Peretas Korea Utara Coba Mencuri Data Vaksin Pfizer
16 Februari 2021
Badan intelijen Korea Selatan melaporkan pada Selasa (16/02) bahwa Korea Utara berupaya meretas sistem komputer perusahaan farmasi Pfizer untuk mendapatkan informasi tentang vaksin dan teknologi perawatan COVID-19.
Kantor Pfizer di Asia dan Korea Selatan belum memberikan pernyataan mengenai upaya peretasan ini.
Pada akhir tahun 2020, baik Pfizer maupun BioNTech mengatakan bahwa dokumen yang berkaitan dengan vaksin "diakses secara tidak sah" melalui serangan dunia maya di server European Medicines Agency (EMA), regulator obat Uni Eropa.
Pernyataan itu muncul setelah EMA yang berbasis di Amsterdam mengatakan telah menjadi korban serangan peretasan, tanpa menyebut kapan itu terjadi.
Tak Ada Jalan Keluar dari Korea Utara
Korea Utara dianggap penjara terbesar di dunia. Perkembangan terakhir di negara komunis itu berikan indikasi bahwa rezim semakin resah, dan tak ingin biarkan rakyatnya, serta fakta-fakta mengenai negaranya keluar.
Foto: Tourism DPRK
Tidak Ada "Sahabat" untuk Selamanya
Walaupun Cina dan Korut sudah lama punya hubungan diplomatik erat di masa lalu, hubungan baik memburuk dalam beberapa tahun tarkhir. Pemeriksaan di perbatasan antar kedua negara di provinsi Jilin, Cina dulu tidak seketat sekarang. Selain menyerahkan paspor, orang harus menyerahkan semua alat elektronik dan koper untuk pemeriksaan yang berlangsung sangat lama.
Foto: Daily NK
Jembatan di Atas Air Tak Tenang
Walaupun ada restriksi ketat, hubungan tanpa halangan dengan Cina vital bagi Korea Utara. Jembatan baru di atas sungai Yalu, yang memisahkan kedua negara jadi jembatan yang menggantikan jembatan persahabatan Korea-Cina. Di atas jembatan itu 70% hubungan dagang bilateral terlaksana. Konstruksi jembatan di bagian Korea Utara terhenti karena masalah keuangan, walaupun ada penanaman modal swasta Cina.
Foto: Daily NK
Mentap Lewat Pagar
Provinsi Hamgyong Utara, yang berbatasan dengan Rusia dan Cina, dihantam banjir badang tahun lalu. Itu menyebabkan hanyutnya pagar kawat berduri yang mencegah warga Korea Utara lari dari negaranya atau menyelundupkan barang. Dalam waktu singkat, pagar baru didirikan dan penjaga perbatasan dikerahkan. Mereka mendapat perintah menembak di tempat, siapapun yang berusaha melintas.
Foto: Daily NK
Tanah Air Tercinta
Jumlah warga Korea Utara yang melarikan diri sudah berkurang selama beberapa tahun terakhir. Tapi ini tetap jadi topik sensitif bagi pemerintah. Foto: selebriti TV dari Korea Selatan Jeon Hye Song (nama alias: Lim Ji Hyun), yang kembali ke Korea Utara lewat cara mencurigakan. Ia memberikan pernyataan publik Juli lalu pada siaran propaganda di TV, tentang "neraka di sebelah Selatan."
Foto: Uriminzokkiri TV
Coba Tangkap Saya
Banyak orang yang lari dari Korea Utara kembali ke negaranya, setelah keluarga mereka ditahan rezim atau diperas. Menurut laporan terakhir, rezim menempatkan agen-agen di kawasan perbatasan di Cina, untuk melokasi dan menculik warganya yang lari. Katanya tim penculik tinggal di Jiangbin International Hotel dan Life's Business Hotel di kota Dandong.
Foto: Wikipedia Commons
Taman Ria Yang Sesat
Walaupun warga Korut tidak mungkin meninggalkan negaranya, pemerintah negara itu mengundang wisatawan asing untuk menikmati berbagai atraksi di negara itu. Biro perjalanan resmi Korut bahwa meluncurkan situs internasionalnya Agustus lalu, dan menawarkan perjalanan ke berbagai penjuru Korut. Bahkan wisata bertema tertentu, seperti arsitektur, bersepeda dan olah raga. Penulis: Jan Tomes (ml/hp)
Foto: Tourism DPRK
6 foto1 | 6
Daftar panjang upaya peretasan Pyongyang
Tuduhan meretas Pfizer muncul hanya seminggu setelah laporan rahasia PBB yang dilihat oleh AFP, mengungkap bahwa Korea Utara telah mencuri lebih dari $ 300 juta cryptocurrency melalui serangan siber dalam beberapa bulan terakhir. Hasil curian tersebut diduga digunakan untuk mendukung program senjatanya.
Dokumen itu juga menyebutkan lembaga keuangan dan bursa yang diretas, dimanfaatkan untuk menghasilkan pendapatan bagi pengembangan nuklir dan rudal Pyongyang.
Kemampuan perang dunia maya Pyongyang pertama kali mencuat secara global pada tahun 2014 ketika dituduh meretas Sony Pictures Entertainment sebagai aksi balas dendam atas "The Interview", film satir yang mengejek pemimpin Kim.
Serangan tersebut membocorkan beberapa film yang belum dirilis dan banyak dokumen rahasia online lainnya.
Korea Utara juga dituduh melakukan pencurian dana besar-besaran senilai $ 81 juta (Rp 1,1 triliun) dari Bank Sentral Bangladesh dan pencurian $ 60 juta (Rp 836,5 miliar) dari Bank Internasional Timur Jauh Taiwan.
Peretas Pyongyang juga turut disalahkan atas serangan siber global dengan ransomware WannaCry 2017, yang menginfeksi sekitar 300 ribu komputer di 150 negara, mengenkripsi file pengguna, dan menuntut tebusan ratusan dolar dari para pengguna agar kembali mendapatkan akses komputernya.
Pyongyang membantah tuduhan itu dan mengatakan mereka "tidak ada hubungannya dengan serangan-serangan dunia maya."