Jamida menjadi Imam perempuan untuk pertama kalinya di India. Ia memimpin sholat Jumat di negara bagian Kerala, India.
Iklan
Jamida (34) yang dikenal dengan nama lain 'Jamida Teacher', menjadi perempuan Muslim India pertama yang memimpin sholat Jumat di Desa Cherukode. Hal yang menurut laman thehindu.com telah melanggar hukum syariah tersebut sudah ia sadari dan Jamida siap menerima konsekuensinya.
Siap terima akibat
"Saya melakukannya dengan mengetahui akibatnya," kata Jamida kepada The Hindu. Sholat Jumat tersebut terdiri dari sekitar 50 laki-laki dan perempuan di kantor komite utama organisasi Quran Sunnath Society. Organisasi ini adalah sebuah gerakan yang didirikan oleh Chekannur Moulavi, seorang ilmuwan Muslim radikal, yang diyakini dibunuh setelah dia secara misterius menghilang pada tahun 1993.
Kelompok tersebut baru-baru ini meminta pelarangan buku Fath-ul-Mueen karangan Sheik Sainuddin Makhum. Mereka mengatakan bahwa buku tersebut, yang dipelajari di universitas-universitas di negara-negara Arab dan institusi keagamaan di India, telah berperan dalam menghasut pemuda Muslim untuk melakukan terorisme.
Menengok Hak Perempuan di Arab Saudi
Arab Saudi sudah mengumumkan akan mengizinkan perempuan untuk memiliki surat izin mengemudi tanpa harus ada izin dari "penjaga legal". Untuk itu perjuangannya panjang.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Ammar
1955: Sekolah pertama buat anak perempuan, 1970: Universitas pertama
Dulu, anak perempuan Arab Saudi tidak bisa bersekolah seperti murid-murid sekolah di Riyadh. Penerimaan murid di sekolah pertama untuk perempuan, Dar Al Hanan, baru dimulai 1955. Sementara Riyadh College of Education, yang jadi institusi pendidikan tinggi untuk perempuan, baru dibuka 1970.
Foto: Getty Images/AFP/F. Nureldine
2001: Kartu identitas untuk perempuan
Baru di awal abad ke-21, perempuan bisa mendapat kartu identitas. Padahal kartu itu adalah satu-satunya cara untuk membuktikan siapa mereka, misalnya dalam cekcok soal warisan atau masalah properti. Kartu identitas hanya dikeluarkan dengan dengan izin dan diberikan kepada muhrim. Baru tahun 2006 perempuan bisa mendapatkannya tanpa izin muhrim. 2013 semua perempuan harus punya kartu identitas.
Foto: Getty Images/J. Pix
2005: Kawin paksa dilarang - di atas kertas
Walaupun 2005 sudah dilarang, kontrak pernikahan tetap disetujui antara calon suami dan ayah pengantin perempuan, bukan oleh perempuan itu sendiri.
Foto: Getty Images/A.Hilabi
2009: Menteri perempuan pertama
Tahun 2009, King Abdullah menunjuk menteri perempuan pertama. Noura al-Fayez jadi wakil menteri pendidikan untuk masalah perempuan.
Foto: Foreign and Commonwealth Office
2012: Atlit Olimpiade perempuan pertama
2012 pemerintah Arab Saudi untuk pertama kalinya setuju untuk mengizinkan atlit perempuan berkompetisi dalam Olimpiade dengan ikut tim nasional. Salah satunya Sarah Attar, yang ikut nomor lari 800 meter di London dengan mengenakan jilbab. Sebelum Olimpiade dimulai ada spekulasi bahwa tim Arab Saudi mungkin akan dilarang ikut, jika mendiskriminasi perempuan dari keikutsertaan dalam Olimpiade.
Foto: picture alliance/dpa/J.-G.Mabanglo
2013: Perempuan diizinkan naik sepeda dan sepeda motor
Inilah saatnya perempuan untuk pertama kalinya diizinkan naik sepeda dan sepeda motor. Tapi hanya di area rekreasi, dan dengan mengenakan nikab dan dengan kehadiran muhrim.
Foto: Getty Images/AFP
2013: Perempuan pertama dalam Shura
Februari 2013, King Abdullah untuk pertama kalinya mengambil sumpah perempuan untuk jadi anggota Syura, atau dewan konsultatif Arab Saudi. Ketika itu 30 perempuan diambil sumpahnya. Ini membuka jalan bagi perempuan untuk mendapat posisi lebih tinggi di pemerintahan.
Foto: REUTERS/Saudi TV/Handout
2015: Perempuan memberikan suara dalam pemilu dan mencalonkan diri
Dalam pemilihan tingkat daerah di tahun 2015, perempuan bisa memberikan suara, dan mencalonkan diri untuk dipilih. Sebagai perbandingan: Selandia Baru adalah negara pertama, di mana perempuan bisa dipilih. Jerman melakukannya tahun 1919. Dalam pemilu 2015 di Arab Saudi, 20 perempuan terpilih untuk berbagai posisi di pemerintahan daerah, di negara yang monarki absolut.
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Batrawy
2017: Perempuan pimpin bursa efek Arab Saudi
Februari 2017, untuk pertama kalinya bursa efek Arab Saudi mengangkat kepala perempuan dalam sejarahnya. Namanya Sarah Al Suhaimi.
Foto: pictur- alliance/abaca/Balkis Press
2018: Perempuan akan diijinkan mengemudi mobil
September 26, 2017, Arab Saudi mengumumkan bahwa perempuan akan segera diizinkan untuk mengemudi mobil. Mulai Juni 2018, perempuan tidak akan perlu lagi izin dari muhrim untuk mendapat surat izin mengemudi. Dan muhrim juga tidak harus ada di mobil jika mereka mengemudi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Jamali
2018: Perempuan akan diijikan masuk stadion olah raga
29 Oktober 2017, Badan Olah Raga mengumumkan perempuan akan boleh menonton di stadion olah raga. Tiga stadion yang selama ini hanya untuk pria, juga akan terbuka untuk perempuan mulai 2018.
Foto: Getty Images/AFP/F. Nureldine
2019: Perempuan Saudi akan mendapat notifikasi melalui pesan singkat jika mereka diceraikan
Hukum baru dirancang untuk lindungi perempuan saat pernikahan berakhir tanpa sepengetahuan mereka. Perempuan dapat cek status pernikahannya online atau dapat fotokopi surat tanda cerai dari pengadilan. Hukum ini tak sepenuhnya lindungi perempuan karena cerai hanya dapat diajukan dalam kasus terbatas dengan persetujuan suami atau jika suami lakukan tindak kekerasan. (Penulis: Carla Bleiker, ml/hp)
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Ammar
12 foto1 | 12
Ancaman Pembunuhan
Kaum fundamentalis pun mengancam akan membunuh Jamida. Menurut mereka, Jamida telah "menodai agama". Di media sosial Jamida juga menjadi perbincangan hangat. Mayoritas warganet mengkritik tindakannya.
"Kami mengikuti Alquran. Kitab ini membahas manusia sebagai laki-laki dan perempuan, dan tidak membedakan keduanya. Baik laki-laki maupun perempuan memiliki peran yang sama dalam agama, "ungkap Jamida. Ia menyatakan akan terus menentang dominasi laki-laki dalam agama dan akan terus memimpin sholat bersama para perempuan lainnya.
Meskipun ini kejadian yang pertama di India, perempuan terpelajar asal negara Bollywood lainnya seperti Ghazala Anwar dan Amina Wadud, juga pernah memimpin sholat Jumat di New York pada awal tahun 1999.
Menikmati Kesenian Feminin dari Pakistan
Shehzil Malik ingin mendorong perombakan dalam masyarakat patriarkal Pakistan. Karya-karyanya mencerminkan analisa tajam, provokatif dan eksplosif.
Foto: Shehzil Malik
Perempuan di Mata Publik I
Bagaimana seorang perempuan menghadapi hidup? Menurut Shehzil Malik, untuk pertanyaan ini tidak ada jawaban. Setelah ia beberapa kali mengalami pelecehan seksual di sebuah tempat parkir umum, ia membuat lukisan ini untuk mengolah pengalamannya. "Sebagai perempuan, orang tidak bisa begitu saja menjelaskan secara rasional dan melupakan, apa yang terjadi di luar", demikian dikatakan Malik.
Foto: Shehzil Malik
Perempuan di Mata Publik II
Malik merasa kenyataan bahwa perempuan tidak punya hak-hak sama, terutama di Pakistan, tidak adil. "Kita hanya hidup sekali saja, itu terlalu singkat." Dan dunia terlalu indah, untuk tidak dinikmati, demikian pendapatnya. "Saya ingin menikmati hari-hari di luar, di bawah matahari."
Foto: Shehzil Malik
Coklat Yang Cantik
Banyak perempuan Pakistan menganggap warna kulit yang gelap tidak cantik. Ketika remaja, Shehzil menderita akibat tidak percaya diri, karena membandingkan diri dengan orang lain yang berkulit terang. Ia menggunakan krem kulit yang mengandung zat berbahaya. Baru ketika di universitas dan bertemu perempuan dari banyak negara, ia sadar, kecantikan tidak tergantung warna kulit.
Foto: Shehzil Malik
Wonder Woman
Karya seni yang menampilkan gambaran siapa kita, atau seperti apa kita ingin berkembang, mengubah cara pandang kita atas diri sendiri. Malik berpendapat, ia kemungkinan sudah memahami potensinya sejak dulu, jika punya panutan perempuan berkulit gelap. "Jika orang tidak punya jagoan perempuan berkulit gelap, bagaimana orang tahu bahwa ada perempuan seperti itu?"
Foto: Shehzil Malik
Pengendara Sepeda Motor Berjilbab
Sumber inspirasi bagi lukisan ini adalah seorang perempuan tetangganya, yang baru belajar mengendarai sepeda motor. Gambar ini ia perbesar hingga berukuran 3,5 meter dan ditempatkan pada sebuah tembok di Lahore. "Saya ingin tahu reaksi orang. Tapi baru sehari lewat, gambar itu sudah hilang", kata Malik. "Itu menyulut pertanyaan baru tentang gambaran perempuan dan seni jalanan di Pakistan."
Foto: Shehzil Malik
Perempuan Penggemar Buku
Ini salah satu karya kesayangan Malik. Ini gambaran adik perempuannya, yang baginya jadi sumber ilmu pengetahuan, inspirasi dan sikap bersahabat. "Karya ini saya peruntukkan bagi perempuan yang gemar membaca dan memperdalam diri dalam ilmu pengetahuan, dan mengajar kita untuk jadi lebih baik."
Foto: Shehzil Malik
Wadah Proyeksi Pandangan Politik
"Walaupun tidak perlu, tubuh kami jadi pernyataan politik", keluh Malik. Karya ini dibuatnya, setelah di Perancis ditetapkan larangan mengenakan Burkini. "Jika saya menatap teman saya, yang mengenakan hijab, saya melihat seorang perempuan yang percaya diri, dan sepenuhnya menyadari keputusannya, tetapi menerima pandangan saya, yang bertentangan, dengan sikap terbuka."
Foto: Shehzil Malik
Step Out!
Setelah menyelesaikan gambar-gambarnya tentang perempuan di mata publik, ia memulai proyek berjudul "Step Out!" (melangkah ke luar). Isinya lukisan dan foto perempuan yang menunjukkan kepercayaan diri di kota tempat tinggalnya. Untuk foto ini, berpose model asal Pakistan Eman Suleman. Penulis: Farhad Mirza (ml/hp)