan berbasis gender, menjadi salah satu tuntutan kaum perempuan dalam aksi ini, selain menuntut akses keadilan dan pemulihan terhadap korban kekerasan berbasis gender.
Foto: Misiyah
Lindungi kaum minoritas
Mereka juga mendesak agar segera disahkannya hukum dan kebijakan yang melindungi perempuan, anak, masyarakat adat, kelompok difabel, juga kelompok minoritas gender dan seksual, dari diskriminasi dan kekerasan berbasis gender.
Foto: Misiyah
Hentikan intervensi negara atas tubuh dan seksualitas
Sehubungan dengan rancangan undang-undang KUHP yang dibahas di FDPR, kaum perempuan progresif juga meminta dihentikannya intervensi negara dan masyarakat terhadap tubuh dan seksualitas warga negara, serta menghapus stigma dan diskriminasi berbasis gender, seksualitas dan status kesehatan.
Foto: Misiyah
Stop kekerasan
Tuntutan lain yang disuarakan dalam aksi ini adalah menghapus praktik dan budaya kekerasan berbasis gender di lingkungan hukum, kesehatan, lingkungan hidup, pendidikan dan pekerjaan. Demikian dijelaskan salah satu peserta aksi, direktur Institut KAPAL Perempuan, Misiyah.
Foto: Misiyah
Bersatu suarakan aspirasi
Para politikus juga didesak untuk menyelesaikan akar kekerasan yaitu kemiskinan perempuan, khususnya perempuan buruh industri, konflik SDA, pekerja migran, pekerja seks dan pekerja domestik. Pemerintah juga dituntut penuhi hak kesehatan reproduksi perempuan.
Foto: Misiyah
Aksi bersama di seluruh dunia
Aksi Women's March digelar dalam rangka memperingati Hari Perempuan Sedunia yang jatuh setiap 8 Maret. Selain di Jakarta, aksi Women's March ini juga digelar di beberapa kota besar lainnya. Tepat pada hari perempuan sedunia, aksi ini juga digelar di berbagai negara. (Ed: ap/ml)