1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Peres dan Abbas di Parlemen Turki

14 November 2007

Di parlemen Turki, Presiden Israel Shimon Peres dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyerukan untuk mencapai kesepakatan perdamaian di Timur Tengah. Untuk pertama kalinya seorang presiden Israel berbicara di depan parlemen dari sebuah negara dengan penduduk mayoritas Islam.

Peres, Gül dan Abbas di Ankara
Peres, Gül dan Abbas di AnkaraFoto: AP

Baik Abbas meupun Peres melihat Konferensi Perdamaian Timur Tengah yang dijadwalkan untuk digelar akhir November di Amerika Serikat, sebagai peluang yang harus diambil. Sebelum berpidato di parlemen Turki, kedua politisi tersebut menyepakati sebuah proyek bantuan Turki untuk membangun sebuah kawasan industri bersama di Tepi Barat.

Pertemuan di Ankara hari Selasa kemarin bisa dilihat sebagai pertemuan puncak perdamaian dalam bentuk mini. Presiden Israel Shimon Peres dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas bersama-sama mengunjungi Turki. Kunjungan itu dibarengi dengan banyak pernyataan untuk perdamaian dan merupakan saat yang bersejarah. Untuk pertama kalinya seorang kepala negara Israel berbicara di parlemen dari negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam.

Para anggota parlemen bertepuk tangan saat Peres melangkah ke podium dan memulai pidato dalam bahasa Ibrani.

Pada pagi hari, sebelum tampil di parlemen, Peres, Abbas dan Presiden Turki Abdullah Gül bersama-sama menandatangani sebuah kesepakatan menyangkut bantuan nyata bagi warga Palestina. Dalam kesepakatan tercantum bahwa Turki akan membangun sebuah kawasan industri di wilayah Palestina. Kawasan itu diharapkan dapat membangkitkan ekonomi di wilayah yang kini porak poranda. Presiden Gül:

„Di lahan-lahan yang disediakan oleh pemimpin Palestina di Ramallah kami akan membangun pabrik-pabrik dan toko-toko di mana ribuan warga Palestina dapat bekerja. Hasil produksi kawasan itu akan diekspor tanpa bea cukai ke Amerika Serikat, Uni Eropa dan negara-negara Arab di kawasanTeluk.“

Dalam upaya mencapai perdamaian di Timur Tengah, Turki tampaknya ingin memainkan peranan penting sebagai penengah. Presiden Abdullah Gül:

“Perdamaian membawa stabilitas. Dan stabilitas menciptakan kemakmuran.”

Dalam pidatonya di parlemen Turki, Presiden Israel Shimon Peres mengutarakan harapan untuk mencapai kesepakatan perdamaian. Selain itu dia mengharapkan negara Israel yang demokratis hidup berdampingan dengan negara Palestina yang juga demokratis:

„Palestina yang demokratis dan mandiri, di mana warganya hidup dalam kemakmuran. Ini akan menyingkirkan perseteruan yang merugikan kita. Dan ini juga dapat menghancurkan terror.“

Oleh sebab itu Israel mendukung proyek yang akan dilaksanakan oleh investor Turki itu. Israel akan menjamin suplai energi dan tidak akan menghindari kegiatan ekspor-impor di kawasan tersebut. Sebuah kawasan industri di dekat Ramallah direncanakan akan menciptakan sekitar

5. 000 lowongan kerja. Kawasan industri lainnya juga akan dibangun di Jalur Gaza. Namun pemerintah otonomi Palestina tidak dapat melakukan pembicaraan mengenai Jalur Gaza, karena wilayah itu dikuasai oleh Hamas sejak Juni yang lalu. Mengenai konflik dengan Hamas, Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan dalam pidatonya di Ankara:

„Yang terhormat para anggota legislatif, parlemen anda yang mulia adalah tempat bernaungnya demokrasi yang stabil, di mana kebebasan berpendapat dilindungi dan juga pluralisme. Ini merupakan contoh bagi kami di Timur Tengah dan negara Arab.“

Bagi Abbas dan Peres pertemuan hari Selasa di Ankara itu adalah sebuah petanda baik bagi perundingan perdamaian Timur Tengah yang akan digelar di Anapolis, AS dua pekan ke depan.