Pergantian Tahta di Jepang: Berakhirnya Era "Heisei"
Martin Fritz
29 April 2019
Kaisar Akihito Khari Selasa, 30 April, resmi turun tahta. Hal itu sudah dia putuskan dan umumkan sendiri sejak tahun lalu. Akihito akan digantikan anaknya Naruhito, yang memulai era "Reiwa".
Iklan
Kaisar Akihito menaiki tahta Tenno Jepang 7 Januari 1989 (foto artikel). Ayahnya Kaisar Hirohito dikenal dunia sebagai Kaisar yang memimpin Jepang memasuki Perang Dunia ke-2 melawan AS dan akhirnya harus mengumumkan kapitulasi 15 Agustus 1945. Sebelumnya, AS menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki yang memusnahkan ratusan ribu orang.
Setelah kalah perang, Kaisar Akihito ingin membangun citra monarki seperti di Inggris. Tahta Kekaisaran tidak mencampuri lagi urusan pemerintahan sehari-hari, melainkan lebih berfungsi sebagai pemersatu dan tokoh bangsa.
Sejak kecil, Akihito dididik oleh seorang guru pribadi asal AS, Elisabeth Gray-Vining. Penulis buku cerita anak-anak inilah yang mengajarkan gagasan-gagasan monarki Eropa, terutama Inggris, kepada Akihito kecil. Mungkin berkat pendidikan ini, sang pangeran dan penerus tahta lalu tumbuh sebagaimana anak muda kalangan elit barat pada usianya.
Sekalipun kalangan istana menentang, Akhito lalu menikahi Michiko, seorang perempuan yang bukan berasal dari kalangan kerajaan. Akihito dan isterinya mendidik anak-anak mereka di rumah sendiri, lalu menyekolahkan kedua anak lelakinya ke universitas terkenal Oxford di Inggris.
Kaisar yang dekat dengan rakyat
Berbeda dengan ayahnya Hirohito, yang dihormati sekaligus sangat disegani pejabat dan rakyat, Kaisar Akhito ingin tampil lebih dekat dengan warga. Beberapa bulan setelah menjabat dia mengatakan: "Saya ingin, sama seperti kaisar-kaisar sebelum saya, melihat rakyat yang sejahtera, pada saat yang sama saya ingin kekaisaran yang sifatnya lebih cocok untuk masa kini."
Akihito dan Michiko jadi sering tampil ke publik dalam berbagai kesempatan, terutama ketika Jepang dilanda bencana. Ketika Jepang menghadapi bencana letusan gunung hebat tahun 1991, Akihito dan Ratu Michiko muncul menemui para korban dengan pakaian biasa dan santai. Hal itu sempat mengagetkan kalangan istana dan kaum konservatif, namun mengundang simpati banyak warga Jepang.
"Ini adalah perilaku yang baru dan ternyata disambut rakyat Jepang", kata pengamat kekaisaran Jepang, Hideya Kawanishi dari Universitas Nagoya. Kaisar Akihito akhirnya menjadi simbol persatuan dan perdamaian Jepang, sebuah era yang disebut Heisei, atau era "membangun perdamaian".
Mencari kerukunan dengan negara tetangga
Nama Kaisar Hirohito melekat dengan sejarah Perang Dunia II dan kekejaman tentara Jepang pada masa itu. Akihito ingin mengubah citra ini dan mengunjungi negara-negara tetangga. Kunjungan luar negeri pertamanya ditujukan ke Indonesia dan Cina.
Karena terikat dengan formalitas, Kaisar Akhito tidak bisa meminta maaf secara resmi atas kejahatan-kejahatan Jepang yang terjadi selama Perang Dunia II. Tetapi dia memuji "kebudayaan tinggi" Indonesia dan Cina dan menyesali "agresi" Jepang, baik di Cina maupun di Indonesia.
Akihito juga bermaksud mengunjungi Korea Selatan, antara lain karena dinasti kekaisaran Jepang dan Kerajaan Korea Paekche dulu berasal dari satu rumpun. Namun pemerintah konservatif Jepang di bawah pimpinan Perdana Menteri Shinzo Abe tidak menyetujui rencana itu. Antara lain karena Korea Selatan masih menuntut permintaan maaf dari pemerintah Jepang karena kasus prostitusi paksa perempuan-perempuan Korea pada masa invasi Jepang sebelum Perang Dunia II.
Sekarang, Kaisar Akihito turun tahta dan digantikan putranya Naruhito, yang berjanji akan melanjutkan haluan yang telah dirintis orang tuanya. Masa kekuasaan Naruhito akan disebut era "Reiwa", artinya harmoni atau damai. (hp/ml)
Kisah Kaum Pria Yang Memadu Asmara Dengan Boneka
Semakin banyak pria di Jepang menyerah dalam berusaha menemukan cinta sejati pada perempuan riil. Beberapa dari mereka beralih ke boneka silikon. Sekitar 2.000 boneka perempuan terjual setiap tahunnya di Jepang.
Foto: Getty Images/B.Mehri
Saat api asmara mulai padam
Ketika percikan asmara Masayuki Ozaki dengan istrinya mulai padam, fisioterapis berusia 45 tahun ini menemukan jalan keluar yang tidak biasa untuk menutupi kekosongan romantis: menjalin cinta dengan boneka silikon, boneka ukuran manusia in, bernama Mayu. Dia meletakkan boneka ini di tempat tidurnya, seatap dengan istri dan anak perempuannya di Tokyo. Akhirnya menyulut konflik.
Foto: Getty Images/B.Mehri
Bersumpah, ini cinta dalam hidupnya
Masayuki Ozaki bercerita, setelah istrinya melahirkan, mereka berhenti berhubungan intim. Dia merasa sangat kesepian. "Tapi saat aku melihat Mayu di toko,itu adalah cinta pada pandangan pertama," kata Ozaki. Dia kerap kencan dengan 'kekasih baru' nya. Dia mengenakannya dengan wig, mengenakan pakaian dan perhiasan serta mendadani pasangannya-- yang dianggap kurang lazim oleh masyarakat umum.
Foto: Getty Images/B.Mehri
Bawa bonekanya ke surga
Ozaki adalah satu dari sejumlah besar pria Jepang yang mengalihkan cintanya pada boneka karet. Dia juga mengaku mati rasa berhubungan dengan manusia."Saya mencintainya dan ingin selalu bersamanya selamanya."Saya tidak dapat membayangkan kembali berpasangan dengan manusia. Saya bahkan ingin dikuburkan bersama dia dan membawanya ke surga. "
Foto: Getty Images/B.Mehri
Mahar seharga mulai dari 6000 dollar AS
Menurut orang dalam industri boneka silikon ini, sekitar 2.000 boneka semacam itu terjual setiap tahunnya di Jepang. harganya mulai dari dari US$ 6.000. Setiap boneka dilengkapi dengan jemari yang dapat diatur, kepala dan alat kelamin yang mudah dibongkar pasang. Sebagian besar konsumen adalah duda, atau fetis manekin. Konsumen lain: kaum cacat fisik dan orang yang takut kena serangan jantung
Foto: Getty Images/B.Mehri
Manusia selalu ingin sesuatu, boneka tidak
Senji Nakajima hidup dengan boneka karetnya: Saori. Hubungan Nakajima dengan Saori telah menghancurkan keluarganya, tapi dia menolak meninggalkan 'kekasihnya' yang tak bernafas tersebut. "Orang selalu menginginkan sesuatu dari Anda - seperti uang atau komitmen," katanya. "Tapi tidak demikian dengan boneka. "Hatiku berdebar tiap pulang ke Saori," tambah pria beristri dan beranak dua ini.
Foto: Getty Images/B.Mehri
Beraktivitas bersama
Senji Nakajima adalah seorang pengusaha kelahiran Tokyo. Dia berusia 62 tahun. Setiap hari dia merawat bonekanya, seperti memandikannya. Dia juga membingkai foto 'kekasihnya' di dinding. Kegiatan lain dengan bonekanya adalah bermain ski dan berselancar. Terkadang mereka berpiknik bersama.
Foto: Getty Images/B.Mehri
Cinta sejati
Baik istri maupun anak perempuan Nakajima tidak menerima boneka berbentuk perempuan ini di rumah mereka. Tapi anak laki-lakinya bisa mengerti perasaan sang ayah. Nakajima puas dengan kehidupan barunya sekarang dan dia tidak pernah memikirkan untuk kembali ke masa lalu. Dia menantikan masa depannya dengan Saori, boneka kesayangannya. Dia percaya bahwa dia telah menemukan cinta sejati
Foto: Getty Images/B.Mehri
Mencari ketenangan hidup
Di Jepang makin meningkatnya jumlah pria yang dikenal dengan sebutan 'herbivora' berpaling dari cinta dan nilai maskulin tradisional ke kehidupan yang tenang dan tidak kompetitif. Itulah sebabnya Yoshitaka Hyodo, pengusaha produk erotika Jepang mengatakan, di masa depan dia yakin semakin banyak pria akan memilih hubungan dengan boneka. Ed: ap/as (afp/foto: Behrouz Mehri)