1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perempuan Pematang Siantar di "Perang Semikonduktor"

2 April 2024

Dari dunia otomotif, manufaktur, pusat data, sampai komunikasi, semuanya bergantung pada semikonduktor. Di Jerman, ada seorang perempuan asal Pematang Siantar yang merupakan pakar semikonduktor. Apa tantangannya?

Sri Wahyuni Basuki, pakar semikonduktor
Sri Wahyuni Basuki, perempuan asal Sumut pakar semikonduktor di JermanFoto: Sri Wahjyuni Basuki

Kecil-kecil cabe rawit. Mungkin ini bisa jadi istilah tepat bagi cip semikonduktor. Teknologi untuk benda yang super kecil ini mengisi ruang-ruang mewah masyarakat di ‘zaman now‘.

Mulai dari industri otomotif, manufaktur, perbankan, pusat data, hingga komunikasi, hampir semua sektor penting dunia tergantung pada semikonduktor. Bahkan banyak pakar mengamini, bahwa semikonduktor kini jadi lebih penting ketimbang minyak Bumi. Industri yang terkait dengan benda mungil itu juga sangat strategis. Siapa pun yang mengendalikan pasokan mikrocip semikonduktor menguasai sebagian industri global.

Produsen mikrocip terbesar di dunia adalah Taiwan. Media melaporkan, Amerika Serikat dan Eropa berpacu dengan waktu untuk memproduksinya sendiri. Di belahan Eropa, tepatnya di kota Regensburg, Jerman, ada seorang perempuan asal Pematang Siantar, Sumatra Utara yang merupakan salah satu pakar cip semikonduktor. Jatuh bangun Sri Wahyuni Basuki melewati masa-masa berat hingga akhirnya terjun ke industri strategis ini di Jerman.

“Perusahaan di mana kini saya bekerja ini bergerak di produksi unit kendali elektronik yang membutuhkan banyak sekali komponen elektronik,“ ujarnya. “Mulai dari resistor, transistor, complex IC,  sensor, smart switch dan lain-lainnya,“ paparnya. Perusahaan ini memercayainya untuk memastikan atau memutuskan apakah komponen dari para pemasok boleh masuk di perusahaannya atau tidak. 

Dikutip dari Britannica, semikonduktor adalah salah satu padatan kristal yang memiliki konduktivitas listrik antara konduktor dan isolator. Semikonduktor digunakan dalam pembuatan berbagai jenis perangkat elektronik, termasuk dioda, transistor, dan sirkuit terpadu.

Perangkat semacam itu banyak digunakan karena kekompakannya, keandalannya, efisiensi dayanya, dan biayanya yang rendah. Sebagai komponen terpisah, biasanya digunakan dalam perangkat listrik, sensor optik, dan pemancar cahaya, termasuk laser solid-state. Semikonduktor mempunyai beragam kemampuan penanganan arus dan tegangan dan, yang lebih penting, dapat diintegrasikan ke dalam sirkuit mikroelektronik yang kompleks, namun mudah diproduksi.

Impian sejak kecil terjun ke industri futuristik

Sejak kecil Wahyuni bermimpi jadi ilmuwan yang bisa ikut berkontribusi pada perkembangan teknologi tinggi dunia. “Saya itu pantang menyerah. Ketika saya jatuh, saya harus bangun kembali. Dan saya juga percaya pada kemampuan saya. Saya cukup optimistis bahwa saya bisa karena saya percaya bahwa saya punya kesempatan yang sama dengan yang lainnya, yang menentukan adalah kemampuan saya,” tandasnya ketika menceritakan kesulitannya dalam mempelajari ilmu semikonduktor dan bisa bersaing di pasar kerja internasional. 

“Setelah saya selesai sarjana S1 dulu di Indonesia, saya kebetulan diterima bekerja di perusahaan semikonduktor. Saya memutuskan untuk mengambil S2 di Jerman, kuliah ilmu material,” tuturnya. 

Ternyata tidak cukup sampai S2, Wahyuni melanjutkan studi S3-nya di Jerman di bidang ilmu material.”'Kan saya (tinggal) di negeri orang, di Jerman, sebagai orang asing, perempuan juga. Saya tidak tahu bagaimana caranya untuk bisa terjun ke dunia industri setelah saya selesai dunia akademis. Akhirnya saya mendapatkan tawaran dari profesor saya, karena dia tertarik pada tesis saya,” lanjutnya, mengenang masa-masa awal lulus S2 di Christian-Albrechts-Universität, Kiel, Jerman dan melanjutkan studi doktoral di universitas yang sama. 

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Empat tahun ia menyelesaikan PhD-nya, lalu kembali resah karena sangat ingin terjun ke dunia industri. “Karena saya cukup lama di dunia akademis, sementara saya masih terus bercita-cita untuk kembali lagi ke dunia industri. Saya mendengar banyak cerita bahwa dunia industri itu melihat (orang yang berasal dari) dunia akademis masih dianggap belum memiliki banyak pengalaman. Jadi kesusahan sebagaimana dulu saya mengirim lamaran kerja ketika lulus  S2 terulang lagi. Saya coba mengirimkan banyak lamaran pekerjaan ke sana-ke mari,” papar Wahyuni. 

“Lebih banyak bikin lamaran kerja lagi, ketimbang dulu melamar kerja saat S2. Sekitar 50 lamaran pekerjaan saya kirimkan. Banyak yang gagal, padahal ada juga yang sudah di tahap tes wawancara kerja,“ ungkap Wahyuni. 

Pakar semikonduktor Sri Wahyuni BasukiFoto: Sri Wahjyuni Basuki

Belajar dari kegagalan

“Tapi setiap langkah wawancara itu saya belajar, tentang apa yang diinginkan perusahaan yang saya lamar, kenali maunya mereka apa, siapkan jawaban. Pikirkan apa kemampuan saya. Saya siapkan jawaban dan saya analisa juga, kemampuan saya itu sebenarnya apa, untuk bisa dijual ke perusahaan. Ketika diwawancara, saya bisa menyebutkan ke perusahaan bahwa saya melakukan bisa ini,“  kenangnya.

Akhirnya setelah puluhan lamaran, ia tembus  diterima di perusahaan di bagian utara Jerman, perusahaan pembuatan sensor MEMS sebagai manajer proyek teknis di bagian riset dan pengembangan. 

“Pintu saya sudah mulai terbuka saat itu di dunia industri,“ tambah Wahyuni. Ia lalu mengembangkan sayapnya bekerja di perusahan otomotif untuk bidang cip semikonduktor hingga saat ini.

"Saya ingin karier saya lebih maju lagi. Di sinilah saya sekarang, di Regensburg, di salah satu perusahaan otomotif pembuatan unit kendali elektronik untuk mobil dan aplikasi mobil," imbuhnya.

Wahyuni ingin agar banyak perempuan Indonesia lainnya juga maju seperti dia. Oleh sebab itu Sri Wahyuni Basuki aktif di jaringan Ahli dan Sarjana Indonesia – Jerman (IASI Jerman e.V.), sebuah wadah bersama untuk membangun Indonesia, lewat bakat, kemampuan, jaringan dan dukungan aktif para anggotanya. Di IASI Jerman, Wahyuni menjabat sebagai Koordinator bidang Energi, Teknik dan Teknologi Berkesinambungan (ETTB). 

Silicon Saxony: Kompleks Industri Teknologi Jerman

02:32

This browser does not support the video element.

Kelangkaan cip semikonduktor 

Pandemi COVID-19 dan panasnya geopolitik dunia ikut memengaruhi industri di sektor semikonduktor dengan berkurangnya pasokan. Hal ini berkontribusi pada harga yang lebih tinggi barang-barang yang menggunakan teknologi ini di seluruh dunia.

Perang semikonduktor telah ditabuh. Ada perang antarperusahaan yang memperebutkan pangsa pasar, namun ada juga persaingan antarnegara untuk mendapatkan bagian dari rantai pasokan. Ketidakpastian pasokan masih terjadi. Namun satu yang pasti, Sri Wahyuni masih akan terus mengembangkan teknologi mutakhir yang jadi gairahnya sejak lama.

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait