Kartun dan video Simon’s Cat yang bercerita kelakuan kucing raih sukses besar di sosial media. Pada 2010 mencapai peringkat puncak di kanal Youtube. 19 juta menonton adegan lucu, konflik antara manusia dan kucing.
Foto: Screenshot Youtube
Iklan
Simon's Cat : Kisah Sukses Kartun Kucing
04:09
This browser does not support the video element.
Apa rahasia sukses kartun itu? Tokoh di belakang film kartun, Simon Tofield yang bermukim di Leighton Buzzard dekat London menceritakan bagaimana awal dari karya kartunnya : "Suatu pagi, kucing saya Hugh yang saat itu masih kecil, melompat ke badan saya, menggaruk hidung dan telinga saya, minta diberi sarapan. Saya terpaksa berdiri dan memberi makan. Kucing bahagia, Saya duduk lagi, dan menemukan, inilah ide cemerlang untuk film animasi pendek saya. Saya menggambar seorang lelaki tidur dan kucing yang mencoba membangunkan dia."
Kisahnya sebetulnya klise dan sederhana, mengenai hubungan cinta tapi benci antara kucing dan manusia. Simon Tofield selalu mengambil inspirasi dari kelakuan kucingnya, baik dalam membuat film kartun atau saat membuat buku.
Simon Tofield yang pernah kuliah seni, mendirikan perusahaan "Simon’s Cat Limited" di London. Di sinilah diproduksi film terbarunya. Ia menggambarnya satu persatu langsung pada komputer. Sebagai pola dasar adalah gambar sketsa buatannya. Ia juga memproduksi beragam artikel untuk fans. Motif kucing amat laku.
Permainan antara kucing dan manusia terus berlanjut dan membawa sukses. Simon Tofield terus melakukan kontak dengan fansnya lewat Facebook dan Twitter. Buku-bukunya kini sudah diterbitkan di 30 negara, dengan jumlah setiap eksemplar lebih dari 1,7 juta. Selain itu ia juga memproduksi 51 film hitam putih. Film baru yang berwarna akan dilansir 2016. Simon's Cat kini jadi tokoh pujaan.
Yang Mungkin Kamu Belum Ketahui tentang Kucing
Kucing merupakan hewan peliharaan favorit di banyak negara. Di Jerman, menurut statistik dari tahun 2024 sekitar 16 juta kucing dipelihara di rumah. Berikut fakta tentang hewan ini.
Foto: imago images/Depositphotos
Maju tergantung kumis
Untuk mengetahui apakah bisa masuk ke dalam lubang atau melewati celah, kucing mendeteksinya dengan kumis. Dan kucing tidak memiliki tulang selangka, sehingga memungkinkan masuk melewati celah selebar kepalanya
Foto: Marco Stepniak/imago
Makanan enak bukan karena lidah
Manusia memiliki sekitar 9000 sensor syaraf perasa pada lidah, sementara kucing hanya miliki 473 sensor. Sedikitnya sensor yang dimiliki, menyebabkan lidah kucing tidak mempunyai kemampuan untuk merasa dengan baik. Untuk mengetahui apakah makanan enak atau tidak, kucing mengandalkan hidungnya.
Foto: furryfritz/Pond5/IMAGO
Keanekaragaman Hidung
Seperti halnya sidik jari manusia, setiap kucing memiliki bentuk hidung yang berbeda.
Foto: Adrianna Borowicz/DW
Untuk Terapi
Dengkuran kucing, yang frekuensinya mencapai 50 Hz, dipercaya bisa membantu kita untuk menurunkan tingkat stres. Menurut satu laporan ilmiah, tekanan darah kita menurun saat mengelus-elus kucing.
Foto: Hanna Sokolova-Stekh/DW/DW
Kekuatan Mata
Dalam keadaan gelap, kemampuan melihat kucing enam kali lebih kuat dibandingkan dengan penglihatan manusia. Kucing hanya memerlukan 1/6 cahaya yang dibutuhkan manusia untuk bisa melihat di malam hari.
Foto: elwynn/Design Pics/IMAGO
Mata Terbesar
Berdasarkan proporsi besar tubuh, kucing memiliki mata terbesar dibandingkan dengan mamalia lainnya.
Foto: IMAGO/Pond5
Lebih Senang Perempuan?
Seorang pria perlu kesabaran lebih jika memanggil kucingnya. Sebaliknya, jika kucing dipanggil perempuan responnya lebih cepat. Ini dikarenakan suara perempuan lebih tinggi dibanding dengan suara pria.
Foto: Fotolia/stokkete
Kucing Bicara
Bagaimana kucing “berbicara“ berbeda di setiap negara. Berikut beberapa diantaranya: Katalan: meu, Kanton: mao, Denmark: miav, Belanda: miauw, Inggris: meow, Perancis: miaou, Jerman: Miau, Yunani: naiou, Ibrani: Miau atau Miya, Jepang: nyan, nya, n’yao atau myah, Korea: yaong atau nyaong, Norwegia: mjau, Swedia: mjau