1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SejarahPolandia

Peringatan 80 Tahun Pemberontakan Warsawa

Jacek Lepiarz
31 Juli 2024

Pemberontakan Warsawa tahun 1944 melawan pendudukan Nazi Jerman adalah kisah kepahlawanan besar bagi Polandia. Pasukan Nazi membalas dengan brutal dan menghancurkan kota.

Anggota pasukan bawah tanah Polandia di Warsawa (1944)
Anggota pasukan bawah tanah Polandia di Warsawa (1944)Foto: AFP/Getty Images

Tahun ini, Polandia akan memperingati 80 tahun peristiwa Pemberontakan Warsawa, yang dimulai 1 Agustus 1944. Pertempuran sengit berlangsung selama 63 hari, sampai akhirnya para pejuang harus menyerah setelah dikepung pasukan Jerman. Sekalipun pemberontakan melawan penjajahan Nazi kali itu gagal, perlawanan itu menjadi simbol bagi semangat juang warga Polandia untuk merdeka di negaranya sendiri.

Pada peringatan 80 tahun Pemberontakan Warsawa, Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier diundang untuk memberi pidato sambutan. Setelah Perang Dunia II dan pendirian negara Polandia yang baru, politisi Jerman tidak diterima pada peringatan tersebut untuk waktu yang lama. Baru setelah jatuhnya Tirai Besi pada tahun 1989, ada perubahan politik.

Presiden Polandia saat itu, Lech Walesa, mengundang Presiden Jerman Roman Herzog ke ibu kota Polandia pada tahun 1994 untuk hadir di peringatan Warsawa. Kunjungan Roman Herzog saat itu kontroversial karena partisipasinya dalam peringatan tersebut dinilai terlalu dini oleh banyak orang Polandia. Para veteran perang saat itu juga menentang kedatangan seorang Presiden Jerman di upacara peringatan. Keberatan banyak warga Polandia saat itu bisa dipahami karena pembantaian yang dilakukan oleh pasukan Nazi Jerman meninggalkan trauma mendalam dalam ingatan kolektif mereka.

Presiden Jerman Roman Herzog di peringatan 50 Tahun Pemberontakan Warsawa, 1 Agustus 1994Foto: EPA/dpa/picture alliance

Keberhasilan awal tanpa keuntungan strategis

Ketika itu, tentara bawah tanah Polandia Armia Krajowa (AK) memobilisasi puluhan ribu pejuang, tetapi tidak memiliki cukup perlengkapan tempur. Hanya satu dari delapan pejuang yang memiliki pistol. Kepemimpinan AK sendiri menyatakan berada di bawah pemerintahan anti-komunis di pengasingan di London. Tujuan perlawanan bersenjata terhadap Nazi Jerman adalah untuk membebaskan ibu kota, sebelum pasukan Merah Uni Soviet yang tidak jauh lagi masuk ke kota itu. Jerman sedang terlibat perang melawan Sekutu dan kelihatannya makin terdesak.

Pada beberapa hari pertama, para pemberontak berhasil membebaskan sebagian besar ibu kota. Namun, mereka gagal merebut titik-titik strategis jembatan Vistula, jalur kereta api pusat, bandara, dan wilayah yang dihuni para komandan Jerman.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Jerman dengan cepat melakukan serangan balik dan mengerahkan pasukan besar, di antaranya Brigade SS Dirlewanger, yang terkenal kebrutalannya. Operasi itu dipimpin oleh perwira tinggi SS sekaligus Kepala Polisi Heinz Reinefarth yang ditugaskan memadamkan pemberontakan. "Kedatangan Reinefarth mengubah pertempuran menjadi pembantaian,” tulis sejarawan Jerman Stephan Lehnstaedt.

Diperkirakan 30.000 hingga 40.000 orang, sebagian besar warga sipil, dibunuh di distrik Wola di Warsawa barat antara tanggal 5 dan 7 Agustus. Sejarawan Polandia bahkan menyebutkan lebih dari 50.000 jadi korban. Di beberapa rumah sakit, pasien ditembak, para perawat perempuan diperkosa, dan dibunuh "di bawah segala macam praktik sadis,” kata Stephan Lehnstaedt. Reinefarth sendiri ketika itu sempat melaporkan: "Apa yang harus saya lakukan terhadap warga sipil? Amunisi saya lebih sedikit dibandingkan tahanan?”

200.000 tewas dan kapitulasi

Pada minggu-minggu berikutnya, pasukan Jerman yang didukung angkatan udara, panser, dan artileri berat menaklukkan distrik demi distrik. Tidak ada bantuan dari Tentara Merah Uni Soviet – yang mencapai tepi timur Sungai Vistula baru pada tanggal 15 September 1944.

Ada banyak dugaan, yang belum bisa dibuktikan, bahwa Stalin ketika itu sengaja tidak mau segera membantu para pemberontak Polandia dan lebih ingin menunggu. Sekutu Barat, pada bagiannya, membatasi diri pada dukungan senjata dari udara, yang tidak dapat menghindari kekalahan. Akhirnya, pimpinan AK harus menyatakan kapitulasi, yang ditandatangani pada 2 Oktober 1944 oleh Panglima Tertinggi AK, Tadeusz Komorowski.

Sekitar 18.000 pemberontak dan 180.000 warga sipil diperkirakan tewas dalam perang 63 hari itu. Kerugian di pihak Jerman kurang dari 2.000 tentara dan perwira yang tewas. Sejak Oktober 1944, pasukan SS mulai menjarah dan menghancurkan kota secara sistematis. "Setiap blok rumah harus dibakar dan diledakkan,” demikian perintah komandan tertinggi SS Nazi Heinrich Himmler. Tentara Soviet yang masuk ke Warsawa pada 17 Januari 1945 mengatakan, mereka hanya menemukan "gurun batu yang sepi”. Mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan perang di Warsawa tidak pernah dihukum. Heinz Reinefarth bahkan sempat menjadi anggota parlemen negara bagian Schleswig-Holstein.

Sejak penampilan Presiden Roman Herzog 30 tahun lalu, hubungan Jerman dan Polandia kini telah berubah menjadi lebih baik. Kunjungan para politisi terkemuka Jerman ke Warsawa pada peringatan tanggal 1 Agustus sudah menjadi hal biasa.

Meski demikian, penampilan Frank-Walter Steinmeier di Warsawa pada peringatan 80 tahun pemberontakan ini bukan tugas yang mudah. Sampai sekarang masih ada perdebatan tentang pembayaran reparasi para korban Nazi di Polandia.

(hp/as)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait