Seorang perempuan Koptik Mesir menggugat hukum waris yang bersandar pada Syariah Islam karena dinilai tidak adil. Menurut hukum Mesir, perempuan hanyak berhak atas separuh harta waris dibandingkan laki-laki.
Iklan
Sejak ayahnya meninggal dunia tahun lalu, Huda Nasrallah, seorang penganut Kristen, sudah berdiri di hadapan tiga hakim berbeda buat menuntut pembagian harta waris yang lebih adil. Sang ayah menyerahkan rumah yang mereka huni kepada kedua saudara laki-lakinya.
Namun kegigihan Huda bertepuk sebelah tangan. Dua kali hakim menolak gugatannya karena bertentangan dengan Syariah Islam, meski kedua saudara laki-laki ikut bersaksi mendukung kasusnya.
Perempuan berusia 40 tahun itu bekerja sebagai advokat HAM sehari-hari. Usai mendapat penolakan yang kedua, dia membawa gugatannya ke Mahkamah Agung. Huda mendasarkan gugatannya antara lain pada ajaran Kristen yang membagi adil harta waris, terlepas dari status gender.
"Gugatan ini bukan soal hak waris sebenarnya. Ayah kami kan tidak meninggalkan uang satu juta Pound Mesir" kisahnya kepada Associated Press. "Tapi saya punya hak untuk meminta diperlakukan adil seperti kedua saudara saya."
Desakan mereformasi hukum waris mulai menjalar ke berbagai negeri Arab usai pemerintah Tunisia mengajukan amandemen hak waris yang mengangkat derajat perempuan dalam pembagian harta. Kaum feminis muslim merayakan pengesahan Undang-undang tersebut.
Namun Universitas al-Azhar yang sekaligus dipandang sebagai institusi moral di Mesir menolak reformasi sistem waris Islam karena bertentangan dengan Syariah dan berpotensi memicu keresahan di antara kaum muslim.
Keluarga Muslim Jaga Gereja Makam Suci
Meski terdapat enam golongan Kristen saling berbagi Gereja Makam Suci di Yerusalem, kunci gereja dipercayakan pada keluarga Muslim, yang selama ratusan tahun menjaga gereja itu.
Foto: picture-alliance/dpa
Gereja Makam Kudus
Inilah Gereja Makam Kudus atau gereja makam Suci di Yerusalem (The Holy Sepulchre). Ini merupakan sebuah gereja Kristen di Kota Tua Yerusalem, yang dipercaya orang Kristen sebagai tempat Yesus disalib, dimakamkan dan dan mengalami kebangkitan.
Foto: Reuters/Cohen
Enam Golongan Kristen
Gereja ini terbagi dalam enam golongan Kristen, yakni Ortodoks Yunani, Ortodoks Armenia, Katholik, Ortodoks Siria, Ortodoks Koptik Aleksandria-Mesir, dan Ortodoks Ethiopia Tewahedo. Katholik Roma, Yunani, dan Armenia -- memegang 70 persen kepemilikan gereja. Tak jarang terjadi percekcokan di antara mereka.
Foto: Reuters/Cohen
Alasan manajemen
Ke-6 golongan Kristen yang berbagi gereja ini sulit menyepakati banyak masalah praktis seperti perbaikan, bahkan pembersihan gereja. Ada kekuatiran bahwa jika salah satu dari mereka memegang kunci, mereka bisa saja mengunci agar yang lain tak bisa masuk. Maka salah satu alasan ini diyakini sebagai alasan kunci diserahkan pada keluarga Muslim.
Foto: G.Tibbon/AFP/Getty Images
Tradisi Nenek Moyang
Nusseibeh adalah keluarga Muslim Yerusalem kuno -- yang turun-temurun dari zaman Nabi Muhammad. Mereka memegang kunci Gereja Makam Suci di Yerusalem. Dua jam setelah matahari terbenam, mereka mengunci gereja dan membukanya sebelum fajar, setiap pagi. Ini tradisi sejak zaman nenek moyang mereka selama ratusan tahun. Keluarga Nusseibeh sendiri tinggal di luar Kota Tua.
Foto: picture-alliance/Marius Becker
Sang Penjaga
Wajeeh Nusseibeh adalah penjaga pintu saat ini. Keluarganya telah melakukannya lebih dari 1.300 tahun, meskipun ada satu celah selama 88 tahun, ketika Tentara Salib Kristen memerintah Yerusalem pada abad ke-12. Kisah tetntang ini pernah difilmkan dengan judul: Im Haus Meines Vaters Sind Viele Wohnungen (Di Rumah Bapakku Banyak Apartemen).
Foto: X-Verleih
Harus Pulang tepat Waktu
Para biarawan yang tinggal di dalam harus tepat waktu untuk pulang. Jika tidak, terpaksa bermalam di tempat lain. Ini ritual terperinci. Ritualnya, begitu pintu dari kayu tebal ditutup, seorang biarawan di dalam mendorong tangga lewat lubang yang sengaja dibangun, sehingga orang dari luar hanya bisa memanjat untuk mencapai kunci paling atas.
Foto: picture alliance/Bildagentur huber
Peziarah datang dari Segala Penjuru
Peziarah datang dari berbagai penjuru dunia. Banyak di antara mereka yang terharu saat menyentuh batu di pintu masuk, dimana tubuh Yesus dibaringkan setelah diturunkan dari kayu salib. Setiap masa prosesei keagamaan, gereja ini dipadati peziarah.
Foto: Reuters/Cohen
Di Bawah Satu Atap
Biarawan dari gereja Armenia memulai prosesi di sekitar makam, sementara para biarawan Katholik berjarak tak jauh di depan mereka. Ibarat kompetisi bagi telinga Tuhan. Ini satu-satunya gereja di dunia dimana gereja timur dan barat memuji Tuhan, di bawah atap yang sama, pada saat bersamaan.Tentu saja terkadang ada beberapa perbedaan pendapat.
Foto: Tibbon/AFP/Getty Images
Dari Perselisihan Hingga Kekerasan
Terkadang, perbedaan pandangan berujung pada kekerasan, seperti pada perayaan Paskah Ortodoks tahun 1995. Tampak polisi Israel baku hantam dengan pemuda Kristen yang ambil bagain dalam perayaan itu. Pada umumnya konflik terjadi karena sengketa batas wilayah. Pihak yang satu cemas jika pihak yang lain mencoba melanggar batas wilayah yang bukan miliknya.
Foto: AP
9 foto1 | 9
Huda yang beragamakan Kristen Koptik, tunduk di bawah hukum negara yang banyak bersandar pada hukum Islam. Kelompok minoritas itu dilarang melakukan pernikahan antaragama dan dipenjara juga ketahuan mengajak seorang muslim agar pindah agama. Meski mendapat kewenangan untuk mengatur masalah pernikahan dan perceraian di kalangan pemeluknya, Gereja Koptik Mesir tidak berdaya dalam hal hak waris.
Huda berkisah, dia sengaja membangun argumen berdasarkan prinsip agama karena meyakini para hakim akan lebih menghomati gugatan yang berasal dari komunitas Koptik. Dia mengaku berusaha memanfaatkan doktrin langka gereja yang mendorong kesetaraan gender.
Karima Kamal, seorang kolumnis di harian Al-Masry al-Youm, menilai perempuan penganut Kristen Koptik menghadapi diskriminasi ganda, lantaran hukum yang berpihak. "Anda tidak seharusnya memaksakan hukum milik satu keyakinan kepada penganut keyakinan lain," kata perempuan yang juga berasal dari komunitas Koptik tersebut.
Banyak laki-laki Koptik yang lebih memlih hukum waris Islam karena lebih diuntungkan, klaim Huda. Tidak heran jika Girgis Bebawy, seorang pengacara Koptik, tidak pernah memenangkan satu kasus gugatan hak waris ketika mewakili anggota keluarga perempuan. Dia berharap Mahkamah Agung akan memutus berbeda.
"Kasus ini adalah contoh intoleransi agama," ujarnya.
Adapun Huda menolak bujukan keluarga agar menuntaskan kasus hak waris di luar pengadilan. "Kalau bukan saya," kata dia, "siapa yang akan melakukannya?"