Cina memperketat pengamanan di Beijing menjelang peringatan 25 tahun Pembantaian Lapangan Tiananmen. Sebuah layanan pengawas sensor di Cina mengatakan sejumlah situs Google ikut diblokir.
Iklan
Polisi dan pasukan paramiliter sibuk berpatroli di jalanan serta menjaga pos pemeriksaan di Beijing. Langkah ini diambil seraya pemerintah menggelar kampanye besar-besaran melawan para pembangkang, menangkapi puluhan aktivis dan meningkatkan pelarangan terhadap seniman, pengacara dan pengkritik pemerintah lainnya.
Sementara sebuah layanan pengawas sensor melaporkan bahwa beberapa situs yang terkait dengan Google telah diblokir. Cina mencegah akses menuju situs-situs termasuk YouTube dan Twitter menggunakan sistem yang dikenal dengan nama 'Great Firewall,' dan pelarangan terutama diperketat menjelang tanggal-tanggal yang dianggap sensitif oleh Beijing.
Layanan monitor GreatFire.org mengatakan Google versi luar negeri, yang masih dapat diakses setelah perusahaan Amerika Serikat tersebut hengkang dari daratan Cina tahun 2010, kini sudah diblokir.
"Blokir ini tidak pandang bulu karena semua layanan Google di seluruh negara, terenkripsi ataupun tidak, sekarang sudah diblokir di Cina," ungkap GreatFire.org.
Google berhenti menawarkan layanan mesin pencarinya di Cina tahun 2010, dengan alasan masalah sensor. Pengguna sejak itu teralihkan ke versi Hong Kong situs tersebut, yang umumnya bekerja namun terkadang terblokir. Raksasa teknologi itu hari Selasa (3/6) menyatakan bahwa penghentian operasi baru-baru ini tidak datang dari pihak mereka.
Perayaan besar
Langkah pengetatan pengamanan datang menjelang peringatan kekerasan pemerintah terhadap protes pro-demokrasi di Beijing tahun 1989, yang terpusat di Lapangan Tiananmen. Tentara ditemani tank-tank dan kendaraan bersenjata merangsek masuk ke jantung kota. Hingga sebanyak 1.000 orang tewas dalam insiden, menurut sejumlah perkiraan.
Mengenang Pembantaian Tiananmen 1989
Pemerintah Cina memusnahkan nyaris semua foto yang mengabadikan tragedi di lapangan Tiananmen. DW menghadirkan foto-foto karya Jeff Widener yang selamat dari cengkraman negara komunis itu.
Foto: Jeff Widener/AP
Dewi Demokrasi
Rona langit memerah pada tugu demokrasi setinggi sepuluh meter yang dibangun oleh demonstran di lapangan Tiananmen. Patung ini terbuat dari busa konstruksi, bubur kertas dan besi. Tanggal 4 Juni serdadu Cina merobohkan patung yang dibuat untuk menyaingi patung Mao Zedong di kota terlarang itu.
Foto: Jeff Widener/AP
Polisi Bernyanyi
Saat situasi mulai memanas jelang pembantaian gerakan demokrasi di Tiananmen, penduduk sering memberikan hadiah kecil kepada serdadu dan polisi yang bertugas. Bersama-sama mereka menyanyikan lagu-lagi patriotik.
Foto: Jeff Widener/AP
Terjebak di Tengah Kerumunan
Pada 3 Juni 1989 ini seorang perempuan terjebak di kerumunan antara kelompok pro demokrasi dan Pasukan Pembebasan Rakyat Cina. Ketika malam meninggi, serdadu dari divisi ke-38 inilah yang melepaskan tembakan pertama ke arah warga sipil tak bersenjata.
Foto: Jeff Widener/AP
Senjata yang Disita
Ribuan demonstran mengepung sebuah bus yang mengangkut senjata. Selama darurat militer diberlakukan, mereka bermain kucing-kucingan dengan polisi. Termasuk menggagalkan pasokan logistik untuk serdadu yang bertugas.
Foto: Jeff Widener/AP
Perlawanan Demi Demokrasi
Menjelang tengah malam, 3 Juni, demonstran menduduki kendaraan lapis baja milik militer. Kendaraan ini sebelumnya lolos dari blokade yang dibangun oleh para demonstran. Tidak jauh dari sana serdadu mulai bersiap melepaskan tembakan.
Foto: Jeff Widener/AP
Tank yang Terbakar
Jalan Chang'an di dekat lapangan Tiananmen menjadi saksi bisu ketika demonstran membakar tank pengangkut pasukan milik militer Cina. Tidak lama kemudian, sebuah batu bata menghantam fotografer kantor berita Asociated Press, Jeff Widener. Kendati sempat pingsan, Widener terselamatkan oleh kamera yang bertengger di depan wajahnya.
Foto: Jeff Widener/AP
Pembantaian
Pada 4 Juli sebuah truk yang mengangkut Pasukan Pembebasan Rakyat Cina, berpatroli di jalan Chang'an, di depan Hotel Beijing. Pada hari itu juga turis yang berkumpul di lobi hotel ditembaki oleh orang tak dikenal yang menumpang truk yang sama.
Foto: Jeff Widener/AP
'Tank Man'
Seorang pemuda kurus yang menenteng plastik belanja melangkah ke tengah jalan Chang'an dan menghadang pergerakan tank militer. Untuk sesaat, ia menghambat pembantaian yang akan segera terjadi. Lebih dari dua dekade berselang, nasib pemuda ini masih belum jelas.
Foto: Jeff Widener/AP
Pahlawan yang Tumbang
Tanggal 5 Juni penduduk berkumpul di jalan Chang'an sembari menunjukkan gambar demonstran yang ditembak mati. Serdadu divisi ke 38 menggunakan peluru spesial yang menyisakan lobang besar di tubuh korban. Menurut Amnesty International, sedikitnya 300 orang tewas ditembak di lapangan Tiananmen
Foto: Jeff Widener/AP
Pembersihan
Sisa-sisa rongsokan bus yang terbakar di jalan Chang'an, disapu bersih oleh dua petugas. Selama aksi protes, belasan bus dan kendaraan militer dibakar oleh massa. Beberapa serdadu dinyatakan tewas atau mengalami luka parah.
Foto: Jeff Widener/AP
Penjagaan Ketat
Serdadu dan kendaraan lapis baja mengawasi lapangan Tiananmen beberapa hari setelah kerusuhan. Hingga kini tidak satupun anggota keluarga korban yang bisa memperingati tragedi tersebut di lapangan Tiananmen, tanpa ditangkap atau diintrogasi oleh kepolisian.
Foto: Jeff Widener/AP
11 foto1 | 11
Pemerintah Beijing tidak pernah mengeluarkan pengakuan resmi atas kekerasan atau jumlah korban. Partai Komunis yang berkuasa di Cina melarang pendiskusian peristiwa ini.
Meski Beijing setiap tahun memperketat pengamanan menjelang peringatan 4 Juni, langkah-langkah pengamanan yang diambil tahun ini jauh lebih ketat. Walau begitu, ribuan warga tetap turun ke jalanan Beijing hari Minggu (1/6) untuk memperingati Peristiwa Tiananmen, dan penyelenggara mengatakan sekitar 150.000 orang diprediksi ikut serta dalam pengheningan cipta di sebuah taman kota hari Rabu (4/6).