1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Bencana

Perkembangan Pencarian Black Box Sriwijaya Air SJ182

11 Januari 2021

Tim SAR gabungan terus melakukan upaya pengangkutan black box dan bagian pesawat Sriwijaya Air SJ182 lainnya dalam pencarian hari ketiga. Selain itu, simak penjelasan pakar soal usia pesawat yang disebut terlalu tua.

Tim SAR gabungan mengangkut serpihan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dan bagian tubuh korban
Tim SAR gabungan mengangkut serpihan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dan bagian tubuh korbanFoto: Ajeng Dinar Ulfiana/REUTERS

Upaya pencarian black box pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu terus mengalami perkembangan. Terbaru, lokasi diduga black box berada sudah diketahui.

Perkembangan perihal keberadaan black box Sriwijaya Air SJ182 itu mulanya disampaikan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. Marsekal Hadi mengungkapkan, posisi black box berada sudah dimarking tim evakuasi.

Berikut perkembangan pencarian black box Sriwijaya Air SJ182:

1. Posisi Sudah Dimarking

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengungkapkan, tim evakuasi telah menemukan sinyal yang diduga dikeluarkan oleh black box Sriwijaya Air SJ182. Kini, lokasi yang diduga black box berada pun sudah ditandai.

"Teman-teman dari TNI dan Basarnas, termasuk stakeholder TNI dan Polri juga, saat ini terus berupaya untuk mendapatkan black box yang posisinya juga diduga kuat adalah posisi black box yang kita cari," kata Marsekal Hadi dalam konferensi pers di JICT 2, Jakarta, Minggu (10/01).

"Terbukti dua sinyal yang dikeluarkan oleh black box tersebut terus bisa dipantau dan sekarang sudah kita beri marking," imbuh Panglima TNI.

2. Pencarian Kemungkinan Tidak Akan Temui Kendala Berarti

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menilai pencarian black box Sriwijaya Air tidak akan menemui kendala yang berarti. Kendati demikian, dia belum bisa memastikan secara pasti apakah ada kendala atau tidak dari pencarian ini.

"Kendalanya kemungkinan, saya tidak tahu, belum mengetahui kondisi dari, situasi dasar laut di daerah lokasinya ini, apakah berlumpur atau berkarang. Tapi yang kami dapat informasi dari KNKT bahwa di lokasi ini adalah batu karang. Saya kira dengan batu karang ini, insyaallah akan lebih mempermudah kita dalam melakukan pencarian puing pesawat, yang tentunya kita harapkan black box itu sendiri," kata Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan (BTSK) BPPT, Djoko Nugroho, di kapal Baruna Jaya IV, Pelabuhan Nizam Zachman Jakarta Utara, Minggu (10/01). 

Tim evakuasi telah menemukan sinyal yang diduga dikeluarkan oleh black box Sriwijaya Air SJ182.Foto: Basarnas, The National Search and Rescue Agency

3. Basarnas Perlebar Area Pencarian

Kepala Basarnas Bagus Puruhito mengatakan area pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ182 diperlebar hari ini. Konsentrasi pencarian ditekankan pada pengangkatan kotak hitam atau black box pesawat.

"Rencana kita besok kita masih melaksanakan operasi di daerah yang sama dengan metode permukaan laut dan di bawah permukaan laut dengan sedikit melebarkan area pencarian dan menambahkan ke daerah pesisir karena arus dari laut menuju arah pesisir," kata Bagus dalam jumpa pers di JICT 2, Jakarta, Minggu (10/01).

4. Black Box Pancarkan Sinyal Emergency

KRI Rigel menerima sinyal emergency yang dipancarkan dari benda yang diduga kuat black box pesawat Sriwijaya Air SJ182. Jarak kedua benda tersebut sekitar 200 meter.

"Jadi informasi yang kami terima dari transmit yang diterima KRI Rigel ada 2 subject yang memancarkan sinyal emergency itu berjarak sekitar 150-200 meter. Dua objek itu dan itu diyakini black box namun kepastiannya harus kita cari dan daerah itu ada di daerah jatuhnya pesawat tersebut," kata Kabasarnas Marsdya Bagus Puruhito, di Pelabuhan JICT II, Tanjung Priok, Jakarta, Minggu (10/01). 

Usia pesawat tak masalah, ini yang lebih bahaya buat keselamatan

Usia pesawat Sriwijaya Air yang jatuh tengah jadi sorotan. Sebab, umur pesawat tersebut telah mencapai 26 tahun.

Meski begitu, sejumlah pakar menyebut, usia pesawat tak ada hubungannya dengan aspek keselamatan pesawat.

"Pesawat usai 26 tahun itu bukan masalah. Usia pesawat itu tidak ada kaitannya dengan kelaikudaraan atau safety. Pesawat yang usianya 3 bulan saja bisa mengalami kecelakaan. Pesawat yang usianya 50 tahun juga tetap layak terbang, tetap aman," kata Pengamat Penerbangan Alvin Lie kepada detikcom, Minggu (10/01).

Dia menjelaskan, usia pesawat memiliki korelasi terhadap efisiensi. Dia menjelaskan, semakin muda pesawat maka semakin efisien karena terkait dengan struktur dan teknologinya.

Lanjutnya, yang berkaitan dengan aspek keselamatan ialah kedisiplinan merawat pesawat.

"Tolong dicatat tidak ada korelasi usia pesawat dengan keselamatan, keselamatan korelasinya dengan kedisiplinan merawat pesawat," katanya.

‘’Kalau pesawat itu disiplin dirawat sesuai dengan manualnya, setiap siklus dilakukan perawatan kemudian dilakukan pemeriksaan sertifikasi, pesawat itu mau usia 20-30-50 tahun pun tetap memenuhi syarat. Kalau tidak memenuhi syarat tentu tidak akan disertifikasi oleh otoritas setempat. Dan kalau tidak memenuhi syarat, asuransi juga tidak mengcover pesawat tersebut," paparnya. 

Senada, Pengamat Penerbangan Samudra Sukardi menilai tak ada hubungan usia pesawat dengan kecelakaan. Meski, ia mengakui semakin tua, pesawat makin membutuhkan perawatan.

"Seharusnya tidak ada, jadi kalau umur pesawat tidak menjadi alasan untuk menjadi kecelakaan. Tapi harus dicek memang makin berumur pesawat itu makin banyak dikerjakan maintenance. Tapi kalau dia sudah layak terbang mau pesawat baru, pesawat lama kalau sudah di-certified layak terbang dia layak terbang nggak bisa dibedakan umurnya," ujarnya.

Dia menuturkan, di industri penerbangan sendiri, usia pesawat sendiri berpengaruh pada teknologi dan efisiensi pesawat.

"Kalau pesawat muda itu teknolginya lebih baru, biasanya teknologi lebih baru berhubungan sistem kontrol dan fuel consumtion bahan bakar lebih irit," jelasnya. (Ed: pkp/rap)

 

Baca selengkapnya di: detiknews

6 Perkembangan Pencarian Black Box Sriwijaya Air, Lokasi Terdeteksi

Usia Pesawat Tak Masalah, Ini yang Lebih Bahaya buat Keselamatan

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait