1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Microsoft: Peretas Rusia Targetkan Pilpres AS Lagi

11 September 2020

Peretas dari 3 negara disebut menargetkan para capres AS kurang dari dua bulan sebelum pemilihan. Para ahli sebut operasi itu kemungkinan besar ditujukan untuk mengumpulkan intelijen, bukan untuk campur tangan pemilu.

Foto Ilustrasi: Bendera AS
Foto Ilustrasi: Bendera Amerika Serikat.Foto: picture-alliance/newscom/UPI Photo/J. Angelillo

Perusahaan teknologi raksasa AS Microsoft mengumumkan pada Kamis (10/09) bahwa operasi serangan siber Rusia, Cina dan Iran telah menargetkan kampanye pemilihan Presiden AS Donald Trump dan rivalnya dari Demokrat, Joe Biden

“Temuan aktivitas yang kami umumkan hari ini memperjelas bahwa ada kelompok asing yang telah meningkatkan upayanya untuk menargetkan pemilu 2020 seperti yang telah terjadi sebelumnya,” kata Tom Burt, wakil presiden Microsoft untuk keamanan pelanggan.  

Burt merujuk pada tuduhan bahwa peretas Rusia telah menargetkan pemilihan presiden AS pada 2016 lalu. Badan intelijen AS dan perusahaan keamanan siber swasta sama-sama menuduh unit intelijen militer Rusia (GRU) yang dijuluki “Fancy Bear” atau “Beruang Mewah” menjadi dalang di balik upaya peretasan di tahun itu. 

Microsoft mengatakan bahwa “Fancy Bear” belakangan juga aktif dalam upaya terbarunya untuk menyusup ke kedua kampanye capres AS saat ini. 

“Apa yang kami lihat konsisten dengan pola serangan sebelumnya yang tidak hanya menargetkan calon dan staf kampanye, tapi juga orang-orang yang mereka ajak berkonsultasi tentang isu-isu utama,” tambah Burt. 

‘Jujur dan adil’ 

Menanggapi hal ini, pejabat kampanye Trump mengatakan bahwa pihaknya tidak kaget sama sekali, mengingat upaya pemilihan kembali presiden adalah sebuah “target besar”. 

Meski begitu, “Presiden Trump akan mengalahkan Joe Biden dengan adil dan jujur dan kami tidak membutuhkan atau menginginkan campur tangan asing,” kata Tim Murtaugh, Direktur Komunikasi kampanye Trump. 

Pemerintah Cina dan Iran belum mengomentari masalah ini. Sementara, Juru Bicara Kedutaan Rusia di AS, Nikolay Lakhonin, mengatakan bahwa otoritas AS belum memberikan “bukti faktual” yang mendukung tuduhan mereka atas Rusia. 

gtp/rap (Reuters,AP) 

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait